Sepeninggal kopral Jae, Anjar segera membuka map berisi rekap ijin anggota berburu dari PERBAKIN.
Ia mencari dengan sedikit kasar,, setelah memilah milah kertas akhirnya yang ia cari ketemu.
GEMA MALINI ARASYA WINSTON... Nama yang begitu jelas dengan tulisan hurup kapital.
Setelah membaca beberapa kali dan membolak baliknya,, akhirnya ia menyimpan kembali kertas yang dipegangnya kedalam map. Setelahnya ia menunduk sambil mengusap usap wajahnya kasar.
Dadanya serasa sesak, kepalanya terasa berat, dan hatinya tak karuan.
Saat ini perasaannya benar benar campur aduk,, ada perasaan marah, tapi juga senang,, ada rasa khawatir dan takut yang menyelinap dalam hatinya.
Senang karena ternyata dugaannya selama ini benar adanya, karaguan yang selama ini menjadi benteng yang menghalangi keyakinannya akhirnya runtuh oleh kenyataan pada hari ini.
Marah karena ia tak habis pikir, kenapa Gema yang ia kenal menyembunyikan identitas aslinya kepadanya,, dan sikap nya yang selama ini seolah olah tidak mengenalnya.
"Tidak mungkin dia tidak mengenaliku. "
bisiknya dalam hati.
Selain itu, Ia juga merasakan takut dan khawatir yang begitu besar,, entahlah kenyataan bahwa Ara seorang janda saja ia sudah terganggu dengan itu, apalagi saat ini kenyataannya bahwa Ara dan Gema adalah orang yang sama,,, berarti Gema adalah seorang yang berstatus sendiri tanpa seorang suami... Tentu saja ia takut.. takut sekali.
(Takut keduluan kale yee pemiarsah 😂😂)
Dengan menilik status mereka berdua,,belum apa apa ia sudah membayangkan bahwa antara dia dan Ara ada sesuatu yang membentang,, entah apa yang pasti itu membuat kehawatirannya semakin besar.
Bagaimana tidak, Ara dengan statusnya yang sendiri, akan bebas sebebas bebasnya..
Sedangkan dia yang mempunyai seorang istri dan anak serta pangkat dalam kesatuan dan jabatan yang ia emban,, itu jelas sesuatu yang merantai nya.
Ia merogoh saku celana dan mengeluarkan ponselnya,, sejurus kemudian menghubungi seseorang..
Tuutt...tuutt...tuutt...
Setelah beberapa kali mengulang nada sambung akhirnya terdengar suara dari seberang sana.
" Hallo.. Asalamualaikum... " Terdengar suara seorang wanita yang menjawab.
"Waalaikumsalam... Na,, Adit kemana,, tidur..??" Tanya Anjar pada wanita diseberang sana.
"Nggak A,, A Adit lagi nguseup di belakang. "
"Bisa kasihkan HP nya Na, saya ada perlu. "
"Ooh iya A sebentar... eh,, atau mungkin sebaiknya ditutup aja dulu A, takutnya agak jauh... nanti Nana suruh telepon balik kalo udah ketemu. " Ujar wanita diseberang.
"Iya baiklah,, saya tunggu yah Na,, omat bilangin langsung segera telepon balik."
"Iya A iya.
tutt sambungan dimatikan.
Setelah melakukan panggilan telepon,, ia kembali duduk dan memejamkan matanya.
Pikirannya melayang kemana kemana...
Terbayang saat saat awal perpisahannya dengan Gema.
" Kamu benar benar mau pindah..? "
Tanya Anjar waktu itu saat mengantarkan Gema pulang sekolah...
Setelah perkenalannya dengan Gema yang di sponsori oleh Aditya adiknya, Anjar dan Gema menjalani hubungan yang dekat.. Anjar sering main main berkunjung ke rumahnya, dan dengan berbekal motor bebek inventaris dari bapaknya, Anjar sering mengantarkan Gema pada saat jam pulang sekolah.
Gema yang waktu itu dikejar kejar oleh banyak siswa laki laki di sekitarnya, merasa aman ketika ia dekat dengan Anjar.
Mereka yang ingin mendekatinya seakan segan karena takut dengan Anjar yang notabene seorang siswa teladan dan berpengaruh dilingkungan para siswa sekolah.
Saat itu ia mendengar cerita dari Adit, bahwa Gema sedang mengurus urus untuk kepindahannya ke kota lain. menurut cerita Gema yang dekat dengan Adit,, kepindahannya dikarenakan faktor ekonomi keluarganya yang agak sulit di sini.
