05 Pertemuan Dengan Ibu Tiri

...Cerita berlanjut....

^^^31 : 48 : 14 . Arcan-40 . Lunaxia-04 . 5460 Kalender Rigelia Baru.^^^

Episode lima.

Suara gemerisik dedaunan samar terdengar sebab terbuai oleh hembusan angin lembut.

Beberapa helai daun yang beterbangan nampak melayang meliuk dengan begitu mulus. Kemudian mereka mulai bercengkrama dengan kawannya, yang sudah berlabuh di atap-atap runcing rerumputan.

Beberapa serangga kecil yang terkejut oleh kedatangan mereka, memutuskan untuk beralih. Sedangkan beberapa lainnya tetap setia, sembari menikmati embun bening berhias cahaya putih yang mulai membiru.

Melihat itu, aku mengalihkan pandangan ke arah cangkir yang isinya mencerminkan diriku dengan keruh.

Setelah memandanginya sesaat, aku membawanya ke arah mulut, sebelum kemudian menyesapnya dengan tenang.

Aroma manis yang samar, berpadu dengan seduhan teh yang menenangkan, memanjakan penciuman serta perasa yang mulai menyambutnya. Aku menghembuskan napas lega, ketika kehangatan mulai menyelimuti tubuh.

Jemariku yang memegang tangkai cangkir perlahan turun, untuk meletakkannya pada piring kecil yang berada di atas meja. Kilauan biru yang terpantul dari tepian cangkir menggiring pandanganku untuk beralih,

Pada seorang wanita yang tengah terduduk anggun di seberang persinggahan ku.

Penampilannya begitu indah layaknya seorang dewi, pandanganku yang terbuai tak mampu untuk berpaling darinya.

Senyuman manis nan menggoda terlukis pada bibirnya yang diwarnai cream merah muda. Menghiasi wajah keibuannya yang begitu halus nan mempesona.

Terbalut dengan kulit sebening salju yang menyambut datangnya musim semi.

Pandangan matanya diwarnai coklat yang cukup dalam, seakan menghisap diriku agar tidak berpaling darinya. Tahi lalat kecil terlihat menghiasi sudut bawah mata kirinya.

Rambutnya yang tergerai panjang diwarnai lavender, sedikit ter-hiasi oleh cahaya biru yang semakin menerpa diri. Dengan poni yang disisir ke arah depan terbelah tepat di tengah keningnya.

Jemari lentiknya menyeka beberapa helaian rambut yang sedikit terhembus angin. Kukunya yang dihias indah, berpapasan dengan hiasan rambut berkilau emas.

Memperlihatkan telinga yang berhias anting emas berpadu dengan permata amethyst. Lehernya yang agak jenjang, berhiaskan kalung indah bermandikan permata.

Tubuh indahnya yang terlihat proporsional, terbalut gaun putih dengan aksen lavender. Tidak lupa dengan beberapa manik permata kecil, yang membuat penampilannya terlihat begitu anggun nan elegan.

Gelang emas berhias permata ruby terlihat melingkari pergelangan tangan kanannya, yang tengah mengirimkan cangkir mewah pada bibir manisnya.

Setelah memandangi kecantikannya yang luar biasa, akupun dibuat tidak percaya.

Apakah dia ibu tiriku? Bukankah dia terlalu muda, untuk seorang wanita yang memiliki anak gadis berusia tujuh belas tahun?

Dia terlihat seperti gadis yang baru menginjak umur dua puluh. Apa ayahku menikahi gadis di bawah umur?

Setelah memikirkan itu, aku mulai tidak mempercayai penglihatan ku lagi.

.

Wanita itu meletakkan cangkir bening dengan ukiran mewah, berisi air teh berwarna lavender dengan beberapa kelopak bunga, pada piring kecil di atas meja. Bersanding dengan beberapa manisan yang dihias indah.

Dua gadis pelayan terlihat berdiri sopan di belakangnya, salah satunya segera memberikan sebuah sapu tangan putih padanya.

Ia menyeka ringan bibirnya yang sedikit terbasahi. Setelah gadis pelayan kembali mengambil sapu tangan tersebut, suara halus nan lembut keluar dari mulutnya yang mulai terbuka.

"Ibu agak terkejut, saat mendengar kabar dari Amy, kalau kamu sudah siuman. Jadi ibu segera bergegas untuk pulang."

