Bab 15

Keesokan harinya, Arga tengah bersiap untuk pergi bertemu dengan calon anaknya. Setelah selesai bersiap, ia keluar kamar.

Ia menghampiri sang Mami yang tengah berbicara dengan si kecil Galih. Arga memperhatikan Galih, lalu ia geleng-geleng kepala.

" Apa Jo sudah tak mendapatkan gaji sekarang?" tanya Arga.

Mami Sita dan Galih menoleh pada sumber suara. " Maksud kamu apa Arga?" Mami Sita balik bertanya.

Arga tak langsung menjawab, ia mendekati Galih, dan berjongkok di sampingnya. " Lihatlah Mi, kenapa dia tak membelikan anaknya baju baru. Sampai memakai baju yang tak muat seperti ini." ujar Arga, sembari menekan-nekan perut buncit Galih yang tak muat di bajunya.

Galih memakai baju bergambar Doraemon. Karena tubuhnya yang lebih gendut dari sebelumnya, membuat hampir semua bajunya tak muat di bagian perut.

" Jangan!" Galih mundur, kedua pipinya mengembung dan memerah. Menandakan ia hendak menangis.

" Arga! Jangan ganggu Galih! Jo sedang tidak ada sekarang, dia pergi untuk tiga hari kedepan. Dia menitipkan Galih pada Mami." ujar Mami Sita.

" Ck, dasar sopir ngelunjak! Masa menitipkan anak pada majikannya!"

" Hush, jangan bicara seperti itu. Kita itu harus saling membantu, Arga. Sekarang lebih baik kamu berangkat kekantor saja. Jangan ganggu Galih lagi." usir Mami Sita.

Arga melangkah menuju pintu, dan diluar Tom sudah menunggu.

" Kita langsung kekantor Tuan?" tanya Tom.

" Tidak, kita pergi ke alamat yang kemarin saya kirim." sahut Arga.

Tom membukakan pintu untuk Arga, dan setelah itu dia masuk ke tempat kemudi.

" Tuan, kenapa anda kemarin menyuruh saya untuk mengirim barang-barang kebutuhan bayi dan ibunya? Dan kenapa juga, anda mengaku sebagai Ayah bayi itu? Apakah anda telah-,"

" Jangan banyak tanya! Kalau saya perintahkan, tinggal jalankan saja! Jangan banyak bertanya!" Arga menyela ucapan Tom.

Tom tak bertanya lagi, ia fokus melajukan mobil menuju alamat yang sudah di perintahkan.

Tak lama, keduanya sampai dikediaman sederhana Ayumi. Nampak dihalaman rumah Ayumi, ada sebuah mobil box dan beberapa orang yang keluar masuk rumah sambil membawa sebuah nampan yang terbungkus rapi, lalu di masukkan kedalam mobil.

" Sepertinya mereka semua sedang sibuk Tuan, apakah kita akan turun sekarang?" tanya Tom.

" Iya." tanpa menunggu Tom membuka pintu untuknya, Arga sudah lebih dulu keluar.

Arga berjalan didepan, dan Tom dengan setia mengikut dibelakang. Para karyawan Ayumi, terkejut melihat kedatangan dua orang pria.

" Cari siapa Tuan?" tanya seorang wanita.

" Ayumi." sahut Arga.

" Tunggu sebentar, saya akan panggilkan."

" Hm,"

Tom bingung, apakah Ayumi yang dimaksud adalah Ayumi mantan sekretaris dikantor, atau Ayumi yang lain? Ia ingin sekali bertanya pada sang Bos, namun tak berani. Takut kena semprot lagi.

Arga menatap kesekitar, dan pandangannya tertuju pada sebuah kursi di bawah pohon mangga. Ia melangkah mendekati kursi itu, dan duduk disana.

Arga melonggarkan dasi dilehernya, lalu ia memejamkan mata, dan menghirup udara. " Suasananya sangat tenang disini, ternyata sangat pintar wanita itu memilih rumah." gumam Arga.

" Apa anda mengatakan sesuatu Tuan?" tanya Tom. Karena ia tadi mendengar Tuannya berkata namun tak jelas apa itu.

" Tidak!"

" Dasar laki-laki tak bertanggung jawab! Habis manis, sepah dibuang! Laki-laki sepertimu, harusnya dimusnahkan dari dunia ini!" Desi emosi, ia menarik dengan keras telinga Tom.

" Aw,aw. Apa-apaan ini! Lepaskan telinga saya!" bentak Tom. Sembari menghempaskan tangan Desi.

Nafas Desi naik turun, menandakan ia sangat emosi saat ini. " Ngapain datang kesini hah! Ngapain?! Merasa tidak terima ya, karena kemarin kak Ayumi menolak mentah-mentah barang pemberianmu?!" ujar Desi.

" Maksud kamu apa? Saya tidak mengerti!" ucap Tom, ia mengusap-usap telinganya yang memerah dan terasa panas.

