Bab 9

Suasana hari begitu sangat cerah, secerah perasaan Ayumi. " Selamat pagi, bayi-bayi kecil Mama!" ujar Ayumi mengusap perutnya, yang semakin hari, semakin membesar.

Ayumi mencepol rambutnya, lalu ia melangkah menuju kamar mandi. Ia membasuh wajah dan menggosok gigi. Setelah ritual baru bangun paginya selesai, Ayumi menghampiri Desi yang sudah berkutat didapur lebih dulu.

" Maaf ya Desi, akhir-akhir ini, kakak tidurnya agak bablas. Jadi telah terus deh, bangunnya." ujar Ayumi tak enak hati.

Ia merasa kalau dirinyalah, yang bertamu di kediaman Desi.

" Santai aja kak. Aku tau kok, nggak mudah melewati masa-masa kehamilan seperti kakak. Apalagi hamilnya kembar, kemana-mana harus bawa beban berat." ujar Desi, sembari menirukan jalan Ayumi yang memang terlihat agak kesusahan.

" Tapi aku bahagia loh Des, walaupun mereka hadir karena sebuah kesalahan, dan membuat aku kesusahan. Tapi aku yakin, kalau mereka bisa memberikan kebahagiaan yang tiada tara nantinya." ucap Ayumi.

" Iya kak, itu sudah pasti!" Desi menyemangati Ayumi.

Setelah menyelesaikan masakan, keduanya memutuskan untuk membersihkan diri. Baru setelah itu, akan membuka warung.

Desi telah lebih dulu pergi, baru setelah itu, disusul oleh Ayumi. Desi bekerja dengan sangat telaten. Ia melayani pembeli dengan sangat baik dan ramah.

Hari ini, warung Ayumi cukup ramai. Dan dagangannya dengan cepat habis, padahal belum sampai sore hari. Biasanya, ia harus menunggu sampai sore baru akan habis. Kadang, itupun masih harus tersisa.

" Tumben ya kak, cepat habisnya." ujar Desi tak percaya.

" Iya Des, akhirnya kita bisa punya waktu istirahat lebih banyak." sambung Ayumi.

" Pasti kakak capek banget, ya?" tanya Desi. Sambil terus mencuci piring.

" Iya, kakiku rasanya pegel banget." sahut Ayumi.

" Ya, udah. Kalau gitu kakak pulang aja duluan, nanti aku nyusul. Lagi pula ini tinggal dikit kok," ujar Desi.

" Tapi, nggak apa-apa nih, kalau aku pulang duluan?" tanya Ayumi memastikan.

" Iya kak, nggak apa kok." jawab Desi.

" Oke, kalau gitu kakak balik ya."

" Iya."

Ayumi keluar dari area warung, letak warung makan Ayumi memang agak sedikit jauh dari rumahnya. Sehingga ia, harus berjalan kaki selama lima menit dulu, baru sampai dirumah.

Sesampainya dirumah, Ayumi dikejutkan oleh seorang laki-laki. Laki-laki itu duduk didepan rumahnya sambil menunduk.

" Siapa anda? Kenapa anda duduk didepan rumah saya?" tanya Ayumi.

Laki-laki itu mengangkat wajahnya, dan seketika asap keluar dari mulutnya begitu saja. Dia merokok, laki-laki itu tak langsung menjawab pertanyaan Ayumi. Di masih sibuk menghisap sisa rokoknya. Sambil memperhatikan Ayumi.

" Saya tanya sekali lagi, siapa anda?" tanya Ayumi lagi.

" Jadi kamu yang selama ini menyembunyikan kucing ATM-ku?" pria itu balik bertanya.

" Apa maksudmu?"

" Kembalikan Desi padaku," sahutnya

" Kenapa saya harus mengembalikan Desi pada anda, memangnya anda siapanya Desi?"

" Aku kakaknya Desi, jangan banyak tanya berikan Desi padaku sekarang!" bentak pria itu.

Membuat Ayumi terlonjak kaget," Saya tidak akan memberikan Desi pada anda." tolak Ayumi.

Bayu tersenyum miring, ia melangkah mendekat pada Ayumi. " Jangan sok jadi pelindung Desi! Cepat panggil Desi kemari!" perintah Bayu, ia mencengkeram salah satu lengan Ayumi.

" Shh," Ayumi mendesis, ia berusaha menahan rasa sakit dilengannya.

" Sampai kapanpun, saya tidak akan pernah memberikan Desi pada anda! Dan apa kata anda tadi? Kakak, ada bilang anda kakaknya Desi? Apakah maksud anda adalah, kakak yang akan menyebut dirinya sebagai kakak kalau ada kemauannya saja? Begitu kan?" Ayumi tersenyum remeh pada Bayu.

" Saya tau Bayu, kamu benar Bayu kan? Saya tau, kamu hanya datang menemui Desi kalau saat ada perlunya saja. Dan saya juga tau, kalau kamu sudah dengan tega menjual adikmu sendiri! Kakak macam apa kamu hah?!" emosi Ayumi, ia menepis kasar tangan Bayu, dan mendorongnya hingga mundur beberapa langkah.

