Bab 11 : Sandiwara

Saat melamun itu, dia merasakan kehadiran mendekat dari belakang. Instingnya muncul dan dia dengan tajam menghindari serangan itu. Namun, dia tidak sepenuhnya dapat menghindarinya. Pria tidak dikenal itu kembali menyerangnya, tetapi Arthur dengan mudah menghindarinya.

Arthur tidak cepat, hanya saja pengalaman dan pengetahuannya tentang pertarungan sudah pada tingkat yang sangat tinggi. Dengan cara memprediksi titik tumpu, membuat titik tumpu tubuh palsu, memperkirakan gerakan berdasarkan kaki dan gerak bahu, perkiraan panjang tubuh dan kecepatan lawan, Arthur terbiasa bergerak ke luar area serangan lawannya dengan gerakan seminimal mungkin.

Mengamankan tempat yang lebih menguntungkan dan mengatur jarak adalah hal dasar yang harus dikuasai oleh seorang penyihir petarung yang secara alami lemah dalam pertarungan jarak dekat.

Dalam momen yang singkat itu, keanehan dan ketidaknormalan yang dirasakan oleh Harish berubah menjadi sebuah celah bagi Arthur untuk memberi serangan balasan. Pergelangan tangan yang kurus dan lemah hanya akan terkilir saat memukul. Jadi, Arthur melapisi lengannya dengan benang sihir kemudian memberi pukulan telak pada dagu Harish.

"Uh…!" Tinju Arthur menghantam keras di wajah Harish, membuat pria itu tambah merasa kebingungan. Daripada rasa sakit, rasa malu lebih membuatnya menderita. Di sisi lain, Arthur tidak tahu siapa anak laki-laki ini dan Arthur tidak mau repot-repot mengingatnya. Dia hanya bersyukur memiliki seseorang untuk melampiaskan kekesalannya karena teringat dengan orang itu.

Arthur lalu menjegal belakang lutut Harish dengan mengerahkan kekuatan yang besar. Harish berusaha melawan, tetapi lekukan belakang lututnya sudah dikunci oleh Arthur, membuat energi yang ia kerahkan untuk memberontak justru membuat tubuhnya menjadi goyah, dan dengan sedikit dorongan dari Arthur, tubuh Harish melayang dan pandangannya berputar ke langit-langit. Lalu, wajahnya di tendang ke bawah oleh Arthur sehingga ia jatuh dengan keras ke lantai.

Semua pandangan lantas tertuju pada mereka. Segera, semua orang melihat sesuatu yang tidak masuk akal. Seorang anak yang hidupnya dihabiskan dengan hanya membaca buku mengalahkan Ksatria tiga bintang tahap akhir?

"Kau... brengsek, aku akan membunuhmu!" Harish kehilangan akalnya, dia tidak bisa menerimanya.

Harish mengatupkan giginya rapat-rapat dan meneguk rasa malunya tanpa keraguan. Nalurinya menyuruhnya untuk menarik Aura dari tubuhnya ke dalam tinjunya. Namun, "Berhenti!"

Dari dalam kastil sebuah teriakan bergema. "Huh? Ay-Ayah!?" Karena terkejut, Harish menoleh ke arah pembicara. Itu adalah ayahnya, wakil kepala keluarga Mahesa, Nahel Al Mahesa, dan di sisinya, orang yang ia kagumi dan idolakan selama ini, kakeknya, kepala keluarga Mahesa, Arnold Al Mahesa.

"Apa yang sedang kalian lakukan di sini?" Nahel bertanya, matanya dingin saat dia menatap putra pertamanya yang memalukan. Harish menyadari tatapan itu dan tahu bahwa dia berada dalam masalah yang merepotkan dan ayahnya tidak akan melepaskannya setelah ini.

"Aku bertanya apa yang sedang kamu lakukan." Wakil kepala keluarga kemudian melirik ke arah Arthur yang diam tidak bergerak, sebelum beralih kepada putranya lagi.

