Jam pulang sekolah Diego menunggu Nadia didepan sekolah. Diego khawatir Nadia marah. Sebab dari semalam Nadia belum juga membuka blokiran kontaknya.
Diego mengenakan topi, masker dan kacamata serta menggunakan mobil rental supaya tidak ada yang mengenali dirinya.
Ketika tampak Nadia keluar dengan mengendarai motornya, Diego bergegas mengikutinya.
Di saat itu juga ternyata Arka juga sedang mengikuti Nadia, Arka merasa curiga sama mobil yang di kenalnya sebagai mobil rental tampak seperti sedang mengikuti Nadia.
Dan benar saja, disaat jalan dalam kondisi sepi. Mobil tersebut langsung menghadang Nadia dan seseorang yang baru keluar dari mobil tersebut terlihat memaksa Nadia untuk ikut bersamanya.
Dengan sigap Arka segera turun dan mendekati mereka. Arka langsung menendang tangan laki-laki tersebut yang hendak menyuruh Nadia untuk segera masuk ke dalam mobil.
"Sini lawan gue dulu kalo berani!" Tantang Arka dengan gaya yang sudah bersiap untuk bertarung.
Nadia tampak khawatir dan mencoba untuk menghentikan Arka yang ingin menyerang Diego.
"Kamu tunggu di dalam mobil saja Nad, jangan khawatir!" Arka mengira Nadia mencegahnya karena khawatir Arka akan terluka. Padahal maksud Nadia yang di tantang Arka adalah kekasih Nadia, jadi Arka tidak boleh menyerangnya.
Tanpa mengucap apapun, Diego langsung masuk kembali ke dalam mobil dan segera melajukan mobilnya dengan kencang sebelum Arka curiga bahwa lelaki tersebut adalah papanya.
Setelah Diego pergi, Nadia langsung mengomeli Arka dan segera pulang dengan kembali mengendarai motornya. Arka yang mendapat omelan dari Nadia malah jadi bingung sendiri.
"Orang satu ini tiap ditolong bukannya makasih malah mengomel. Heran deh." Keluh Arka merasa heran dengan sikap Nadia.
Di dalam mobil, Diego merasa kecewa karna gagal mengajak Nadia pergi. Tetapi ia juga tidak menyalahkan Arka. Sebab Arka seperti itu juga karna ia peduli dan ingin selalu melindungi Nadia.
Satu notifikasi pesan dari Nadia berhasil membuat sinar di wajah Diego kembali cerah. Nadia meminta maaf karna tadi ada salah satu teman nya yang ingin menyerang Diego.
Tanpa pikir panjang Diego langsung menghubungi Nadia dan mengajaknya untuk bertemu di luar nanti malam. Tapi ternyata Nadia tidak menjawab panggilan darinya. Sepertinya Nadia sedang dalam perjalanan pulang ke rumah.
Di tempat kerja Alda, ia kembali di labrak oleh perempuan yang kemarin yang sama-sama berseragam karyawan.
"Dari kemarin loe ngancem gue mulu. Sebenarnya cowok loe itu siapa? Gue nggak pernah ngerasa deket atau jalan sama siapapun. Jadi coba kasih tahu yang mana cowok loe? Seganteng apa dia sampai loe bela-belain marah-marah terus sama gue yang nggak tahu apa-apa?" Ucap Alda merasa geregetan dengan perempuan yang sekarang ia tahu namanya adalah Dewi.
"Nggak usah pura-pura nggak tahu apa-apa! Dia sendiri yang mengakui kalo dia lagi deket sama loe." Balas Dewi masih mengotot menyalahkan Alda.
"Iya tapi yang mana? Semua yang disini juga tahu kali kalo gue cuma dekat sama Sofi dan Andin. Yang mana coba tunjukan cowok loe! Jangan cuma bisanya koar-koar terus!" Ucap Alda tampak emosi dibuatnya.
Semua yang melihat pertikaian antara Alda dan Dewi hanya menyaksikan saja tanpa ada yang mau melerai. Menurut mereka itu adalah pertunjukan yang bagus. Apalagi selama ini mereka hanya melihat sisi kalem Alda saja. Mereka tidak menyangka Alda bukanlah perempuan yang mudah ditindas.
Saat ini Arin dan Tata sedang membeli sesuatu di Toko depan perusahaan. Jadi mereka tidak tahu soal pertikaian antara Alda dan juga Dewi.
"Loe emang cakep, tapi percuma kalo murahan. Nggak ada harga dirinya. Gue curiga jangan-jangan loe gadis bukan perawan." Maki Dewi pada Alda yang semakin menjadi-jadi.