"Apa kamu benar-benar tidak mengingat apapun?"

Ibu tiriku memasang ekspresi khawatir, dengan manik mata yang terlihat agak berkaca. Tetapi entah kenapa itu terlihat berbeda dari ekspresi khawatir Amy.

Atau itu hanya prasangka ku saja? Setelah berpikir sejenak, aku hanya menjawab singkat, sebab bingung harus menjelaskan apa.

"Sepertinya begitu."

Kemudian menurunkan pandangan, pada cangkir teh yang tengah ku pegang.

Tetapi sura lembut wanita di hadapanku kembali menggelitik pendengaran.

"Hmmm... Apa kamu mengubah gaya rambutmu? Itu terlihat bagus."

Aku kembali mengangkat pandangan, senyuman manis menggoda terlihat pada paras indahnya. Namun aku kembali menjawab singkat...

"Ya,"

Kemudian menyesap teh dengan tenang, sebab tidak ada yang bisa dibicarakan mengenai penampilan.

Tetapi entah mengapa senyuman wanita yang duduk berhadapan denganku ini berubah menjadi tidak senang, walau itu segera kembali menjadi senyuman.

Jemari lentiknya menggapai salah satu manisan berwarna lavender, dengan kelopak bunga merah muda sebagai penghias nya.

Ia menggigitnya ringan, sembari menutupi mulutnya yang mengunyah dengan tangan kiri. Kemudian ia kembali berkata dengan nada yang manja.

"Ibu jadi merasa sedih, kamu tidak bersikap seperti biasanya. Biasanya kamu akan bersikap manja pada ibu. Apa kamu tidak menyayangi ibu lagi?"

Ibu tiriku memasang ekspresi melankolis, sembari sedikit memiringkan kepala, dan terus memandangiku seakan sedang memelas.

Aku hanya bisa tertegun dan sedikit terperangah, sebab tidak tahu harus bereaksi dan menjawab apa.

Apakah Astin selalu bersikap manja pada ibu tirinya?

Ini sangat berbeda dari apa yang aku pikirkan. Kukira dia akan membenciku, sebab Astin bukan anak kandungnya. Ternyata orang-orang di sekitar Astin cukup menyayanginya.

Aku juga sudah memeriksa apa yang dikatakan oleh Amy sebelumnya. Memang ada noda bekas ledakan di atas meja samping tempat tidurku.

Kemungkinan memang Astin mengalami kecelakaan, saat sedang mengotak-atik artefak yang belum teridentifikasi.

Tetapi aku tidak boleh lengah, hanya sebab dia bersikap lembut padaku. Masih ada kemungkinan kalau memang ada seseorang yang bermaksud mencelakai ku.

Aku harus lebih waspada dalam bertin...

"Astin sayang, apa kamu tidak apa-apa?"

Pikiranku lantas ter-buyar, ketika suara lembut nan halus kembali menggelitik telinga. Aku segera mengalihkan pandangan pada wanita di hadapanku, kemudian menjawab.

"Ya, aku tidak apa-apa."

Dan ekspresi tidak senang ibu tiriku kembali tergambar pada paras cantiknya.

Tetapi tiba-tiba salah satu sudut mulutnya sedikit terangkat seolah membentuk seringai, walau itu segera berubah menjadi melankolis, dan ia kembali bersuara.

"Astin sayang..."

"Ya,"

"Apa kamu benar-benar tidak mengingat satu hal pun? Apa kamu juga tidak mengingat apa yang telah ibu ajarkan padamu?"

"Sepertinya tidak."

Tidak ada satu pun ingatan dalam tubuh ini, jadi ingatan yang aku punya hanyalah tentang kehidupan di dunia sebelumnya.

Sejenak senyuman terlihat pada wajahnya, tetapi ibu tiriku segera kembali memasang ekspresi melankolis, kemudian berkata.

"Bagaimana ini? Padahal kamu sebentar lagi harus berangkat ke academy."

"Kalau kamu tidak memiliki pengetahuan apapun, bagaimana kamu harus berhadapan dengan anak bangsawan lainnya?"

Hah? Apakah ini sudah dekat dengan tahun ajaran baru academy? Aku tidak memikirkan hal itu, sebab banyak memikirkan hal lain.

"Ibu,"

"Ya sayang, apa kamu ingin menanyakan sesuatu?"

