"Loe tahu nggak gaes? pak Diego sekarang sudah resmi bertunangan dengan Bu Mesya lho." Seru Sofi saat makan bersama dengan Andin dan Alda di kantin tempat nya bekerja.
Mendengar kabar tersebut, Alda yang sedang menyeruput es teh nya, langsung tersedak.
"Pelan-pelan Al!" Tegur Andin sembari menyodorkan selembar tisu pada Alda.
"Padahal tadi juga ada yang bilang lho, kalo kemarin itu dia baru saja lihat pak Diego jalan sama gadis belia yang sangat cantik. Pak Diego terlihat sayang banget sama gadis itu." Balas Andin yang tadi sempat tidak sengaja mendengar obrolan dari karyawan lain.
"Anak angkatnya kali, kan katanya pak Diego punya anak angkat yang sudah SMA." Ucap Sofi berpendapat sesuai apa yang baru diketahuinya.
Alda hanya diam saja mendengar percakapan kedua temannya. Ia sama sekali tidak tertarik untuk membahas semua hal yang berhubungan dengan lelaki yang dibencinya itu.
Tiba-tiba seorang perempuan yang juga menggunakan seragam yang sama mendekati Alda.
"Loe yang namanya Alda?" Tanya perempuan tersebut dengan nada angkuh.
"Iya, ada apa ya?" Jawab Alda santai.
Sofi dan Andin hanya bisa saling menatap dan bertanya satu sama lain. Di antara mereka berdua sama-sama tidak mengerti.
"Jauhi pacar gue kalo masih betah kerja disini!" Ancam perempuan tersebut dan langsung pergi begitu saja.
Alda yang merasa tidak mengenali perempuan tersebut merasa bingung dan heran.
"Siapa sih dia? Cowok nya yang mana?" Tanya Sofi penasaran.
Alda hanya menaikan bahunya, karna ia benar-benar tidak tahu sama sekali.
"Udah gila kali ya tu cewek?" Ucap Andin merasa gregetan dengan sikap perempuan tersebut.
"Udah yuk kita balik ke gudang aja!" Ajak Alda kepada dua sahabatnya, sekaligus untuk mencairkan suasana yang tegang.
Dalam hati Alda, ia masih penasaran dengan apa yang di maksud perempuan tadi. Sebab ia merasa tidak pernah berdekatan ataupun komunikasi dengan laki-laki selain Diego, yang sempat mengantarnya pulang malam itu.
Apa mungkin perempuan itu juga kekasih Diego? Begitu pikir Alda. Sebab menurutnya, Diego memang layak punya banyak wanita. Jadi bisa saja Diego juga ngegebet salah satu karyawannya.
"Alda, kamu di cari sama pak Diego. Suruh ke ruangannya sekarang!" Ucap salah satu mandor karyawan, saat melihat Alda memasuki gudang produksi.
Alda mengangguk dan mengiyakan ucapan mandor tersebut. Setelah itu ia pamit pada kedua sahabatnya untuk menemui atasan mereka terlebih dahulu. Setelah sampai di tempat tujuan, Alda segera mengetuk pintu ruang kepemimpinan.
Begitu terdengar suara dari dalam yang menyuruhnya untuk masuk, Alda segera membuka pintu dan menghadap laki-laki yang masih dibencinya tersebut.
"Ada apa ya pak, panggil saya kesini?" Tanya Alda ramah, bertindak seolah dirinya orang asing bagi Diego.
Diego mempersilahkan Alda untuk duduk terlebih dahulu, sebelum ia mengatakan tujuan dirinya meminta Alda untuk datang.
"Oke, saya suruh kamu kesini. Cuma karna mau ngasih penawaran saja. Saya perhatikan kinerja kamu bagus. Kamu juga sudah sangat lama bekerja disini. Bagaimana kalo kamu naik jabatan jadi sekretaris saya saja?" Ucap Diego dengan posisi berdiri dan bersedekap dada. Kemudian duduk di meja depan Alda duduk.
Dalam hati Alda, ia merasa tertarik. Tapi ia yakin, itu hanyalah akal-akalan Diego saja, supaya bisa dengan mudah mempermainkan dirinya.
"Bagaimana?" Ucap Diego menanti jawaban dari karyawan perusahaannya yang juga ibu dari anaknya.
"Maaf pak, bukannya saya tidak tertarik. Tetapi ini sangat mencurigakan. Bagaimana mungkin saya bisa di angkat sekretaris, sedangkan saya hanya tamatan SMP. Bukannya itu sangat aneh?" Ucap Alda yang kemudian hendak pamit untuk keluar. Tapi langsung di cegah oleh Diego.
