Bab 7

Tiga hari lamanya Ayumi dirawat dirumah sakit, dan hari ini ia telah diizinkan pulang. Desi, adik angkat Ayumi yang selalu setia menemani, ia tengah membantu mengemas barang-barang Ayumi.

" Semua udah siap kak, tinggal berangkat aja." ujar Desi.

" Ya udah, ayo kita pulang. Kakak udah nggak betah tinggal disini." ajak Ayumi.

Keduanya pun keluar dari rumah sakit, taksi yang dipesan Desi telah menunggu keduanya.

" Desi, kamu dapat uang dari mana untuk biaya rumah sakit kakak?" tanya Ayumi penasaran. Pasalnya, tabungan yang ia punya hanya tak seberapa. Dan pastinya tidak akan cukup untuk membayar biaya perawatannya, apalagi kelas VIP.

" Ada kak, aku dibantu sama orang baik." sahut Desi.

" Kamu nggak lagi bohongin kakak kan, Desi?" tanya Ayumi memastikan.

" Enggak kak, pokoknya kakak tenang aja. Aku punya kenalan teman yang orangnya cukup mampu. Dan dia berbaik hati mau membantu kita." jelas Desi, ia berharap Ayumi tak lagi bertanya padanya.

" Kalau gitu, katakan pada temanmu, nanti saat kakak sudah ada uangnya, kakak akan segera mengembalikannya."

" Iya kak,"

Tak berselang lama, keduanya sampai dikediaman Ayumi. Keduanya sudah disambut oleh Rendi.

" Gimana keadaan kamu Ayumi?" tanya Rendi.

" Aku udah baikan kok, kak. Cuma kelelahan aja," sahut Ayumi.

" Oh, syukurlah."

" Kalau gitu, aku masuk dulu ya kak. Mau istirahat," ujar Ayumi.

" Iya, aku juga mau pulang."

Ayumi meninggalkan Rendi diluar, sementara Rendi, hanya menatap Ayumi dengan perasaan kecewa. Ia merasa kalau Ayumi sedang menjaga jarak dengannya.

Desi sejak tadi menyaksikan keduanya, " Kak Rendi udah mau pulang?" tanya Desi basa-basi.

" Iya Des, nanti aku mampir kesini lagi." sahut Rendi.

Desi masuk kedalam rumah, ia langsung menghampiri Ayumi yang terlihat melamun di kamarnya.

" Kak, kenapa melamun? Lagi mikirin apa sih?" Desi membuyarkan lamunan Ayumi.

" Nggak mikir apa-apa, kakak cuma lagi kangen aja sama Ibu." jawab Ayumi.

" Ehem, kangen sama Ibu, atau sama Ibu?" goda Desi menaik turunkan alisnya.

" Maksud kamu apaan sih, Des?" Ayumi balik bertanya.

Desi mendekat, tangannya menyentuh perut besar Ayumi. Lalu ia berbisik, " Kakak nggak lagi kangen sama Papanya Twins, kan?"

Ayumi menoleh, " Ya nggak lah. Bagi aku, dia itu udah mati, udah nggak ada didunia ini."

Desi tertawa, " Didunia ini dia emang udah mati, tapi dihati kakak selalu menanti, kan?"

" Udah ah, nggak jelas kamu!" kesal Ayumi, ia pergi meninggalkan Desi yang masih mesem-mesem tak jelas.

" Kalau aku jadi kakak nih ya, aku bakal ambil apa yang udah jadi hakku. Walaupun dia udah punya istri, nggak apa-apa kalau jadi istri kedua." ujar Desi dengan entengnya.

...----------------...

Semenjak kejadian bertemu dengan Ayumi, Arga sering melamun. Ia terbayang-bayang kalau anak yang dikandung Ayumi memanggilnya Papa.

" Enggak, enggak. Adiknya Ayumi kan sudah bilang, kalau ayah dari bayi yang dikandung Ayumi, itu laki-laki yang sudah beristri. Dan nggak mungkin kan, kalau Ayumi berbohong dengan adiknya sendiri? Ya, itu pasti benar." Arga berusaha meyakinkan dirinya.

" Argh! Kepalaku rasanya mau pecah, memikirkan semuanya!" Arga frustasi, sampai menjambak rambutnya sendiri.

Logika Arga berkata kalau bayi yang dikandung Ayumi, bukanlah hasil dari benihnya. Namun di sisi lain, hati kecilnya justru berkata sebaliknya. Kalau bayi itu adalah anaknya. Seperti ada chemistry antara dirinya dengan bayi itu.

" Arga?" panggil Mami Sita.

" Iya Mi. Ada apa? Tumben Mami datang kekantor?" tanya Arga.

Mami Sita duduk di depan Arga, ia memperhatikan raut wajah putranya. " Kamu lagi ada masalah Arga?" Mami Sita balik bertanya.

" Enggak Mi," sahut Arga berbohong.

" Jangan coba-coba membohongi Mami Arga. Mami sangat mengenal kamu, ayo ceritakan pada Mami, kamu ada masalah apa. Hem?"

" Ada sedikit masalah dikantor, dan aku bisa mengatasinya kok Mi." sahut Arga meyakinkan Mami Sita.