Entah kenapa rasanya aneh, memanggil wanita yang terlihat lebih muda dariku dengan sebutan ibu. Apalagi terus dipanggil sayang oleh wanita secantik dirinya.

"Kapan aku harus berangkat menuju academy?"

Aku kurang ingat kapan tepatnya tahun ajaran baru academy dimulai, seharusnya itu di adakan pada awal bulan ke lima.

Entah kenapa ibu tiriku terlihat senang, saat aku berinisiatif menanyakan sesuatu padanya.

Iapun tersenyum manis, kemudian men-jeda beberapa saat sembari menyesap teh. Setelah mengembuskan napas ringan, ia menjawab.

"Hmmm... Kamu harus berangkat ke academy satu enhard lagi. Tetapi sebelum itu, kamu harus menguasai kembali pengetahuan yang pernah kamu pelajari."

^^^Enhard : minggu.^^^

Setelah mengatakan itu, pandangannya memperhatikan seluruh keberadaan ku. Ekspresinya terlihat serius, sebelum kemudian ia melanjutkan.

"Terutama etiket mu. Sebagai seorang bangsawan kelas atas, kamu harus bersikap lebih bermartabat, agar tidak dipermalukan oleh bangsawan lainnya."

Dan ia kembali tersenyum, tetapi senyumannya seperti menyiratkan sesuatu.

"Ibu akan mengajarimu kembali beberapa pengetahuan yang wajib kamu kuasai. Ibu tidak mau kalau pendidikan mu tertunda, hanya sebab kondisimu sekarang."

Ya, aku juga tidak mungkin menundanya. Kalau aku melewatkan skenario utama, bagaimana aku menyelamatkan kakakku?

Ada rasa yang sangat menyesakkan, tiap kali aku memikirkan tentang keadaan kakakku.

Sebelumnya aku hanya ingin hidup dengan santai sembari meningkatkan kekuatan. Tetapi setelah mengetahui kalau kakakku akan menjadi korban skenario, mau tidak mau aku harus mengubah strategi.

Tetapi satu minggu adalah waktu yang sangat singkat, untuk meningkatkan kekuatanku yang sangat lemah ini. Waktunya terlalu mepet dari pada yang aku kira,

Setidaknya aku harus meningkatkan level, untuk menghadapi prolog skenario utama, agar dapat menyelamatkan kakakku.

Seharusnya artefak ini dapat membantuku untuk menaikan level lebih cepat.

Setelah berpikir beberapa waktu. Akupun mengalihkan pandangan pada ibu tiriku, yang terus memandangiku sembari menikmati manisan yang terlihat mewah, di atas meja beralaskan kain putih beraksen emas yang mewah pula.

Entah kenapa ekspresinya yang selalu berubah-ubah terlihat mencurigakan.

Aku sudah beberapa kali mencoba mengecek statusnya, tetapi seperti yang kalian lihat.

...(Tidak dapat memindai jarak terlalu jauh dengan target).♪.♪.♪...

Aku harus benar-benar mendekatkan artefak ini di depan wajah, agar dapat melihat statusnya. Ya, aku akan segera memeriksanya jika ada kesempatan.

Aku sedikit mengangkat pandangan, setelah menyesap teh dengan tenang.

Suara desir angin semakin menghiasi sore hari yang terasa menenangkan.

Cahaya putih Rigelius semakin ter-gradasi, oleh cahaya biru muda Lunaxia yang hendak menggantikan perannya.

^^^Rigelius : matahari. Lunaxia : bulan.^^^

Pandanganku yang menyusuri secara diagonal, memberitahukan tentang keberadaan ku.

Yang tengah terduduk di sebuah kursi putih beraksen emas. Dikelilingi oleh beberapa pilar putih dengan ukiran indah.

Beratapkan kubah putih yang terukir indah pula, dengan beberapa bagian crystal transparan, memperlihatkan langit sore tak berawan yang berada di atasnya.

Sedangkan di sisi kiri tempatku bersinggah terdapat sebuah jalan setapak, disusun oleh batuan bulat yang diasah halus, dengan pola dan ukuran sedemikian rupa.

Di sekitarnya terlihat hamparan bunga dengan warna dan bentuk beraneka.

Diselingi oleh pepohonan, rerumputan, dan juga lampu penerang yang belum bercahaya. Beberapa serangga berkelip putih nampaknya mulai melakukan aktivitas mereka.