"Ti-tidak, ini... Kami hanya saling bertukar sapa," kata Harish. "Saling bertukar sapa?" Nahel mengerutkan kening. "Ya, sudah lama sekali Saya tidak melihatnya, jadi Saya pergi untuk menyambutnya." Harish beralasan. Dia sangat gugup, apalagi ayahnya menatapnya dengan wajah yang keras.

"Sambutan katamu!? Apa kamu sadar apa yang baru saja ingin kamu lakukan!? Hah!?" Kepala Nahel terasa sakit. Ketika semua orang akan mempertaruhkan segalanya demi melindungi Arthur, putranya justru hendak membunuhnya.

"Di luar sedang ada tamu berdatangan, tapi kalian malah membuat keributan seperti ini? Berhenti membuat keributan, dan kamu Harish, pergilah periksa lukamu." Arnold dengan wajah datar mengambil alih situasi.

Tidak ingin kakeknya tambah marah, Harish setelah memberi hormat langsung pergi dari sana. Sementara itu, Arnold menatap tajam ke arah Arthur yang sejak awal hanya diam seperti tidak peduli.

"Kalian semua juga pergilah, ganti pakaian kalian dan tunjukkan wajah kalian kepada para tamu, tapi... Arthur, kau tetap di sini." Semua orang menuruti ucapan Arnold dan pergi dari sana sehingga hanya ada Arnold dan Arthur yang ada di sana sekarang.

"Kau yang melakukannya?" Arnold bertanya pada Arthur. Tatapannya dingin dan alisnya keras. Tekanan yang diberikan Arnold pada Arthur dua kali lipat lebih kuat dari yang ia lakukan sebelumnya kepada Arthur. Namun, Arthur tetap bergeming, dia dengan santai menjawab, "Iya." Sembari menggerakkan jarinya untuk menyingkirkan layar hologram yang memberitahunya bahwa bakat Ketenangan Hati sedang digunakan saat ini.

"Kenapa kamu melakukan sesuatu seperti itu kepada saudaramu dan bagaimana? Meski dibandingkan dengan yang lain Harish bisa dikatakan yang bakatnya paling rendah, tapi dia tetaplah seorang Ksatria bintang tiga tahap akhir yang sudah menyempurnakan vitalitas fisiknya. Bagaimana bisa kau yang bahkan tidak pernah berkelahi, mengalahkannya dengan telak? Apa kau menggunakan Artefak?"

"Tidakkah Anda melihatnya? Tidak ada sesuatu seperti itu." Arthur menggelengkan kepalanya. Berkat Aura yang digunakan oleh Harish sebelumnya, jejak sihir yang ia gunakan jadi tercampur, apalagi karena sihir yang ia gunakan adalah sihir dasar yang fleksibel, jejaknya pasti sudah menyatu.

Arnold menganggukkan kepalanya. Seperti yang Arthur katakan, tidak ada sesuatu seperti itu di sini, tetapi dia tidak menyukai bagaimana Arthur menatapnya. "Matamu… penuh dengan racun," gumam Arnold dengan suara rendah.

Bagi Arnold, melihat wajah Arthur seperti melihat ke cermin, anak ini sangat mirip dengan dirinya sewaktu kecil. Satu-satunya yang membedakan mungkin wajah Arthur memiliki pengambaran yang kacau. Dibalik datarnya itu, anak ini diliputi oleh campuran kemarahan, kebencian, dan penderitaan yang menakutkan. Saat Arnold menatapnya, terkadang dia merasa bersalah. Bisa jadi dialah yang menciptakan wajah mati itu.

Arthur juga merasa bermasalah. Kakeknya pasti terbiasa melihat cucunya yang pemalu dan pasif. Jadi, saat Arthur tiba-tiba berubah, tidak mungkin dirinya tidak mempermasalahkannya. "Karena sudah begini, apa aku lakonkan saja sekalian?" Arthur berpikir, dan kemudian berkata, "Racun? Itu benar, tapi bukankah jauh lebih baik seperti ini?"