" Halah, sok-sokan nggak ngerti! Kemarin kamu kan, yang kirim banyak barang itu kesini?" tanya Desi.

" Iya, memang benar. Tapi itu-,"

" Tuh kan, ngaku! Berarti memang kamu juga, laki-laki yang buat kak Ayumi hamil seperti sekarang!" tuduh Desi.

Tom menggelengkan kepalanya kuat." Bukan saya! Saya tidak tau apa-apa tentang kehamilan Ayumi!" Tom mengelak.

" Jangan mengelak ya-,"

" Stop!" Arga mengehentikan perdebatan keduanya. " Dimana Ayumi?" tanya Arga.

" Didalam," sahut Desi.

" Kalian lanjutkan saja pertengkarannya, saya mau menemui Ayumi dulu." ujar Arga, lalu melenggang pergi.

Arga langsung masuk ke dalam rumah Ayumi. Di ruang tengah tak ada siapapun. Hingga ia mendengar suara perempuan dari salah satu kamar.

" Pasti ini kamarnya," gumam Arga.

Ia langsung membuka pintu begitu saja. " Ayumi Saya-,

Bruk.

" Ngapain anda masuk-masuk kamar saya?!" tanya Ayumi.

Arga tersandung kakinya sendiri. Dan alhasil, tubuhnya oleng dan menimpa Ayumi yang sedang duduk di atas ranjang.

" Maaf, saya tak sengaja." ujar Arga, ia langsung berdiri.

" Kenapa anda bisa ada di kamar saya?" tanya Ayumi lagi. Kali ini, ia langsung mengambil jarak menjauh dari Arga.

" Saya sudah menunggu kamu sejak tadi diluar. Tapi kamu tak kunjung datang, makanya saya langsung masuk saja." sahut Arga dengan acuh.

" Dasar tidak punya sopan!" omel Ayumi.

Arga tak menggubris ucapan Ayumi, pandangannya sibuk menyapu keseluruh sudut di kamar Ayumi.

" Apakah kamar ini tak terlalu sempit?" tanya Arga.

" Tidak!" sahut Ayumi.

" Bagaimana kalau anak saya merasa sesak?" tanya Arga lagi.

" Dia bukan anak anda!" sahut Ayumi.

Raut wajah Arga berubah. Ia menatap Ayumi dengan tatapan mautnya. Arga melangkah maju, mendekat pada Ayumi. Dan Ayumi beringsut mundur.

Dug.

Tubuh Ayumi mentok di dinding. Arga semakin mendekat, bahkan kini tubuhnya sudah bersentuhan dengan perut buncit Ayumi. Arga mendekatkan wajahnya ke wajah Ayumi.

" Katakan sekali lagi, dia anak saya atu bukan?" tanya Arga dengan suara tertahan.

" Bu-bukan, dia bukan anak anda." sahut Ayumi.

" Jawab jujur, dia anak saya atau bukan?" tanya Arga lagi.

" Bukan Tuan, dia anak laki-laki lain." sahut Ayumi.

" Oke, jika dia memang bukan anak saya. Lebih baik dia tidak usah kamu lahirkan kedunia ini!" ujar Arga emosi.

Arga meletakkan tangannya di perut Ayumi. Dan mencengkramnya pelan, sampai-sampai membuat Ayumi meringis.

" Apa yang anda lakukan Tuan, lepas!" teriak Ayumi. Ia berusaha untuk melepaskan cengkraman tangan Arga, namun tak berhasil.

" Saya melakukan hal yang benar. Dari pada nanti anak ini lahir, dan tak di akui oleh Ayahnya, lebih baik tidak usah lahir sekalian!" Arga berucap dengan seringai misterius dibibirnya.

" Jangan Tuan, jangan. Sa-sakit," keluh Ayumi, bahkan ia sampai berkeringat.

" Sakit hem, tapi lebih sakit lagi kalau kamu melahirkan anak yang tak di akui Ayahnya sendiri." ujar Arga.

" Tidak Tuan! Jangan lakukan itu, anda akan jadi orang yang sangat berdosa karena membunuh anaknya sendiri." ujar Ayumi, suaranya sudah melemah.

Arga mengendurkan cengkramannya," Katakan dengan jelas, dia anak saya atau bukan?" tanyanya lagi.

" Mereka anak anda, mereka darah daging anda!" ujar Ayumi dengan seluruh tenaganya yang tersisa.

Bugh.

Ayumi jatuh pingsan di dekapan Arga.

Terpopuler

Comments

Gustriana Baiki putri

Gustriana Baiki putri

pengen banget ya ketok kepala Arga pakai balok...

2024-05-17

0

Fika Berau

Fika Berau

Arga, rasanya pengen gw pangkas tu burung

2024-04-24

0

aca

aca

goblok arga sakit lah bego

2024-05-17

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!