"Tunggu Alda! Saya belum selesai berbicara!" Cegah Diego sembari menggenggam tangan Alda yang sudah berdiri dan siap akan keluar.
"Mau bicara apa lagi pak? Ini sudah jam masuk kerja. Nanti saya bisa terkena sangsi dari mandor, kalo saya masih di sini." Jawab Alda mulai tampak kesal.
"Oke, kamu maunya pindah bagian apa? Staf divisi atau manager?" Ucap Diego berusaha memberi penawaran pada Alda.
"Denger Alda! kamu layak mendapatkan itu. Soal ijazah, kamu masih bisa ikut Paket C. Nanti sekalian saya bantu biaya kuliah, saya yang akan tanggung semua. Saya cuma mau hidup kamu jadi lebih baik, Alda." Ucap Diego lagi, ia terlihat sangat berharap Alda bersedia menerima tawaran darinya.
"Bapak ini aneh. Kenapa dari sekian banyak karyawan disini, cuma saya yang bapak pilih? Apa jangan-jangan bapak masih mengira saya adalah Alda mantan kekasih bapak? Jangan ngadi-ngadi ya pak! Saya tidak pernah mengenal bapak. Dan saya ini masih gadis, belum pernah menikah ataupun berpacaran." Balas Alda semakin tampak kesal, tapi ia harus berusaha menahan emosi untuk menghargai Diego sebagai atasannya.
Saat Alda kembali melangkah untuk keluar, tiba-tiba Diego malah memeluk Alda dari belakang. Ia juga mengucap kata maaf dengan penuh penyesalan.
"Sayang, bisa nggak....." Seru Mesya yang tiba-tiba masuk ke ruang Diego dan melihat apa yang sedang Diego lakukan pada Alda. Sehingga Mesya tampak terkejut dan tidak melanjutkan ucapannya.
Alda merasa panik dan langsung melangkah untuk keluar setelah meminta izin pada Diego.
"Tunggu!" Seru Mesya pada Alda yang baru sampai di depan pintu.
"Iya buk." Balas Alda dengan berdiri menghadap Mesya dan menundukkan kepalanya. Wajah Alda terlihat sangat gelisah.
"Mesya, ada apa? Biarkan saja dia kembali bekerja!" Ucap Diego, khawatir Mesya akan melakukan hal buruk pada Alda.
Mesya tidak menanggapi ucapan Diego, ia malah mendekati Alda dan langsung menamparnya. Tapi gagal karna tangan Alda lebih cekatan untuk menahan tangan Mesya.
"Kurang ajar, berani kamu sama saya?" Teriak Mesya dengan raut wajah penuh amarah sekaligus malu. Sebab tamparan darinya gagal mendarat di pipi Alda.
"Saya sangat menghormati ibu Mesya. Tapi bukan berarti ibu bisa seenaknya sama saya. Permisi." Tegas Alda yang langsung pergi meninggalkan Mesya yang terdengar marah-marah dan mengatai Alda sebagai perempuan murahan, penggoda calon suami orang.
Diego merasa tidak terima dan khawatir kemarahan Mesya mengudang banyak perhatian dari semua karyawan. Oleh sebab itu Diego langsung menyeret tangan Mesya untuk masuk ke dalam ruang kerjanya, dan segera menutup pintunya rapat-rapat.
Di saat itu juga, Alda sempat menengok ke belakang dan mengira Diego akan merayu serta membujuk Mesya supaya tidak meninggalkannya. Padahal sebenarnya saat ini Diego sedang marah besar pada Mesya. Diego juga mengancam akan membatalkan pertunangannya, jika Mesya berani menyentuh Alda, walaupun hanya seujung kuku.
"Dasar buaya darat. Jangan di pikir aku bakal kemakan sama rayuan busuk mu itu." Ucap Alda dengan kesal dan segera melangkah cepat menuju gudang produksi.
Setelah Diego mengancam dan menyuruh Mesya keluar dari ruang kerjanya. Mesya merasakan pikirannya berkecamuk. Ia bertanya-tanya tentang karyawan yang berani bermesraan dengan calon suaminya di kantor. Berani sekali, benar-benar tidak tahu malu, dasar murahan. Begitu yang ada di pikiran Mesya saat ini. Gara-gara tadi ia tidak sengaja melihat Diego sedang memeluk karyawan tersebut di dalam ruang kerja Diego.
Mesya juga penasaran, kenapa Diego sangat membela karyawan tersebut sampai berani membentak dan mengancam dirinya. Padahal sebelumnya Diego tidak seperti itu.
Bersambung..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 126 Episodes
Comments