...Cerita berlanjut....
^^^27 : 28 : 18 . Arcan-40 . Lunaxia-04 . 5460 Kalender Rigelia Baru.^^^
Episode tiga.
Aku kembali melangkah menuju tempat tidur. Kemudian terduduk di tepinya, dan menjatuhkan tubuh sembari melebarkan tangan ke samping.
Beberapa waktu kemudian, terdengar suara ketukan pintu.
Tok tok tok.♪.♪.♪
"Tuan muda, saya membawa makanan untuk anda."
Sepertinya gadis itu sudah kembali. Aku segera menyuruhnya untuk...
"Masuk."
Kemudian kembali terduduk, ketika melihat pintu mulai terbuka. Gadis itu terlihat sedang mendorong gerobak makanan.
Di atasnya ada sebuah mangkuk yang berukuran cukup besar, dengan sebuah teko dan gelas. Itu terlihat antik dan mewah.
Beberapa gadis lain terlihat di belakangnya, tetapi mereka segera beranjak setelah menunduk sopan. Sepertinya mereka hanya sekedar membantu membawa hidangan.
Gadis itu tersenyum manis padaku, ketika pandangan kami bertemu. Setelah sampai padaku ia menggeser kursi. Dengan sopan ia mulai duduk berhadapan denganku.
Entah kenapa pandangan gadis ini seperti menyusuri setiap jengkal tubuhku, sebelum kemudian bibir manisnya terbuka.
"Tuan muda, bolehkah saya bantu menyuapi anda? Nampaknya tubuh anda masih belum bertenaga."
Akupun mengepalkan tangan. Benar apa yang ia katakan, genggamanku terasa lemah, aku tidak bisa memegang mangkuk sebesar itu.
"Ya, tolong."
Gadis itu tersenyum ketika mendengar persetujuanku. Kemudian mengambil mangkuk putih, berbahan keramik mahal dengan desain sederhana.
Berisi bubur dengan topping sederhana dan sedikit bumbu. Ia memangku dan memegangi dengan tangan kiri. Sedangkan tangan kanannya menggapai sendok perak yang terlihat cantik.
Kemudian ia mengarahkan sendok perak yang terisi setengahnya, pada mulutku yang mulai terbuka. Dengan memasang senyuman manis ia berkata lembut.
"Permisi tuan muda."
Aku mengendusnya sesaat. Setelah memastikan tidak ada yang aneh, aku lantas melahapnya.
Entah mengapa pandangan gadis di hadapanku jadi melunak, ketika aku melahap suapan yang ia berikan. Apa dia sedang melihatku seperti anak kecil?
Aku memandangi gadis yang tengah menyuapiku sembari tersenyum manis ini. Dia benar-benar terlihat cantik. Ngomong-ngomong siapa namanya?
Bukankah tidak nyaman memanggilnya gadis itu terus-menerus?
"Ngomong-ngomong siapa namamu? Aku belum mengetahuinya."
Seketika itu tubuh gadis di hadapanku jadi tersentak hebat, jemarinya yang hendak menyendok bubur lantas terhenti.
Manik mata obsidiannya terlihat mulai gemetar, dengan nada berharap ia mulai berkata.
"Apakah anda benar-benar tidak bisa mengingat saya tuan muda?"
Apa yang dia tanyakan? Mana mungkin aku mengetahuinya. Setelah mendapat pertanyaan setelah aku bertanya, entah mengapa aku jadi merasa kesal.
"Katakan saja."
Gadis itu kembali tersentak, pandangannya yang semakin gemetar seketika menunduk. Beberapa saat kemudian ia kembali mengangkat pandangan.
Jemarinya yang terhenti lanjut menyendok bubur untukku. Suaranya yang agak bergetar mulai terdengar untuk memberi jawaban.
"Nama saya Amy, tuan muda."
Setelah mendapat jawaban, aku hanya menjawab singkat.
"Begitu."
Kemudian melahap makananku, sembari melihat paras gadis yang senyumannya agak kaku, tidak seperti sebelumnya. Dia bersikap cukup aneh, aku harus segera memeriksa statusnya.
Akupun berpura-pura memegangi kening, untuk mengarahkan artefak yang sudah berubah menjadi jam tangan pada Amy. Kemudian layar hologram putih transparan muncul mengenai wajahnya.
Dan entah kenapa Amy memandangi jam tangan yang ku kenakan dengan ekspresi bingung. Ia memiringkan kepala, membuat penampilannya terlihat menggemaskan, sedangkan bibir mungilnya mulai bertanya.
