"Lepasin aku! Jangan kurang ajar! Aku akan teriak kalo kamu berani macam-macam!" Teriak seorang perempuan yang ternyata adalah Alda.
"Lepasin dia! berani macam-macam sama pacarku, habis kamu!" Ancam Diego pada penjahat itu.
"Ha ha ha, Jangan ngaku-ngaku! Mana buktinya kalo dia pacar kamu?" Teriak penjahat itu, yang tampak seumuran juga dengan Diego.
Diego langsung mengeluarkan ponselnya dan memperlihatkan foto SS saat dirinya dan Alda bercumbu. Penjahat itu menelan ludahnya dan langsung mendorong Alda ke arah Diego.
"Lain kali di jaga pacarnya! Barang bagus dibiarin kelayapan sendiri malam-malam." Ucap Penjahat itu yang langsung pergi meninggalkan Alda dan Diego.
Diego langsung menarik tangan Alda untuk naik ke atas motornya. Alda yang ketakutan pun hanya menurut saja.
Dalam perjalanan, keduanya hanya diam membisu seperti orang yang tidak saling mengenal satu sama lain.
Diego mengantar Alda sampai di depan rumah Alda. Tanpa mengatakan apapun, Alda langsung turun dan masuk ke dalam rumah yang belum terkunci.
"Darimana saja kamu jam segini baru pulang?" Teriak ibu tiri Alda yang tampak masih sibuk menyiapkan dagangannya untuk dijual besok pagi.
"Maaf Buk, tadi Alda ketiduran di rumah temen, terus pas pulang susah nyari kendaraan." Jawab Alda tanpa berani memandang ke arah wajah ibu tirinya.
Ibu tiri Alda yang tadi sempat mengintip dan mengetahui Alda pulang bersama laki-laki seusia putrinya, langsung menampar Alda sampai Alda jatuh terduduk dilantai.
Shera yang baru keluar dari kamar langsung lari dan menolong Alda.
"Ibu jangan seperti ini! kasian Alda." Ucap Shera sambil membantu Alda untuk bangun.
"Kamu jangan bela dia terus Shera! Apa yang dia lakukan benar-benar tidak pantas. Bagaimana mungkin seorang gadis tidur di rumah teman lelakinya. Perempuan macam apa dia?" Teriak Ibu tiri Alda dengan raut wajah penuh amarah.
Tanpa mengindahkan ucapan Ibunya, Shera langsung mengajak Alda masuk ke dalam kamar. Shera khawatir ibunya akan semakin menyiksa Alda, jika tidak buru-buru dijauhkan.
Apalagi ayah Alda yang juga ayah tiri Shera sedang ada tugas malam di gudang tempatnya bekerja. Ibunya akan semakin bebas melakukan apapun pada Alda.
"Sebenarnya kamu darimana Al? Dari siang aku hubungi kamu, kenapa nggak kamu Jawab?" Ucap Shera sambil menyodorkan segelas air putih untuk Alda.
Alda meneguk minuman pemberian Shera, kemudian ia terdiam sejenak dan tampak sedang memikirkan sesuatu.
"Apa sebaiknya aku cerita saja sama Shera tentang apa yang aku alami saat ini? Cuma Shera yang bisa aku percaya. Tapi aku takut kalo nanti Shera malah marah sama Diego dan melakukan hal-hal yang membuat masalahku jadi semakin rumit." Batin Alda bertanya-tanya dan khawatir keputusannya akan menambah masalah baru.
Di saat Alda terbengong, tiba-tiba ponsel Alda yang ia letakkan diatas meja bergetar dan menampilkan pesan dari Diego.
"Jangan sampai kamu mengadu ke orang-orang kalo tidak mau Video ini menyebar luas!" Ancam Diego melalui pesan yang tak sengaja terbaca oleh Shera.
"Apa yang dilakukan Diego sama kamu Al?Kamu jujur saja jangan takut!" Tanya Shera pada Alda yang masih tampak bengong.
Mendengar nama Diego keluar dari bibir Shera, Alda langsung tersadar dan menatap Shera dengan raut wajah sedih.
"Diego sher." Ucap Alda sambil terisak, kemudian langsung memeluk Shera dalam keadaan masih menangis.
"Kamu di apain sama Diego? Kamu cerita saja!" Pinta Shera kepada Alda.