Arnold lagi-lagi tidak merasa senang mendengarnya. Arthur jelas lebih berani dan dewasa, tetapi pada tingkat ini dia sudah berlebihan. "Cih, kau benar-benar menyakiti kepalaku. Bagaimana bisa kamu berubah sejauh ini?" Arnold memijat dahinya yang sakit.

Karena semua petinggi keluarga berkumpul hari ini, rapat sudah dijadwalkan selama jamuan makan disediakan. Dan Harish sebagai cucu yang sudah melalui upacara kedewasaan dan lulus akademi, dia harusnya ikut dalam rapat pada kali ini. Namun, gara-gara Arthur, anak itu mungkin tidak akan datang karena sudah kehilangan wajahnya.

Satu kursi kosong, padahal keluarga Mahesa mereka sedang menerima beberapa tamu penting. Situasi bodoh ini benar-benar membuat kepala Arnold pusing.

Episodes
1 Bab 01 : Iblis Amarah
2 Bab 02 : Arthur Al Mahesa
3 Bab 03 : Rumah Bordil
4 Bab 04 : Salah Sangka
5 Bab 05 : Terlalu Jauh
6 Bab 06 : Kontrak
7 Bab 07 : Sistem
8 Bab 08 : Orang Tua Arthur
9 Bab 09 : Aura
10 Bab 10 : Pahlawan
11 Bab 11 : Sandiwara
12 Bab 12 : Ini Adalah Sihir!
13 Bab 13 : Pendapat
14 Bab 14 : Hitungan
15 Bab 15 : Aliran Uang
16 Bab 16 : Tamu Agung
17 Bab 17 : Pionir Haynes
18 Bab 18 : Ketidaksukaan Hans
19 Bab 19 : Goyah
20 Bab 20 : Duel
21 Bab 21 : Pil Kehidupan
22 Bab 22 : Melawan Pahlawan
23 Bab 23 : Barbarian Dari Timur
24 Bab 24 : Teritorium
25 Bab 25 : Hasil Duel
26 Bab 26 : Konstelasi Muda
27 Bab 27 : Wanita Misterius
28 Bab 28 : Anvil Emas
29 Bab 29 : Bimbingan Ksatria
30 Bab 30 : Kemarahan Seorang Penyihir
31 Bab 31 : Pertaruhan
32 Bab 32 : Mustahil Menang
33 Bab 33 : Bengkel
34 Bab 34 : Kontrak Kerja
35 Bab 35 : Generasi
36 Bab 36 : Kertas Toilet
37 Bab 37 : Pihak Yang Memimpin
38 Bab 38 : Kuda Perang
39 Bab 39 : Kesetiaan
40 Bab 40 : Keserakahan
41 Bab 41 : Mata Dewa Perang
42 Bab 42 : George Trailer
43 Bab 43 : Pengadilan Pertunangan
44 Bab 44 : Keserakahan Arthur
45 Bab 45 : Barang Bukti
46 Bab 46 : Novel
47 Bab 47 : Sastra Erotis
