Dua hari sebelum kedatangan Arasya Winston, tepat di ujung pulau Sumatra... Di suatu tempat yang berjuluk serambi Mekkah.
Disinilah seorang laki-laki berseragam loreng berdiri mematung, termenung membelakangi mejanya dan menatap jauh keluar jendela.
Diatas meja, terpampang papan nama dengan tulisan Satria Anjar komandan xxx.
Hampir lima tahun ia bertugas di wilayah Aceh, setelah sebelumnya ia berpindah pindah wilayah tugas, baik di dalam negeri maupun tugas yang mengharuskannya ikut dalam misi misi kemanusiaan ke luar negeri, yang mana negara-negara tujuan adalah negara yang sedang berkonflik...dan sebagai Abdi negara ia sudah terbiasa dengan hal itu.
Kinerja yang baik, dukungan dari keluarga dan kesungguhannya dalam menjalankan tugas serta pendidikan karir yang ia tempuh, menjadikannya seorang perwira tingkat pertama di usianya yang terbilang masih cukup muda, yakni 35 tahun
Dan kini ia juga tengah bersiap untuk kenaikan pangkat selanjutnya yaitu perwira tingkat menengah setingkat Mayor, dan tinggal beberapa bulan saja tugasnya di serambi Mekkah akan berakhir.
Lamunannya begitu jauh, menembus masa beberapa tahun ke belakang saat Widia istrinya memintanya untuk menikah lagi.
***
tok tok tok
Lamunannya buyar saat seorang anak buahnya mengetuk pintu dan masuk ke ruangannya.
"Ijin lapor Dan, persiapan pengamanan untuk peletakan batu pertama pembangunan jembatan telah selesai".
" Bagaimana dengan rencana pengawalan untuk para pejabat terkait..?"
"Semua sudah dipersiapkan dengan baik, Dan".
"Lalu wakil dari perusahaan rekanan yang bertanggung jawab, apa sudah ada disini..?”
" Saya dengar dengar dari para karyawannya belum, Dan... katanya baru hari ini mereka berangkat dari Jakarta."
"Ooh ya sudah, silahkan kembali bertugas."
"Baik Dan"... seraya memberi hormat anak buahnya keluar dan menutup pintu yang sejak tadi terbuka lebar.
***
Dalam menjalankan tugasnya selama ini, didaerah manapun ia ditempatkan, tak sekalipun ia memboyong keluarganya.
Selain istrinya yang seorang dokter, dan anaknya yang disekolahkan di lingkungan pesantren, juga banyak pertimbangan lainnya yang ia pikir lebih baik jika menjalani hubungan jarak jauh dengan istrinya.
Bukan tanpa alasan kalau ia memutuskan untuk LDR, karena sebenarnya bisa bisa saja istrinya ikut dalam pengabdiannya...
Ada sesuatu yang tidak bisa ia ungkapkan, ada satu rahasia yang ia tutupi rapat rapat selama ini tentang Widia.
Rahasia yang selalu ia jaga selama usia pernikahannya... Kekurangan fatal dari seorang Widia yang selama ini ia maklumi.
Penyakit yang di idap Widia baru ia ketahui dimalam pertama setelah pernikahan.
Yang membuatnya heran, kenapa Widia yang notabene seorang dokter tidak bisa menangani penyakitnya, padahal dia sendiri yang mengatakan kalau penyakitnya itu bisa sembuh dengan terapi dan operasi katanya.
Tapi pada kenyataannya Widia memilih untuk memintanya menikah lagi daripada melakukan pengobatan.
Vaginismus...Itulah penyakit yang di idap istrinya... Suatu penyakit langka yang hanya di idap oleh sebagian kecil perempuan yang kurang beruntung di dunia... Dimana pengidapnya tidak bisa melakukan hubungan int*m. Setiap kali mereka akan melakukannya maka reflek sarafnya akan menolak.
Kalaupun dipaksa dan terjadi hubungan,itu akan sangat menyakitkan bagi perempuan yang mengidap penyakit ini.
*** ***
Sepeninggal anak buahnya, Anjar kembali termenung, tapi kali ini ia duduk di kursi kebesarannya.
Seraya bersandar ia mengingat ngingat, rasanya selama 13 tahun pernikahannya , tak sekalipun ia pernah merasa puas dalam berhubungan dengan istrinya.
Pernah sekali ia melakukannya tanpa penolakan dan perlawanan dari Widia, saat itu ia baru saja pulang tugas dari Kalimantan, Widia tertidur pulas seperti orang pingsan atau bahkan menurutnya seperti orang mati, karena pada waktu itu hanya nafasnya saja yang terdengar.
Saat itulah ia melakukannya dengan agak santai meskipun tanpa pelayanan yang semestinya.
Tapii yaaa sudahlah mau bagaimana lagi daripada tidak sama sekali, atau seperti biasa drama dulu dan ujung ujung nya ia hanya bisa menuntaskan nya dikamar mandi, karena dalam setengah perjalanannya Widia akan mengerang,menangis, berteriak kesakitan atau bahkan sampai sesak nafas.
Ternyata waktu itu Widia membius dirinya sendiri, demi suaminya yang baru pulang bertugas agar bisa meng*a*linya.