"Tuan muda, apa yang anda kenakan di tangan anda?... Itu terlihat cantik."
Sepertinya dia benar-benar tidak dapat melihat layar yang terpancar.
Aku hanya menjawab singkat, untuk mengelabui.
"Ini hanya aksesoris."
Kemudian melahap makananku, sembari memandangi paras cantik Amy yang kembali tersenyum manis.
Dan Amy yang tak henti memandangi artefak milikku kembali bertanya.
"Aku belum pernah melihatnya, apakah itu..."
Belum sempat ia bertanya, aku lantas berkata dengan nada agak keras.
"Jangan bertanya lebih jauh, dan lanjutkan saja pekerjaanmu."
Membuat Amy kembali tersentak. Apa dia ingin mengorek informasi atau semacamnya? Mana mungkin aku membiarkan hal itu.
Perlahan pandangan Amy mulai menunduk. Ia kembali menyendok bubur, sembari menjawab patuh.
"Baik."
Dan aku melahap makananku. Kemudian meluruskan posisi jam tangan, yang memproyeksikan status Amy pada pandangan.
...(»Status«)...
...• Name : Amylea Vaniella....
...• Level : 1 [0 / 1000] ⟩ N...
...• Gender : Female...
...• Condition : Normal...
...• Age : 18...
...• Attribute : None...
...• Job : Maid (Intermediate)...
...• Energi Type : Nature...
...(Total Energy : 150/180 ⟩ N+)...
...(Aktif Skill)...
...»Handycrafts ⟩ E+ (Cost energy : 5)...
...»Cooking ⟩ N+ (Cost energy : 1)...
...(Pasif Skill)...
...»House Maid ⟩ D...
...Item...
...[None]....
Setelah melihat statusnya, aku bernapas lega.
"Haah..."
Ternyata bukan dia pelakunya, setidaknya aku bisa merasa aman untuk sekarang.
Walau demikian, aku harus lebih berhati-hati. Dengan seksama aku melihat informasi lebih detail.
• Name : Amylea Vaniella.
Apakah dia anak bangsawan?
Biasanya dalam cerita-cerita fantasi abad pertengahan, orang biasa dilarang menggunakan lebih dari satu kata pada namanya.
Begitu pula dengan setting dunia ini. Kemungkinan dia berasal dari keluarga bangsawan tingkat menengah atau di bawahnya.
Bangsawan kelas atas dan keluarga Kerajaan memiliki tiga kata dalam namanya.
Sedangkan bangsawan kelas menengah hingga kelas bawah, hanya memiliki dua kata. Dan satu kata untuk warga biasa.
Pantas saja parasnya sangat cantik, kemungkinan dia bekerja untuk bangsawan kelas atas sebab dia anak ketiga atau di bawahnya. Apalagi dengan skill-nya ini.
(Aktif Skill)
»Handycrafts ⟩ E+ (Cost energy : 5)
»Cooking ⟩ N+ (Cost energy : 1)
(Pasif Skill)
»House Maid ⟩ D.
Untuk jumlah skill yang ia miliki, seperti rata-rata karakter pada umumnya. Dua skill aktif, dan satu skill pasif.
Namun ia tidak memiliki skill tipe serangan. Dan semua skill-nya hanya bisa di gunakan untuk kebutuhan sehari-hari. Walau demikian, keterampilannya cukup berguna untuk pekerjaannya sebagai pelayan.
Sudah jelas dia belum pernah melawan monster, sebab tidak ada satu pun poin exp atau pengalaman sama sekali.
• Level : 1 [0 / 1000] ⟩ N.
Oleh sebab itu level-nya hanya satu. Level hanya dapat dinaikkan dengan membunuh monster, yang akan memberikan exp, menjatuhkan batu energi, serta drop item.
Kurasa sudah cukup melihat informasinya. Ini bekerja dengan baik.
Dengan artefak ini, akan lebih mudah bagiku untuk mencari rekan maupun mengetahui kelemahan lawan.
Walau ini tidak cukup praktis seperti saat di dalam game, sebab harus cukup dekat dan mengenai wajah target untuk melihat informasi.
Tetapi ini lebih praktis, dibanding dengan artefak pemeriksaan lainnya yang berukuran sangat besar. Apalagi artefak ini tipe berkembang, kemungkinan akan ada fitur baru jika aku meningkatkannya.
