Kriing kriing...
Suara ponsel membangunkan Anjar yang tidur diruang tengah.
"Hallo"
Anjar mengangkat telepon tanpa melihat siapa yang menghubunginya.
"Hallo... Asalamualaikum Ayah.. apa kabaar?"
Ternyata Widi istrinya yang menelpon.
"Baik,, kenapa Wid..?
Anjar acuh tak acuh
" Gapapa Yaah,, kangen aja pengen denger suara ayah.. hehe. "
"Tumben,, kalo gak penting penting amat kamu gak suka telepon. "
Anjar bangun dan mengucek matanya yang terasa sepet.
"Itu loh yah untuk acara setelah kenaikan pangkat ayah nanti,, bunda udah siapin acara khusus untuk merayakannya. " kata Widi dari ujung telepon.
"Nggak usah Wid, nggak usah bikin perayaan perayaan segala. " Anjar tau maksud dan tujuan Widi dibalik acara tersebut.
"Iiihh Ayah mah,, bunda udah siapin dengan matang Yah,, ayah nanti tinggal ikut aja. " Widi merajuk.
"Kok kamu lebih mendahulukan keinginan kamu dengan acara acara gak penting seperti itu sih ketimbang saya, suami mu yang akan pulang dari bertugas ini..,, yang seharusnya kamu perhatikan lebih dulu semua kebutuhannya,, semua keinginannya,, bersiap menyambutnya,, bukan malah sibuk ngurus apa itu acara acara..!! "
Anjar sedikit meninggikan nada suaranya.
"Loh ini sebagai bentuk pengabdian dan penghormatan bunda sebagai seorang istri, bunda memberikan apresiasi atas pencapaian ayah,, selama ini juga bunda mendukung semua yang ingin ayah lakukan,, bunda tidak pernah melarang saat ayah akan menempuh pendidikan lagi, sekolah lagi, itu ini... !!"
Seperti biasa Widi selalu tak mau kalah kalau berdebat.
"Iyaa, saya tau kamu tidak pernah melarang larang apapun yang ingin saya lakukan untuk menunjang karir saya,, tapi dibalik itu saya juga tau maksud kamu Widi...! "
"Maksud bunda yaa mendukung suami dengan sepenuh hati,, agar kariernya cemerlang dan punya jabatan yang bagus tentunya."
"Iyaa, agar pangkat dan jabatan saya bisa kamu bangga bangga kan pada teman teman mu yang sama sama gila hormat seperti kamu..!! dan kita tetap berjauhan agar kamu tidak perlu menjalani kewajiban kamu sebagai seorang istri yang harusnya melayani saya dan memenuhi kebutuhan saya !! "
tutt...
Anjar mematikan sambungan telepon,, ia kesal sekali dengan rencana Widi yang seperti biasa tidak pernah meminta persetujuannya terlebih dahulu.
Kriing kriing telepon berbunyi lagi,, dilihatnya Widi yang mencoba menghubunginya kembali,, ia hanya diam tak berniat mengangkatnya.
Kriing kriing... Widi masih belum menyerah mencoba menghubunginya terus menerus,, dan Anjar tetap mengabaikannya.
Kriing kriing.. saat ponselnya berdering ke lima kalinya,, ia segera menyambar ponsel dengan kesal dan mengangkatnya dengan suara keras.
"Apalagi Widia, kamu... "
"Hallo A,, hallo.." suara diujung ternyata suaranya Adit.
"Euuuhh Kamu..!! saya pikir Widia.. kemana aja ari kamu saya tunggu dari tadi teleponnya sampai ketiduran..!! "
Anjar langsung melampiaskan kekesalannya pada Adit.
"Maaf A tadi Abdi lagi nguras balong,, tanggung... pas nelepon balik gak diangkat angkat tadi teh... Aa sampai ketiduran gitu ngantosan..?? Aya naon A, seperti ada yang penting.. "
"Mmmm .. " Anjar ragu untuk bicara sama Adit
"Saya menemukannya Dit,, pada akhirnya saya menemukannya... "
Akhirnya Anjar bersuara.
"Menemukan apa A..?? Barang penting..?? ”
Terdengar Adit bertanya keheranan.
" Bukan barang, tapi orang. "
"Orang penting..? siapa A, bertemu siapa..? "
"Orang yang selama ini selalu saya cari informasinya,, salah satu orang yang sangat penting dikehidupan saya... Gema.. "
"Gema,, haah Gema..!? Dimana A dimana Aa ketemu dia..?? ”
" Disini di Aceh... "
"Ngapain dia di Aceh, suaminya orang Aceh..?? kok bisa baru ketemu sekarang saat Aa sudah mau pindah tugas,, selama lima tahun disana tidak pernah ketemu.. ?"
Adit penasaran hingga memberondong Anjar dengan sejumlah pertanyaan.
