Akhirnya kambing guling pun disajikan dimeja para pembesar, selain mereka, semua pekerja dan warga sekitar pun turut menikmati hidangan tersebut yang waktunya bertepatan dengan jam makan siang.
Bukan hanya orang orang dilokasi saja yang menikmatinya,, bahkan banyak diantara mereka membungkus makanan juga untuk dibawa pulang ke rumahnya masing masing.
Pak Ardi yang begitu baik hati, sengaja menyuruh para warga untuk membagikan makanan tersebut,, jangan ada yang tersisa katanya, mubazir... dosa bila membuang buang makanan.
Tidak tanggung tanggung,, beliau memotong delapan ekor kambing untuk acara hari itu.
Sehingga semua yang ada disana tak seorangpun yang tidak merasa kenyang.
"Waduh pak Ardi, terimakasih sekali atas acara yang dilaksanakan hari ini ya pak. "
Seorang tokoh masyarakat disana menyalami pak Ardi untuk mengucapkan terimakasih sekalian berpamitan.
"Ini gimana yah pak kami jadi ke enakan gini, sudah puas makan, malah dikasih bekal juga untuk dibawa pulang."
Seorang tokoh yang lainnya juga menimpali.
"nggak apa apa pak,, bawa aja untuk keluarga di rumah,, biar ikut mencicipi juga gitu pak, jangan cuma dengar beritanya aja... hehehe"
Pak Ardi dengan senang hati meminta mereka untuk membawa makanannya.
*
*
Tidak berbeda dengan yang lain, mereka yang berada di pos juga telah selesai menikmati makanannya.
"Mau nambah, bu..? "
Alwin menawarkan daging kambing yang masih banyak di piring-piring.
"Nggak nggak, udah kenyang dari tadi nambah terus.... kamu juga udah jangan kebanyakan makan kambing nanti malem resah loh gak bisa tidur. "
"Memangnya kenapa kok bisa bikin resah segala..? " Alwin penasaran dengan perkataan Ara.
"Ck, dibilangin juga,, yaudah rasain aja nanti. "
Ara berdecak sedikit kesal pada Alwin.
"Sebetulnya yang bujang bujang itu nggak boleh terlalu banyak makan daging kambing mas Al.. "
Tiba tiba Eris nyeletuk
"Kenapa pak..? " Alwin berharap dapat jawaban dari Eris.
"Betul tadi kata bu Ara, kebanyakan makan kambing bisa bikin resah, gak bisa tidur. "
"Iyaa memangnya kenapa pak...? saya sehat kok nggak punya tekanan darah tinggi... "
Alwin keukeuh penasaran.
"bukan karena tekanan darah tinggi mas Al,, tapi tekanan si anu yang nantinya bikin sampean resah... hehehe. "
Setelah tau apa yang di maksud Eris,, Alwin hanya nyengir.
"Nah lihat nih mas, seperti ini nih contohnya"..
Eris menunjuk pada Anjar yang ada disebelahnya, yang ditunjuk diam saja,,
" Barusan komandan yang satu ini hanya makan sedikit saja kan..? nah itu tuh karena dia tau efeknya nanti, sedangkan istrinya jauh disana, bahaya untuk dia...lain dengan saya, saya mah bebas mau makan banyak juga, kalau nanti ada efeknya tinggal eksekusi aja langsung.. hahaha. "
Eris tertawa setelah menjelaskan, disusul dengan tawa yang lainnya.
Anjar hanya tersenyum dan geleng geleng kepala mendengar jokes dari Eris, sedangkan Ara tersenyum tipis menatapnya.
Tak sengaja keduanya beradu pandang.
Deg
Dengan jarak yang begitu dekat, ia baru bisa melihat wajah Ara dengan jelas. Wajah yang begitu sempurna tanpa cela, dengan kulit yang glowing tak setitik pun noda disana. Hidungnya yang mancung, matanya yang bulat besar persis seperti boneka, bibirnya agak tebal dengan belahan yang nyata.
Dadanya berdebar kencang,, ia sadar bahwa wajah Ara benar benar mirip dengan Gema.. Tapi satu hal yang membuat keraguannya begitu besar,, yaitu nama yang berbeda, membuat ia berpikir keras apa iya kalau didunia ini setiap orang punya kembarannya.
Tatapan Ara yang dingin dan tajam, membuatnya tak mampu berlama lama beradu pandang, sedikit salah tingkah Anjar memalingkan wajahnya.