Akupun menghentikan aliran energi, membuat layar hologram putih transparan menghilang dari pandangan, pertanda artefak telah dinonaktifkan.
Kemudian lanjut menghabiskan makananku. Walaupun badanku terasa lemas, sepertinya pencernaan ku baik-baik saja, sebab aku makan dengan cukup lahap.
Amy tersenyum, ketika melihat mangkuk yang ia pegang kosong. Kemudian ia berdiri, untuk menaruh mangkuk tersebut kembali di gerobak makanan.
Jemari lentiknya perlahan membalikkan gelas crystal yang di taruh telungkup.
Kemudian menggapai teko mewah di sebelahnya. Suara gemericik air bening sedikit menghiasi ruang.
Dengan sopan Amy kembali terduduk. Kemudian mengirim gelas crystal bening dengan ukiran cantik tersebut pada bibirku yang sedikit terbuka.
"Silahkan tuan muda."
Aku memandangi sejenak, kemudian meminumnya. Bibir mungil merah muda Amy tersenyum manis, ketika melihat aku yang tengah meminum air dari gelas yang ia pegang.
Setelah isi gelas hanya tinggal seperempatnya, Amy menarik tangannya perlahan, dan kembali meletakkan gelas tersebut di atas gerobak makan.
Kemudian mengambil sapu tangan yang ada di saku seragam pelayannya. Dengan lembut ia mengelap bibirku yang sepertinya sedikit terbasahi.
Aku sedikit memejamkan mata. Sembari menikmati perlakuan lembut Amy.
Apakah begini gaya hidup seorang anak bangsawan?
Rasanya seperti aku menjadi bayi yang segalanya di urus oleh orang lain.
Setelahnya Amy mulai membereskan semua, kemudian beranjak menuju pintu.
Gadis-gadis pelayan sebelumnya kembali terlihat. Sepertinya mereka menunggu di luar, ku kira mereka semua pergi.
Amy menyerahkan gerobak makanan yang ia dorong pada gadis pelayan lainnya. Kemudian menutup pintu, dan kembali beranjak menuju ke arahku.
Aku terduduk santai di tepi tempat tidur, dengan kedua tangan bertumpu di belakang. Sembari mengedarkan pandangan, pada ruang luas nan mewah ini.
Di kejauhan, terlihat pintu putih mewah dengan dua daun pintu. Berhadapan dengan tempat tidur yang luas, berlapis kain putih nan mewah, juga beratap kelambu putih transparan ini.
Di sisi kiri tempat tidur, ada meja laci berwarna putih, yang sebelumnya aku buka. Sedangkan sisi kanan, terdapat meja lain dengan ukuran lebih kecil, di atasnya terdapat lampu tidur yang terlihat mewah.
Di kejauhan sisi kiri, terdapat lemari putih yang cukup besar dengan empat deretan pintu. Lantainya dilapisi karpet mewah berwarna mocca. Dinding serta langit-langit berwarna putih dengan aksen emas.
Sedangkan lampu gantung mewah nan indah, bersinar terang bak crystal putih bercahaya, menghiasi langit-langit. Walau langit yang terlihat di jendela yang tinggi menjulang, di kedua sisi tempat tidur ini masih terlihat cerah.
Di sudut dinding kanan dari pintu masuk, terlihat pintu putih yang berukuran lebih kecil, kemungkinan itu adalah pintu kamar mandi.
Sedangkan di tengah dinding yang sama, terdapat cermin yang besar nan tinggi,
Di samping kiri cermin itu ada lubang bekas bidikan ku sebelumnya. Semoga saja Amy tidak cepat menyadari.
Ini terlihat agak hampa, sebab luas dan perabotannya yang minim, hingga suaraku cukup menggema saat berbicara. Sepertinya Astin tidak memiliki hobi khusus.
• Level : 2 [2367 / 5000] ⟩ F.
Tetapi level-nya sudah naik, kemungkinan dia pergi berburu bersama beberapa kesatria. Aku lebih suka pergi berburu sendiri, aku juga ingin menguji coba artefak dengan efek true damage ini. Sepertinya aku harus pergi menyelinap.
Setelah cukup memandangi ruang. Aku mengalihkan pandangan, pada gadis cantik yang kini duduk dengan rapi nan sopan di hadapanku.
Dia selalu tersenyum tiap kali pandangan kami bertemu. Setelah memandangi sejenak, aku mulai kembali mengajukan pertanyaan, sebab ada beberapa informasi yang ingin ku ketahui.
"Amy, siapa saja yang tinggal di kediaman ini?"