Dikota lain, Gema akan ikut dengan saudara dari ayahnya yang seorang guru di sebuah sekolah yayasan Pondok Pesantren katanya...
"Iya A, aku akan pindah ke kota xxx.. "
jawab Gema pada saat itu.
Anjar merenung sebentar dan melanjutkan pertanyaannya..
"Kenapa harus pindah Gema..?? kamu kan baru saja naik kelas tiga, beberapa bulan lagi ujian, apa tidak sebaiknya menunggu sampai nanti kamu lulus dulu..??"
"Kalau aku lulus disini, nantinya aku tidak akan bisa melanjutkan sekolah A,, kedua orang tuaku sudah bilang, mereka tidak akan sanggup untuk membiayaiku." jawab Gema.
"Maksud saya, kamu selesaikan dulu sekolahmu disini sampai lulus,, setelah itu baru nanti kamu pindah kesana untuk melanjutkan sekolah...” Anjar menjelaskan maksudnya.
" Nggak bisa A, saudaraku yang disana tuh bukan guru sekolahan biasa,, dia itu guru yayasan,, dia ngajar di sebuah pondok pesantren yang ada sekolahnya dari tingkat SD sampai Tingkat SMA.... kalau aku daftar langsung untuk sekolah SMA, nantinya aku harus bayar sebagai siswa baru. " Dengan raut sedih Ara berusaha menjelaskan.
"Sekarang kalau kamu pindah, tetap sebagai siswa baru kan disana... saya kurang paham"
"Kalo aku pindahnya sekarang, sodara aku bisa bantu katanya agar sekolahku gratis sampai nanti tingkat SMA, soalnya disana siswa SMP nya sedikit, kuota beasiswanya masih ada,, makanya harus sekarang katanya.. gak tau aku juga bingung A. "
Sesaat mereka diam dan sama sama menunduk.
"Disana juga aku tinggalnya di pondok A, sekolahnya dibayarin yayasan jadi mau tidak mau aku harus mondok juga."
Gema melanjutkan penjelasannya.
"Ooh kirain tinggal sama sodara kamu. "
Anjar menoleh.
"Nggak A,, ah kasihan atuda sodara aku oge bukan orang yang berada,, anaknya juga kan sama sekolah disitu,, mondok juga. "
"hmmm." Anjar tak bisa berkata kata, dia juga bingung tidak bisa berbuat apa apa karena saat ini dia pun hanya seorang siswa sekolah yang masih bergantung pada orangtua.
"Tapi ada baiknya juga sih A aku tinggal di area pesantren gitu,, nanti kan aku bisa belajar hidup mandiri disana,, juga tidak ada biaya makan dan lainnya karena sudah ditanggung oleh yayasan semua. orangtuaku jadi gak usah mikirin biaya apa apalagi buat aku. "
Gema menatap Anjar dengan air mata yang mengambang dimatanya.
"Maaf yaa A yah..." lanjut Gema.
Anjar segera menggenggam tangan Gema untuk menguatkan.
"Gapapa Gema,, kenapa kamu minta maaf..? bukan salah kamu kalau keadaannya memang harus seperti itu..."
"Aa nggak marah kan..?? ”
" Kenapa harus marah.?? marah sama siapa..? justru saya mendukung kamu kalau sekiranya ini menjadi yang terbaik buat kamu.. wujudkan cita cita kamu Gema, dan saya akan selalu mendo'a kan itu."
"Cita cita apa,, aku gak punya cita cita apapun A,, bisa melanjutkan sekolah dan nantinya bisa menjalani hidup layak yang berkecukupan, aku akan sangat bersyukur."
"Jangan gitu Gema,, takdir manusia siapa yang tau... Atau kalau memang kamu gak ada cita cita,, jadi istri saya aja yah,, tunggu saya dan jaga hati kamu untuk saya. " Anjar tersenyum dan berujar malu malu.
"Nunggu, memangnya Aa mau kemana..? ”
" Saya akan mengejar mimpi dan cita cita saya dulu,, kalau semuanya lancar dan Allah mengijinkan saya untuk bisa menggapainya,, pada saat itu saya akan menemui kamu dan meminta kamu untuk jadi istri saya... "
Gema melongo mendengar kata kata yang diucapkan Anjar.
"Memangnya cita cita Aa apa..? ” Gema bertanya penasaran.
" Saya tidak akan memberitahu kamu sekarang,, nanti saja, masih jauh soalnya.. hehe.... tapi kamu janji yah pada saatnya nanti kamu tidak akan menolak saya. " Anjar menatap Gema penuh harap.
"Iya,, aku janji. "
Gema tersenyum dan menunduk menyembunyikan wajahnya yang memerah.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 122 Episodes
Comments