" Kamu yakin, hanya masalah kantor?" Mami Sita memicing, menatap putra semata wayangnya.

" Iya Mi, hanya masalah kantor. Ngomong-ngomong, ada apa Mami sampai datang kesini? Biasanya, kalau Mami mau bicara sama aku, pasti nunggu dirumah. Tapi tertumben banget Mami datang kesini, apa ada sesuatu yang penting Mami?" Arga mengalihkan pembicaraan.

" Iya, ini sesuatu yang sangat penting. Menyangkut kehidupan kamu kedepannya." jawab Mami Sita.

Arga mengerutkan kening mendengar perkataan Maminya. " Tentang hidupku, Mami?"

Mami Sita mengangguk, ia membuka tas brandednya. Dan mengeluarkan sebuah amplop coklat. Mami Sita membuka amplop tersebut, dan mengeluarkan isinya. Ternyata isinya adalah beberapa foto wanita. Mami Sita membeberkan foto itu diatas meja.

" Silahkan kamu pilih Arga, data diri masing-masing wanita itu tertulis di balik fotonya." ujar Mami Sita.

" Maksudnya apa ini, Mi?" tanya Arga, ia tak mengerti dengan tindakan Maminya.

" Mami memilih lima wanita ini dari seratus wanita yang mendaftar jadi calon istri kamu. Dan Mami telah melakukan pertemuan dengan mereka. Mami rasa, mereka memiliki kepribadian yang mirip. Sekarang, tinggal kamu aja yang pilih, mau yang mana, yang menurut kamu cocok." jelas Mami Sita.

Arga menganga, " Mami melakukan perjodohan untukku?" tanya Arga tak percaya.

" Iya, anggap saja begitu."

" Tapi Mi, Arga masih belum berfikir untuk mencari pasangan. Arga masih ingin mengembangkan perusaahan Pramana Corp dulu, Mi." tolak Arga.

" Urusan perusahaan dan pasangan itu dua hal yang berbeda Arga. Perusahaan itu urusan otak, dan logika. Sedangkan pasangan, itu urusan hati, urusan perasaan Arga." ucap Mami Sita.

" Apapun itu Mi, pokoknya aku nggak mau dijodoh-jodohkan seperti ini!"

" Ayolah Arga, usia kamu sudah akan memasuki kepala tiga, dan belum pernah sekalipun kamu mengenalkan pada Mami seorang wanita yang kamu sukai." Mami Sita berusaha membujuk Arga.

" Tidak ada masalah dengan usia Mami. Dan nanti, kalau aku sudah ada wanita yang aku sukai dan merasa cocok dengannya, aku akan kenalkan pada Mami."

" Heh, memangnya ada yang mau sama kamu. Dengan sikap kamu yang seperti ini?" tanya Mami Sita terkekeh.

" Maksud Mami apa?" Arga tak faham dengan ucapan Maminya.

" Maksud Mami, sangat tipis kemungkinan kalau kamu akan mendapatkan wanita tanpa bantuan Mami. Kecuali, kalau kamu merubah sifat kamu yang dingin dan kaku itu, jadi hangat. Karena para wanita, akan menerima laki-laki yang bersikap hangat dan lembut padanya. Bukan laki-laki dingin dan kaku seperti kamu!" ejek Mami Sita.

Arga terperangah mendengar ejekan Maminya. Untuk hanya ada mereka berdua saat ini. Bisa hancur reputasi Arga didepan para karyawannya, kalau sampai ada yang mendengar kata-kata Nyonya Sita Pramana.

" Ck, pokoknya aku akan mencari pendamping hidupku sendiri. Dan Mami batalkan saja perjodohan tak jelas ini!" tolak Arga, ia memberikan foto itu pada Maminya lagi.

" Kapan Arga? Kapan kamu akan mengenalkan calon istrimu pada Mami, Arga Dikta Pramana?" desak Mami Sita.

" Nanti Mi, kalau Arga sudah menemukannya."

" Nanti kapan hah? Nanti, sampai Mami menyusul Papimu dulu, maksud kamu? Mami ini sudah tua Arga, Mami ingin melihat kamu menikah dan hidup bahagia, sebelum Tuhan memanggil Mami. Kamu fikirkan dulu semuanya Arga, Mami tunggu kamu dirumah."

Terlihat kekecewaan di raut wajah Mami Sita. Ia menyimpan kembali foto lima wanita itu. Dan bergegas pergi meninggalkan Arga.

" Argh! Belum selesai masalah yang satu, malah hadir masalah baru!" teriak Arga. Untung ruangannya kedap suara, jadi tak ada orang diluar yang dapat mendengarnya.

Arga sangat menyayangi Maminya, ia tak ingin membuat Mami Sita bersedih atau kecewa karena dirinya. Tapi masalahnya, ini menyangkut kehidupannya. Jika Arga menerima begitu saja permintaan Maminya, dan mau menikah dengan wanita pilihan sang Mami, ia tak yakin kalau akan mampu memberikan wanita itu kebahagiaan. Yang ada nanti hanya rasa sakit yang akan dirasakannya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!