Pertama-tama, aku ingin memastikan siapa saja anggota keluarga Astin. Kemungkinan besar pelaku yang ingin mencelakai ku ada di antara mereka.
Dada proporsional Amy terlihat agak mengembang, ketika ia menarik napas cukup dalam. Beberapa saat kemudian, ia menjawab dengan tenang.
"Yang tinggal di kediaman ini hanya anda, Lord, dan nyonya saja tuan muda."
"Selebihnya pelayan dan pekerja yang mengurus mansion."
Tunggu, kenapa anggota keluarga yang tinggal di kediaman ini hanya tiga orang? Bukankah ini kediaman bangsawan kelas atas? Itu sangat aneh.
"Bisa kamu jelaskan dari awal, siapa saja anggota keluarga yang pernah tinggal di kediaman ini?"
Amy terlihat kembali menarik napas dalam, sebelum kemudian ia menjawab.
"Lord memiliki tiga istri. Nyonya pertama memiliki tiga orang anak termasuk anda..."
Tidak heran jika seorang bangsawan kelas atas memiliki banyak istri. Tetapi yang jadi pertanyaan, kemana perginya mereka?
Beberapa saat berlalu, Amy tidak lekas melanjutkan perkataannya. Kenapa dia tiba-tiba berhenti?
"Ada apa? Bisa kamu lanjutkan?
Dan entah kenapa dia agak tersentak. Ekspresi tidak nyaman tergambar pada paras cantiknya, ketika ia menjawab.
"Tetapi nyonya pertama meninggal saat anda berusia lima rigelia."
^^^Rigelia : tahun.^^^
Hah? Itu berarti ibu Astin bukanlah nyonya kediaman ini.
Pandangan Amy perlahan menunduk. Ia sedikit meremas pangkuannya, kemudian melanjutkan kata.
"Pada saat itu... Lord sangat berkabung dengan kematian nyonya pertama, sampai beliau mengabaikan istri-istrinya yang lain."
"Dari situ... Keadaan di kediaman ini mulai terasa tidak nyaman."
Sudah kuduga, ada sesuatu yang tidak beres.
"Nyonya kedua yang tidak tahan lagi setelah diperlakukan dingin oleh Lord, akhirnya pergi bersama ke tiga anak laki-lakinya."
"Saudara laki-laki dan perempuan anda juga tidak pernah kembali maupun berkunjung lagi, setelah mereka menikah."
Dua istri ayah Astin memiliki tiga anak. Selain anggota keluarga yang ada di kediaman dan ibu Astin yang tiada, anggota keluarga lainnya meninggalkan kediaman.
Ternyata masalahnya lebih rumit dari yang aku kira. Kalau begitu berarti...
"Apa nyonya sekarang adalah istri ke tiga dari ayahku?"
Akan terdengar aneh jika aku memanggil ayah Astin seperti orang asing, lebih baik aku mulai ber-adaptasi. Apalagi ekspresi Amy terlihat tidak nyaman.
Amy sedikit memalingkan wajah, ekspresinya terlihat sangat rumit.
Kenapa dia tidak segera menjawab? Apakah mungkin...
"Apa hubungannya dengan ayah masih buruk?"
Amy terlihat agak tersentak, ia kembali mengalihkan pandangan padaku. Dan ia menjawab dengan nada enggan.
"Itu... Ya, hubungan Lord dan nyonya memang tidak baik, semenjak nyonya pertama meninggal."
Dan dia segera menunduk. Sikapnya benar-benar aneh. Kenapa dia bereaksi mencurigakan, setiap kali aku mengajukan pertanyaan?
"Siapa namanya?"
Kalau dipikir secara logis, antara ayah kandung dan ibu tiri Astin, sudah jelas siapa yang lebih patut untuk di curigai. Aku harus mewaspadainya.
Dan Amy kembali mengangkat pandangan. Ekspresi rumit yang ia pasang sebelumnya, berubah menjadi lebih tenang.
"Nama nyonya adalah Haumea Van' Augustine."
"Apa dia juga memiliki anak?"
Akan lebih masuk akal bila dia memiliki anak, dan berusaha menyingkirkan Astin agar anaknya menjadi penerus.
Sejenak ekspresi rumit tergambar pada wajah Amy, tetapi itu segera tenang. Setelah menarik napas, Amy menjawab.
"Nyonya memiliki satu anak perempuan. Kakak termuda anda. Dia sekarang sedang bersekolah di academy."