Kali ini Alda merasa tersinggung dengan ucapan Dewi.Tanpa pikir panjang Alda langsung menampar Dewi sampai dua kali kanan dan kiri.
Hal itu membuat Dewi semakin marah dan menyerang Alda. Semua yang menyaksikan tidak ada yang mau memisahkan malah berseru menyemangati mereka.
Diego yang baru sampai dan tidak sengaja melihat keributan tersebut langsung melerai mereka. Seketika semua terdiam tidak ada yang berani mengeluarkan suara.
"Ada apa ini? Apa yang kalian ributkan?" Bentak Diego seperti seorang guru sedang memarahi muridnya yang bandel.
"Maaf pak, saya hanya kesal sama Alda karna dia berusaha merebut pacar saya." Keluh Dewi sambil melirik Alda dengan tatapan benci.
"Memangnya salahnya dimana? Kalian kan belum menikah, itu artinya masih hak milik bersama kan?"
Bertolak belakang dari pengakuan Alda sebelumnya, kali ini Alda justru mengakui seolah dirinya memang merebut kekasih Dewi. Hal itu ia lakukan supaya Diego tidak mencurigainya atau mengejarnya lagi.
Diego merasa kesal dengan jawaban dari Alda, kemudian ia malah meminta Alda untuk ke ruangannya dan menyuruh semua karyawan untuk tidak membuat gaduh.
"Ke ruangan saya sekarang!" Perintah Diego dengan tegas sambil menarik tangan Alda.
Dewi merasa puas melihat Alda di marahi oleh sang bos. Sedangkan Andin dan Sofi yang baru datang, mereka tampak bingung ketika melihat Alda di tarik paksa oleh atasan mereka.
"Mau juga dong di tarik-tarik seperti itu." Seru salah satu karyawan dengan centilnya.
"Di tarik pakai dadung mau loe? Bentar lagi kan lebaran idul ad'ha?" Sambung yang lainnya.
Mereka semua tertawa dengan candaan teman-teman mereka, tetapi tidak untuk Andin dan Sofi. Mereka tampak bingung dan juga kesal terhadap Dewi.
Di ruang kerja Diego, Alda di suruh duduk di sofa. Pintu juga sudah dikunci, membuat Alda merasa khawatir tetapi Alda berusaha untuk tetap tenang.
"Apa benar yang kamu bilang tadi? Kamu pacaran sama salah satu karyawan disini?"
Diego tampak serius bertanya dan langsung di angguki oleh Alda.
"Memangnya ada apa ya pak? Saya juga manusia normal yang juga butuh pendamping hidup. Apa salahnya?" Jawab Alda seolah ia tidak merasa bersalah, lebih tepatnya memang tidak pernah ada yang didekatinya.
"Tapi bukannya laki-laki itu pacar teman kamu?" Ucap Diego sembari duduk di sebelah Alda yang tampak berusaha untuk tetap terlihat tenang. Padahal Diego bisa merasakan bahwa saat ini Alda sedang tegang.
"Kan baru teman. Seperti yang saya bilang tadi. Selama belum menikah berarti masih hak milik bersama." Ucap Alda sembari berusaha untuk bergeser dari duduknya, saat Diego berusaha untuk lebih dekat lagi.
"Kalo begitu kenapa kamu nggak pacaran sama saya saja! Nggak ada bedanya kan?"
Diego semakin mendekatkan wajahnya ke arah wajah Alda.
"Beda dong pak, sama dia kan saya cinta. Kalo sama bapak, saya nggak ada rasa apapun."
Alda masih berusaha untuk mengelak dari kejadian yang sebenarnya.
"Tapi kalo saya mau jadi pacar kamu bagaimana?"
Tanpa menunggu jawaban dari Alda, Diego langsung saja mencium bibir Alda dengan lembut. Tiba-tiba bayangan saat Alda berciuman dengan Diego di rumah Ririn saat itu terbesit di ingatan Alda. Jadi bukannya Alda memberontak tapi ia malah menikmatinya. Hingga tanpa sadar, Diego sudah melepas dua kancing kemejanya.
Tiba-tiba ketukan pintu menyadarkan keduanya. Alda langsung buru-buru menutup kembali kancing kemejanya dan pura-pura tidak terjadi apa-apa.
Setelah mengintip siapa yang akan datang, Diego meminta Alda untuk bersembunyi dulu di balkon, sebab ternyata yang datang adalah papanya.
Bersambung..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 126 Episodes
Comments