"Pak komandan yang satu ini kok irit sekali bicaranya yah, tidak seperti Pak Eris yang seneng ngobrol. "
Setelah melihat reaksi Anjar yang salah tingkah, Ara sengaja ingin menggodanya.
"Hm, ah perasaan anda saja, saya tidak seperti itu."
Anjar menjawab agak grogi.
"Tapi semenjak tadi saya duduk, hanya beberapa kata saja yang saya dengar dari anda... kenapa, sedang sakit yah..?? saya perhatikan makan anda juga memang sedikit.” Ara menyambung percakapannya.
"Tidak tidak, saya tidak apa apa kok,, hanya saja saya bukan pecinta daging kambing... terimakasih atas perhatiannya."...
Anjar tersenyum diakhir jawabannya, Ara pun membalas dengan senyuman tipis.
Melihat senyuman Ara yang ditujukan kepadanya, entah mengapa ada sesuatu yang hangat menjalar didalam tubuhnya.
*
*
"Bu, kata pak Ardi, anda di jakarta suka balapan katanya,, apa betul..? "
Eris tiba tiba meng konfirmasi info dari pak Ardi tadi.
"Iyaa, betul pak. "
"Balapan di sirkuit atau gimana Bu..?"
"Di sirkuit hayu di jalanan juga oke aja saya mah. "
"Widiih hebat nih ibu,, menarik sekali nih. "
"Kenapa pak, anda mau nyoba..? ” Alwin bertanya dengan niat bercanda.
" Waduuh nggak deh kalo soal balap balapan mah saya ngerii mas, gak berani saya. "
"Awalnya juga dulu saya nggak berani pak,, cuma suami saya punya banyak hobi yang keras, ya saya jadi ikut ikutan,, eeh keterusan deh. "
Ara menjelaskan awal mula hobinya saat ini.
"Oohh begituu toh... hebat hebat..
Oh iyaa ngomong ngomong suami anda juga bekerja disini,, di Indonesia gitu..?"
Eris bertanya dengan mode serius.
"Nggak, terakhir dia bertugas di Eropa, tepatnya di Swiss, setelah sebelumnya kami keliling ke beberapa negara... "
"Oohh LDR dong bu, jauh sekalii,, saya kira ada di sini... nggak bakal kuat kalau saya sih."
"hmmm iyaa"...Ara tersenyum kecut..."LDR nya jauh bangett saya mah, sampai menembus ruang dan waktu, pak Eris... hehehe. " Ara terkekeh, tapi tersirat raut kepedihan diwajahnya.
"Loh maksudnya ruang dan waktu gimana toh,, maaf Bu saya jadi kepo ini, terlanjur penasaran jadinya."
Eris benar benar penasaran dengan apa yang dikatakan Ara.
Anjar pun sebetulnya sama seperti Eris, penasaran juga tapi ia hanya diam menyimak obrolan mereka.
"Sssss huuuufh. ".. Ara menghembuskan asap r*k*knya sebelum menjawab pertanyaan dari Eris.
" Meninggal pak, suami saya sudah meninggal, makanya saya kembali ke Indonesia."
sett seketika suasana menjadi hening di meja mereka.
Eris melongo dengan wajah yang tidak percaya, begitupun dengan Anjar yang langsung menatap tajam pada Ara.
"Innalillahi wainnailaihi rojiun..."
Eris dan Anjar hampir berbarengan mengucapkan innalillahi.
"Maaf Bu, maaf, saya turut sedih mendengarnya. "
" Gapapa pak Eris,, santai aja, lagian udah lama juga kok sudah hampir tiga tahunan . "
"Oohh begitu toh. "
kriing kriing...
Suara ponsel Ara memutus obrolan mereka, Ara pamit sebentar untuk mengangkat ponselnya.
***
"Janda mas, ternyata jandaa... "
Dalam perjalanan pulang Eris tak henti membahas tentang Ara..
"Waduuh pantes ajaaa, pantesan auranya beda gitu yo.. "
Anjar yang sejak tadi mendengarkan celoteh Eris, hanya diam saja tak merespon.
"Mas, kamu kenapa sih, saya perhatikan kok dari tadi diaam saja, kenapa... sakit yah..? "
"Nggak, nggak apa apa mas. "
"Eeehh...terus kenapa hari ini tidak seperti biasanya, apa mungkin lagi ada masalah..??
cerita toh mas biasanya juga sampean suka cerita cerita sama saya. "
"Entahlah Mas, saya sendiri bingung dengan yang sedang terjadi pada diri saya. "
"Eeehh kok gitu.. "
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 122 Episodes
Comments