" Apapun yang aku lakukan pada Desi, itu adalah hakku! Dia adikku! Dan kamu tidak berhak ikut campur!"

" Semenjak saya menolong Desi waktu pingsan dijalanan, dia sudah bukan lagi adikmu. Dia sudah jadi adik saya!" tegas Ayumi.

" Ada apa ini?" Rendi tiba-tiba datang.

Bayu ketakutan, " Awas aja kamu ya, aku akan kembali lagi kesini!" ancam Bayu, lalu ia pergi.

" Tidak ada apa-apa kak." sahut Ayumi.

" Yang tadi itu siapa? Kenapa dia mengancam kamu seperti itu?" tanya Rendi lagi.

" Bukan siapa-siapa, hanya orang salah alamat." sahut Ayumi berbohong.

Rendi mengangguk, ia sebernarnya tak percaya begitu saja ucapan Ayumi. Namu ia juga tak mau ikut campur urusan orang lain, apalagi jika itu adalah urusan pribadinya. " Baiklah, kalau seandainya kamu butuh bantuan, katakan saja padaku, aku akan membantumu."

" Iya kak, terima kasih. Nanti aku akan hubungi kakak kalau butuh bantuan kakak."

...----------------...

Desi termenung, Ayumi telah menceritakan perihal kedatangan Bayu. Desi tak mau lagi untuk bertemu dengan kakaknya. Ia selalu saja dijadikan sumber uang oleh Bayu. Bayu akan menjualnya di club malam. Desi tak dapat menolak Bayu, karena Bayu akan memukulnya kalau Desi menolak.

Entah sudah berapa kali Desi melayani pria yang berbeda-beda. Sampai Desi merasa jijik dengan dirinya sendiri. Untung disaat itu, ia berhasil kabur, dan dipertemukan dengan Ayumi.

" Desi, kamu kenapa?" tanya Ayumi menyentuh bahu Desi.

" Tidak apa-apa kak," sahut Desi.

" Kita pindah dari sini yuk, kak?" ajak Desi.

" Maksud kamu Des?" tanya Ayumi.

" Kita pindah dari sini, pindah yang jauh agar tak ditemukan kak Bayu."

" Jadi, kamu takut karena Bayu udah tau tempat tinggal kita. Begitu?" Ayumi memastikan.

Desi mengangguk, " Iya, makanya kita pindah yuk, kak."

" Kamu nggak usah takut sama Bayu, ada aku yang akan lindungi kamu dari Bayu."

" Bukan begitu kak, kakak nggak tau bagaimana kak Bayu. Dia itu laki-laki yang sangat nekat. Aku nggak mau, kalau sampai kakak akan ikut jadi korban kenekatannya. Ayolah kak, please!" bujuk Desi.

" Nggak bisa Des," tolak Ayumi. " Lagi pula, kita akan pindah kemana? Kita tidak punya cukup uang untuk pindah dan memulai usaha baru." Ayumi memberi pengertian.

Desi berlari kekamarnya, lalu secepat kilat ia kembali. " Aku punya ini kak." Desi menunjukkan kartu yang diberikan Arga padanya.

" Ya, ampun Desi! Kamu dapat ini dari mana? Kamu nyuri, ya?" tuduh Ayumi.

" Enggak kak, aku nggak nyuri. Aku dikasih seseorang." jawab Desi.

" Siapa yang ngasih kamu ini?" tanya Ayumi memicing menatap Desi.

" Aku pernah nolong anak kecil yang hampir tertabrak, dan orang tua anak itu memberikan ini padaku. Jadi, ayo kita pindah kak. Kita bisa pakai kartu ini," Desi mengarang cerita.

Ayumi masih tak percaya begitu saja pada Desi. " Enggak Des, nggak bisa. Kalau kamu mau pindah, kamu pindah sendiri aja ya, kakak nggak bisa ikut sama kamu."

" Kak, please!" Desi menyentuh tangan Ayumi. Ia menangis, " Aku mohon kak, aku nggak bisa tinggalin kakak disini sendiri." Desi memohon dengan sangat.

" Tapi Desi-,"

" Kak, kita bisa memulai usaha baru yang lebih baik kak. Kita akan membesarkan twins ditempat yang baru. Ditempat yang jauh dari orang-orang yang memandang kita sebelah mata. Aku mohon kak, jika bukan untuk diri kakak sendiri, setidaknya untuk twins kak." ujar Desi lagi.

Ayumi diam sejenak, lalu ia mengangguk. Bukan tanpa alasan Ayumi menyetujui permintaan Desi. Ayumi sudah tak kuat hidup berdampingan dengan orang-orang yang suka menghinanya, dan ia juga tak mau, kalau sampai nanti anak-anaknya akan mengalami nasib yang sama sepertinya. Selalu dihina, dan direndahkan.

Terpopuler

Comments

LISA

LISA

ya Ayumi bener yg dikatakan Desi..lebih baik pindah ke tempat yg org²nya bisa menerima kmu..

2024-04-07

4

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!