Alhamdulillah dari kejadian bius itu lahirlah seorang anak perempuan didalam rumah tangga mereka.
Dan sejak saat itu Anjar tak pernah lagi memaksakan untuk menuntut hak nya.
Bukan tak ingin ia membahas tentang itu atau bahkan harusnya menuntut agar istrinya bisa melakukan pengobatan untuk sembuh, tapi ia teringat saat percakapan terakhir kali dengan Widia, saat berpamitan untuk bertugas kembali...
"Wid, enam bulan kedepan saya dinasnya pindah lagi bukan di Kaltim tapi di Kalsel... kali ini bukan di pelosok, saya ditempatkan di kota Banjarmasin".
"Alhamdulillah...kalau begitu sekali sekali Bunda bisa main main kesana ya Yah."
Dengan raut bahagia Widia menjawab.
"Tidak perlu, kamu berobat saja agar nanti pas saya pulang kamu siap menyambut saya dan membuat saya bahagia."
Seketika raut wajahnya Widia berubah sedih
"Bunda tau selama ini ayah tidak bahagia, bunda sadar tidak bisa melayani ayah seperti seharusnya...tapi jangan pernah ayah memaksa bunda untuk melakukan pengobatan,, karena sebagai seorang dokter bunda tau pengobatan seperti apa yang akan dijalani oleh perempuan yang mengidap penyakit ini."
"Memangnya kenapa Wid, apa yang akan dokter lakukan untuk penyembuhan penyakitmu..?"
"Operasi dan terapi. "
"Lalu apa yang kamu takutkan...? kamu sendiri sudah biasa melakukan operasi kan..?
masa iya tidak percaya terhadap rekan sesama dokter, mereka juga sama kan menempuh pendidikan yang sulit untuk menyandang gelar spesialis nya."
'bukan operasinya yang bunda takutkan Yah, tapi rangkaian pemeriksaan dan terapi pasca operasi nya yang buat bunda malas".
"Loh apa salahnya melakukan ikhtiar untuk sembuh dari sakit, kamu seorang dokter pastinya lebih tau itu".
" Justru karena Bunda seorang dokter Bunda tau, dan Bunda gak mau area terlarang Bunda dipegang pegang oleh orang lain”.
"Yaa ampuun... orang lain itu adalah dokter, dokter Wid... kenapa pemikiran kamu sesempit itu..!?"
Nada bicara Anjar sedikit meninggi.
"Sudahlah Yah, setiap kali kita membahas ini pasti kita berakhir dengan pertengkaran.. Bunda kan sudah sering bilang, untuk menggantikan kewajiban bunda melayani ayah, silahkan ayah menikahi wanita lain...
Bunda ridho bunda ikhlas Yah, asalkan ayah setuju bunda akan carikan wanita yang baik untuk ayah, bunda janji ayah tidak akan kecewa dengan pilihan bunda..!
Widia beranjak dari duduknya dan akan masuk kedalam kamar,, tapi dengan segera Anjar meraih tangannya dan mendudukan Widia kembali ke kursinya di ruang keluarga.
"Astagfirullah...!! kita belum selesai bicara Wid... saya sungguh tidak mengerti dengan pemikiranmu ..!! kamu seperti orang yang tidak berpendidikan, saya tidak akan bisa semudah itu menikah lagi.. kamu pikir gampang?? ... tentara tidak bisa seenaknya berpoligami..!!"
Wajah Anjar sudah memerah
"Iya Bunda tau, tidak akan gampang kalau menikahnya secara sah tapi kalau siri gapapa kan Yah... lalu banyak yang berakhir buruk Bunda juga tau, tapi itu hanya terjadi apabila pernikahannya tidak diketahui istri sah...!"
Widia yang tak mau kalah segera menimpali suaminya.
Anjar diam dan hanya geleng-geleng kepala menanggapi argumen Widia... dia rasa percuma berdebat kalau salah satu pihak merasa benar dan tak ada yang mau mengalah.
"Ok... Kalau itu mau mu.. Saya akan pegang kata kata kamu saat ini... Saya tidak akan pernah menagih nya sampai suatu saat saya menemukan seseorang untuk saya jadikan istri, dan ingat Wid, saya tidak akan menikahi siapapun wanita pilihan kamu, saya hanya akan menikahi wanita pilihan saya dan kamu tidak akan menolaknya...!!! "
Sambil menghela nafas akhirnya Anjar berbicara dengan nada yang lemah tetapi tegas.
"Ok deal, selama wanita itu baik dan tidak merebut posisi Bunda, insyaallah Bunda ridho dan ikhlas,, bila perlu Bunda akan membuatkan ijin tertulis hitam diatas putih agar nanti tidak merusak reputasi ayah."
Ucap Widia sambil mengulurkan tangannya untuk berjabat...
**** ****
Dan kini, setelah beberapa tahun berlalu Anjar masih tetap dengan kehampaannya... bukan tak ada wanita yang mau dijadikannya istri ke dua, namun ia memang tidak mencari dan tidak berniat untuk berpoligami.
Walaupun pernikahannya dengan Widia bukan didasari cinta, tapi ia sangat menjunjung tinggi arti dari pernikahan.
####ye ye ye la la la sudah dapat ijin tapi kok malah jadi pusing yah 🤣🤣
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 122 Episodes
Comments