48 Bab 48 : Efek Kupu-kupu
49 Bab 49 : Lembaga Hukum
50 Bab 50 : Rasa Iri Hati
51 Bab 51 : Hak Cipta
52 Bab 52 : Fitnah
53 Bab 53 : Korban
54 Bab 54 : Tumbal
55 Bab 55 : Cincin
56 Bab 56 : Selesai
57 Bab 57 : Hadiah Bermasalah
58 Bab 58 : Kediaman Barat
59 Bab 59 : Penerus
60 Bab 60 : Bakat Baru
61 Bab 61 : Negosiasi
62 Bab 62 : Tiga Serangan
63 Bab 63 : Potensi
64 Bab 64 : Nomor Enam
65 Bab 65 : Divine Hand Strike
66 Bah 66 : Situasi Panas
67 Bab 67 : Bintang Sembilan
68 Bab 68 : Efek Samping
69 Bab 69 : Salah Makan?
70 Bab 70 : Pengajaran
71 Bab 71 : Surat Kabar
72 Bab 72 : Menelan Atau Ditelan
73 Bab 73 : Penjahat Terburuk
74 Bab 74 : Dikodekan
75 Bab 75 : Parasit
76 Bab 76 : Shirley Dawn
77 Bab 77 : Penghuni Hutan
78 Bab 78 : Ledakan
79 Bab 79 : Kota Elves
80 Bab 80 : Janji
81 Bab 81 : Mata Merah
82 Bab 82 : Raja
83 Bab 83 : Penghuni Ilegal
84 Bab 84 : Jus
85 Bab 85 : Respon Picik
86 Bab 86 : Aristokrat
87 Bab 87 : Rasa Ragu
88 Bab 88 : Hukuman
89 Bab 89 : Pemanggilan Spirit
90 Bab 90 : Ritual
91 Bab 91 : Koin Emas
92 Bab 92 : Supreme Spirit
93 Bab 93 : Sendawa
94 Bab 94 : Emas
95 Bab 95 : Bangsa Idiot
96 Bab 96 : Defiania
97 Bab 97 : Hasrat
98 Bab 98 : Puiff
99 Bab 99 : Bar
100 Bab 100 : Palsu
101 Bab 101 : Blackthorn
102 Bab 102 : Nasib
103 Bab 103 : Murka Elves
104 Bab 104 : Malaikat Maut
105 Bab 105 : Variabel
106 Bab 106 : Berbeda
107 Bab 107 : Sidang
108 Bab 108 : Kantung
109 Bab 109 : Hantu
110 Bab 110 : Tetes Terakhir
111 Bab 111 : Efek Samping
112 Bab 112 : Jormungandr
113 Bab 113 : Wadah
114 Bab 114 : Skoll Dan Hati
115 Bab 115 : Bola Air
116 Bab 116 : Claymore
117 Bab 117 : Dewa Iblis
118 Bab 118 : Kejatuhan
119 Bab 119 : Empathy Of Sylvana
120 Bab 120 : Arthurian Merlin
121 Bab 121 : Perang Hutan
122 Bab 122 : Segel
123 Bab 123 : Akar
124 Bab 124 : Inkarnasi Pohon Dunia
125 Bab 125 : Terminal Lucidity
126 Bab 126 : Jantung
127 Bab 127 : Tidak Ada Artinya (End)
128 Pengumuman S2!
Episodes