Sudah kuduga. Tunggu, kalau dia perempuan bukankah...
"Amy, apa ada kakakku yang akan meneruskan kediaman ini?"
Mata Amy sedikit melebar, sebelum kemudian ia tersenyum. Perlahan pandangannya menutup, ia menggelengkan ringan kepala dan menjawab.
"Tidak tuan muda, anda adalah satu-satunya penerus keluarga Margrave 'Augustine. Semua saudara anda tidak ada yang pernah kembali. Sedangkan nona Rinea adalah perempuan."
"Rinea?"
"Ah... nona Rinea adalah kakak termuda anda, seharusnya tuan muda bisa menemuinya saat masuk ke academy nanti."
Tunggu, Rinea? Sepertinya ada salah satu karakter yang memiliki nama itu, jangan-jangan...
"Amy, bisa kamu sebutkan ciri-ciri kakakku?"
Aku mencondongkan tubuh, sampai wajahku cukup dekat dengan Amy yang terlihat terkejut. Amy sedikit menarik wajahnya yang sedikit terhembus oleh napasku, kemudian menjawab.
"Itu.. Nona Rinea memiliki mata ruby seperti Lord dan tuan muda, sedangkan rambut lavender-nya seperti nyonya."
Aku lantas melebarkan mata, sebab merasa syok ketika mendengarnya. Satu-satunya karakter yang memiliki nama serta ciri-ciri tersebut hanyalah...
"Ketua osis?"
"Tuan muda, apa anda tidak apa-apa?"
Sial! Apa ketua osis adalah kakak Astin? Aku tidak mengetahuinya sama sekali. Tidak ada informasi tentang itu, yang aku ingat hanya ada satu scene yang menampilkan mereka berdua.
Saat Astin hendak mendekati heroine utama, dan berpapasan dengan ketua osis. Astin seperti mencoba menyapa, walau ketua osis bereaksi cukup dingin.
Ya, ada penjelasan mengapa dia bersikap dingin. Bukan hanya terhadap Astin, tetapi terhadap semua laki-laki.
Ugh, entah kenapa kepalaku jadi terasa pusing. Aku memegangi kening, sampai pandanganku yang menunduk, menangkap karpet lembut berwarna mocca yang ku pijak.
"Tuan muda, apa anda tidak apa-apa?"
Apa kakakku menjadi salah satu korban prolog dari skenario game-nya? Sialan! Entah kenapa dadaku terasa sangat sesak.
Itu latar belakang yang cukup gelap. Sebuah insiden yang merupakan pembukaan dari skenario utama.
Di mana banyak siswi yang menjadi korban pelecehan. Yang dilakukan oleh ketua osis sebelumnya bersama teman-teman bajingan nya.
Mereka menggunakan sebuah artefak terkutuk, untuk menjebak para siswi dan melecehkan mereka, bahkan kebanyakan korban sampai ada yang hamil.
Ketua osis yang waktu itu masih menjabat sebagai wakil ketua osis berhasil membongkar kebusukan mereka, dan membekuk beberapa pelaku utama.
Dia diberikan penghargaan oleh pihak academy, kemudian diangkat sebagai ketua osis yang baru, dan dianggap sebagai pahlawan bagi para korban. Walau kenyataan sebenarnya sangat menyedihkan.
Dia juga merupakan salah satu korban. Identitas korban sangat dirahasiakan oleh pihak academy, jadi tidak ada yang mengetahui.
Dia memergoki aksi para bajingan itu. Dan ia hendak melaporkannya, tetapi para bajingan itu mengancam dan melecehkannya, sampai mentalnya rusak dan takut terhadap laki-laki.
Aku lantas meremas dadaku yang semakin terasa sesak dengan kedua tangan, keringat dingin kembali merembes keluar.
Entah kenapa rasa khawatir dan cemas begitu menyesakkan, ketika aku memikirkan tentang keadaan kakakku. Apa sebab aku berada di tubuh adiknya?
'Sialan!'
"Tuan muda, tuan muda...
"Bagaimana caraku untuk menyelamatkannya?"
...Bersambung....
_
Terimakasih telah membaca.
@aegis998.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments
Filanina
Dia datang sebelum kejadian pelecehan ya?
Oke. nunggu ganti setting aja.
2024-12-19
1
Amelia
❤️❤️❤️❤️❤️👍👍
2024-04-13
1
☆White Cygnus☆
Hadeuh susah-susah gambar pas di upload kok jadi burik.
2024-04-01
2