"untuk sementara itu dulu deh yang perlu kamu tau saat ini,, cerita nya nanti menyusul soalnya panjang dan lebar sekali,, , saya mau mempersiapkan kebutuhan untuk besok,, saya akan bertugas. "
Seperti biasa Anjar akan mematikan sambungan sepihak.
"Tunggu tunggu A,, jangan dimatikan dulu."
Adit segera menyela dengan suara keras.
"Apa..? "
"Coba kirim fotona ngarah Abdi percaya."
"Foto apaan sih kamu teh, pake minta foto foto segala,, saya aja yang disini belum berani minta. "
Anjar kesal dengan ketengilan Adit yang masih dipiara sampai dewasa.
"Eehh barbuk atuh A,, barbuk.. Barang bukti..!!
Tanpa bukti mah Abdi moal percaya,, siapa tau Aa cuma halu.."
Tutt..
Kini Adit yang mematikan telepon secara sepihak, rupanya ia masih kesal dengan percakapan tempo hari yang tidak jelas, dan sekarang dia puas bisa membalasnya.
Wkwkwk
***
*
Semalaman Anjar tidak bisa tidur karena banyak sekali yang mengganggu pikirannya malam tadi. Pikiran tentang Ara yang ternyata Gema,, banyak memunculkan pertanyaan pertanyaan dan spekulasi spekulasi yang liar dikepalanya.
Mengapa Gema menyembunyikan identitasnya sebagai Ara...
mengapa Gema bersikap asing dan seolah olah tidak mengenalnya...
Mengapa Gema bersikap begitu dingin dan seperti yang menyembunyikan banyak misteri dalam dirinya...
mengapa Gema...
Mengapa Gema...
banyak sekali pokoknya pertanyaan pertanyaan tentang Gema.
Selain itu, percakapannya dengan Widi sore tadi juga membuatnya agak kesal... lumayan menambah berat kepalanya.
Setelah sholat subuh ia bersiap siap menunggu jemputan Jae.
Selesai memakai sepatunya,, ia segera keluar agar Jae tak perlu menunggu.
Beberapa saat kemudian, kopral Jae datang dengan sepeda motornya.
"Kok pake motor Jae, nggak pake jeep..??"
"Kita akan bergabung dengan rombongan mereka Dan,,... semalam saya sudah konfirmasi ke mereka kalau komandan juga ikut mendampingi... makanya komandan disediakan mobil sendiri dari sana,, jeep digunakan oleh anggota kita yang lain saja. "
Jae menerangkan situasinya.
*
*
Tak lama mereka sampai di titik kumpul,, karena jarak dari komplek rumah dinas tentara ke komplek sewaan KUSUMAH JAYA
tidak begitu jauh,, hanya lima menit perjalanan.
Sampai dilokasi terlihat rombongan sedang bersiap siap dengan diri dan bawaan mereka.
"Selamat pagi pa Jendral,, ini perkenalkan komandan saya yang semalam saya ceritakan. " Jae memperkenalkan Anjar pada Om Doni yang sedang melihat lihat senjata yang akan digunakan untuk berburu.
"Ooh iyaa,, selamat pagi Mas dan terimakasih telah berkenan mau mendampingi kegabutan grup saya ini.. hahaha."
"Tidak apa apa pak, itu sudah menjadi tugas saya."
Seraya menjawab Anjar menyambut uluran tangan Om Doni.
"Doni... " ucap Om Doni memperkenalkan dirinya.
"Satria Anjar.. " jawab Anjar sigap.
"Tam,, Tama sini.. "
Om Doni berseru pada seseorang disana yang sedang tertawa tawa bersama seorang perempuan yang sangat dikenalnya.
Hatinya kembali panas tak nyaman...
Laki laki yang dipanggil Om Doni ternyata adalah laki laki yang waktu itu ia lihat di lobi sebuah hotel.
Sosok laki laki ini terlihat tampan,, gagah,, perlente dengan pakaian yang sangat cocok ia kenakan.
"Ini,, komandan yang akan ikut dengan kita.. "
Om Doni menunjuk Anjar.
"Oh iya,, yang semalam kita bahas..? "
Dengan senyum yang mengembang
Tama mengulurkan tangannya.
"Satria Anjar.. " kembali Anjar menyebutkan nama lengkapnya seraya menjabat tangan Tama dengan erat.
"Pratama Wira.. "
***
### ###
Akhirnyaa berangkaatt
Kira kira apa yang akan terjadi di perburuan kali inii yaah...
ibu peri akan semedi dulu sambil nunggu waktu sahur ke dua nih,, agar mendapat ilham untuk cerita di bab berikutnya..
jangan lupa tinggalkan jejak yah manteman agar ibu peri lebih semangat menulisnya.
love you all 🥰🥰
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 122 Episodes
Comments