Updated 128 Episodes

1
Bab 01 : Iblis Amarah
2
Bab 02 : Arthur Al Mahesa
3
Bab 03 : Rumah Bordil
4
Bab 04 : Salah Sangka
5
Bab 05 : Terlalu Jauh
6
Bab 06 : Kontrak
7
Bab 07 : Sistem
8
Bab 08 : Orang Tua Arthur
9
Bab 09 : Aura
10
Bab 10 : Pahlawan
11
Bab 11 : Sandiwara
12
Bab 12 : Ini Adalah Sihir!
13
Bab 13 : Pendapat
14
Bab 14 : Hitungan
15
Bab 15 : Aliran Uang
16
Bab 16 : Tamu Agung
17
Bab 17 : Pionir Haynes
18
Bab 18 : Ketidaksukaan Hans
19
Bab 19 : Goyah
20
Bab 20 : Duel
21
Bab 21 : Pil Kehidupan
22
Bab 22 : Melawan Pahlawan
23
Bab 23 : Barbarian Dari Timur
24
Bab 24 : Teritorium
25
Bab 25 : Hasil Duel
26
Bab 26 : Konstelasi Muda
27
Bab 27 : Wanita Misterius
28
Bab 28 : Anvil Emas
29
Bab 29 : Bimbingan Ksatria
30
Bab 30 : Kemarahan Seorang Penyihir
31
Bab 31 : Pertaruhan
32
Bab 32 : Mustahil Menang
33
Bab 33 : Bengkel
34
Bab 34 : Kontrak Kerja
35
Bab 35 : Generasi
36
Bab 36 : Kertas Toilet
37
Bab 37 : Pihak Yang Memimpin
38
Bab 38 : Kuda Perang
39
Bab 39 : Kesetiaan
40
Bab 40 : Keserakahan
41
Bab 41 : Mata Dewa Perang
42
Bab 42 : George Trailer
43
Bab 43 : Pengadilan Pertunangan
44
Bab 44 : Keserakahan Arthur
45
Bab 45 : Barang Bukti
46
Bab 46 : Novel
47
Bab 47 : Sastra Erotis
48
Bab 48 : Efek Kupu-kupu
49
Bab 49 : Lembaga Hukum
50
Bab 50 : Rasa Iri Hati
51
Bab 51 : Hak Cipta
52
Bab 52 : Fitnah
53
Bab 53 : Korban
54
Bab 54 : Tumbal
55
Bab 55 : Cincin
56
Bab 56 : Selesai
57
Bab 57 : Hadiah Bermasalah
58
Bab 58 : Kediaman Barat
59
Bab 59 : Penerus
60
Bab 60 : Bakat Baru
61
Bab 61 : Negosiasi
62
Bab 62 : Tiga Serangan
63
Bab 63 : Potensi
64
Bab 64 : Nomor Enam
65
Bab 65 : Divine Hand Strike
66
Bah 66 : Situasi Panas
67
Bab 67 : Bintang Sembilan
68
Bab 68 : Efek Samping
69
Bab 69 : Salah Makan?
70
Bab 70 : Pengajaran
71
Bab 71 : Surat Kabar
72
Bab 72 : Menelan Atau Ditelan
73
Bab 73 : Penjahat Terburuk
74
Bab 74 : Dikodekan
75
Bab 75 : Parasit
76
Bab 76 : Shirley Dawn
77
Bab 77 : Penghuni Hutan
78
Bab 78 : Ledakan
79
Bab 79 : Kota Elves
80
Bab 80 : Janji
81
Bab 81 : Mata Merah
82
Bab 82 : Raja
83
Bab 83 : Penghuni Ilegal
84
Bab 84 : Jus
85
Bab 85 : Respon Picik
86
Bab 86 : Aristokrat
87
Bab 87 : Rasa Ragu
88
Bab 88 : Hukuman
89
Bab 89 : Pemanggilan Spirit
90
Bab 90 : Ritual
91
Bab 91 : Koin Emas
92
Bab 92 : Supreme Spirit
93
Bab 93 : Sendawa
94
Bab 94 : Emas
95
Bab 95 : Bangsa Idiot
96
Bab 96 : Defiania
97
Bab 97 : Hasrat
98
Bab 98 : Puiff
99
Bab 99 : Bar
100
Bab 100 : Palsu
101
Bab 101 : Blackthorn
102
Bab 102 : Nasib
103
Bab 103 : Murka Elves
104
Bab 104 : Malaikat Maut
105
Bab 105 : Variabel
106
Bab 106 : Berbeda
107
Bab 107 : Sidang
108
Bab 108 : Kantung
109
Bab 109 : Hantu
110
Bab 110 : Tetes Terakhir
111
Bab 111 : Efek Samping
112
Bab 112 : Jormungandr
113
Bab 113 : Wadah
114
Bab 114 : Skoll Dan Hati
115
Bab 115 : Bola Air
116
Bab 116 : Claymore
117
Bab 117 : Dewa Iblis
118
Bab 118 : Kejatuhan
119
Bab 119 : Empathy Of Sylvana
120
Bab 120 : Arthurian Merlin
121
Bab 121 : Perang Hutan
122
Bab 122 : Segel
123
Bab 123 : Akar
124
Bab 124 : Inkarnasi Pohon Dunia
125
Bab 125 : Terminal Lucidity
126
Bab 126 : Jantung
127
Bab 127 : Tidak Ada Artinya (End)
128
Pengumuman S2!

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!