Alda menceritakan apa yang dialaminya setelah Shera berjanji tidak akan mengatakan hal itu pada siapapun. Alda menceritakan kejadian awal mula saat dirinya berada di rumah Diego hingga tadi saat berada di rumah Ririn. Shera merasa sangat marah dengan apa yang di alami Alda.
"Kamu tenang saja ya Al! Kita harus mencari keadilan. Kita tidak boleh diam saja di perlakukan seperti ini." Ucap Shera sembari mengelus rambut Alda yang masih berada dalam pelukannya.
"Shera, aku mohon jangan sampai orang lain mengetahui tentang masalahku! kamu tahu sendiri kan, Diego itu bukan anak sembarangan. Mereka sangat berkuasa. Tidak semudah itu kita mencari keadilan." Tegas Alda yang sudah tahu persis kehidupan Diego dan keluarganya.
Shera mengangguk paham. Yang di katakan Alda memang benar adanya. Tetapi Shera tetap akan mencari cara supaya bisa membalas perbuatan Diego.
Pada suatu hari saat mengikuti pelajaran olahraga, tiba-tiba Alda pingsan ditengah lapangan. Kebetulan saat itu Diego sedang berada dibelakang Alda, hingga Diego reflek menahan Alda yang hampir terjatuh ke tanah. Pak Bambang guru olah raga, meminta Diego untuk membawa Alda ke dalam ruang UKS.
Setelah petugas UKS memberikan penanganan pada Alda, tidak lama kemudian Alda siuman. Alda terkejut ketika membuka mata, ada Diego di hadapannya.
"Alda masih pusing tidak?" Tanya petugas UKS pada Alda yang masih tampak lemah. Alda hanya mengangguk dan mengatakan sedikit pusing. Kemudian Alda ditanya kapan terakhir datang bulan.
Deg.
Jantung Alda berdetak lebih kencang. Dan seketika itu Alda teringat bahwa jadwal bulanannya sudah lewat seminggu.
"Alda." Tegur petugas UKS sembari menyentuh bahu Alda yang tampak sedih.
Alda tidak mampu menjawab pertanyaan itu dan malah menangis histeris sambil menutup wajahnya dengan kedua tangannya.
Diego yang tadinya santai karna belum paham dengan maksud pertanyaan itu seketika langsung panik dan izin akan kembali ke kelas.
"Ini nggak bisa di biarkan, aku harus cari cara supaya Alda tidak membawa aku dalam masalah ini." Batin Diego merasa belum siap untuk bertanggung jawab atas perbuatannya.
Sekitar satu jam kemudian, Diego di panggil oleh kepala sekolah. Dan saat Diego masuk ke dalam ruang kepala sekolah, tampak Shera dan Alda juga sudah berada di sana. Alda tampak terisak dalam pelukan Shera.
"Diego, apa benar yang Shera dan Alda katakan, bahwa kamu yang telah memperkosa Alda hingga Alda hamil?" Tanya kepala sekolah pada Diego yang sudah duduk menghadap kepala sekolah.
"Maaf pak, lebih tepatnya Alda yang sudah menggoda saya, dan membuat saya khilaf. Kalo memang saya memperkosa dia, tidak mungkin kan dia sesantai ini?" Jawab Diego santai sambil menunjukan Video saat Alda dalam pengaruh obat.
Sebelumnya Diego sudah mempersiapkan semua jawabannya, supaya ia tidak disalahkan atas perlakuan buruknya.
Alda dan Shera tidak terima dan menuntut Diego untuk bertanggung jawab. Akan tetapi Diego menolak untuk bertanggung jawab.
Sedangkan kepala sekolah yang lebih berpihak pada Diego dan tidak mau nama sekolahnya tercoreng langsung mengeluarkan Alda dari sekolah.
Dalam perjalanan pulang, Alda tak henti-hentinya menangis. Sementara Shera, ia hanya bisa menghibur dan menyemangati Alda saja.
Saat keduanya sampai di depan pagar rumah, tiba-tiba ada mobil berhenti. Tampak Diego membuka kaca mobil dan langsung melemparkan amplop berisi uang.
"Itu buat kamu, lebih baik kamu gugurkan saja anak itu! karna sampai kapanpun aku tidak akan bertanggung jawab sama kehamilan kamu." Ucap Diego yang langsung menutup kaca mobil dan menyuruh supir pribadinya untuk segera melajukan mobilnya.
Bersambung..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 126 Episodes
Comments