Salah satunya terbang menelusuri jalan, menuntun pandanganku untuk turun. Sampai bertemu dengan beberapa anak tangga batuan putih halus yang disusun indah, untuk naik ke atas lantai batuan putih melingkar yang sekarang ku pijak.

"Astin sayang..."

Suara halus yang menggelitik pendengaran memandu pandanganku untuk beralih, membuat serangga berkelip putih yang hendak hinggap pada jemariku berpindah haluan.

Akupun menjawab, setelah pandanganku kembali terpikat oleh keindahan wanita di hadapanku.

"Ya,"

Ibu tiriku kembali menyeka helaian rambut lavender-nya yang terhembus angin, membuat anting emas permata yang ia kenakan sedikit bergoyang.

Mata coklatnya sedikit menutup, walau itu tak pernah lekas dari diriku yang juga memandangi dirinya, setelah beberapa saat ia berkata.

"Nanti malam ibu akan ke kamarmu untuk memulai pelajaran. Kalau kamu merasa lelah, kamu bisa beristirahat terlebih dulu."

Apa dia berniat mengajariku sebelum aku benar-benar pulih?

Ya, memang tidak ada waktu untuk menunda, mempelajari pengetahuan dunia ini juga bagus untuk membantuku ber-adaptasi.

Aku kembali menyesap teh dengan perisa buah Chersei. Kemudian mengalihkan pandangan pada wanita di hadapanku dan berkata.

"Ibu..."

"Ya sayang, apa ada yang ingin kamu tanyakan?"

Sebelumnya aku masih bingung ingin membicarakan apa dengan ibu tiriku, dan hanya bermaksud untuk mengecek statusnya. Tetapi setelah mengobrol beberapa waktu, ada sesuatu yang membuatku penasaran.

"Dengan apa aku berangkat ke academy? Bukankah ini di benua langit?"

Tidak ada kendaraan lintas udara di dalam game-nya, jadi aku cukup penasaran. Apakah aku akan menggunakan portal seperti dalam game? Tetapi tidak ada informasi mengenai portal menuju benua langit.

Ibu tiriku tersenyum manis, ketika mendengar aku bertanya dengan nada penasaran. Ia menyesap teh lavender yang wanginya memanjakan penciuman, kemudian menjawab dengan nada sedikit bangga.

"Fu fu... Kamu harus pergi ke ibukota kerajaan menggunakan mobil kinetik yang kita miliki. Beberapa kesatria akan mengendarai motor kinetik untuk mengawal mu ke sana."

"Dari ibukota, kamu akan menaiki kereta kinetik, untuk menuju pangkalan kapal udara yang berada di tepi benua."

Hah? Bukankah namanya terdengar futuristik? Setahuku kendaraan paling maju dalam game-nya hanya kereta api saja. Aku jadi penasaran dengan bentuknya.

"Ibu, apa aku boleh melihatnya?"

Dan wanita di hadapanku tersenyum lembut, saat aku kembali bertanya dengan antusias. Tetapi entah kenapa dia sedikit menjilat bibirnya, juga memasang ekspresi yang cukup mencurigakan.

Walau ia kembali memasang ekspresi tenang, kemudian menjawab dengan santai.

"Hmmm... Ada beberapa mobil kinetik dan motor kinetik di gudang senjata."

"Tetapi kebanyakan dibawa oleh ayahmu dan para kesatria yang menemaninya, untuk melakukan ekspedisi dua lunaxia lalu."

^^^Lunaxia : bulan.^^^

Dan sekarang ekspresinya kembali berubah, seperti menahan rasa kesal di dalam hatinya, kemudian melanjutkan.

"Kemungkinan mereka akan kembali satu lunaxia lagi."

Apa ayahku sedang tidak ada di kediaman? Tetapi melakukan ekspedisi selama tiga lunaxia bukankah itu terlalu lama?

Apalagi meninggalkan istri secantik ini, ya, kata Amy hubungan mereka memang buruk. Aku bisa memastikan itu, dari ekspresi wanita di hadapanku yang terlihat kesal.

"Apa ayah memang selalu meninggalkan kediaman selama itu?"

Seketika itu wajahnya menggambarkan ketidaksenangan. Sepertinya dia semakin merasa kesal, ketika membahas tentang suaminya.

"Ya, ayahmu hanya pulang tiga sampai empat kali setiap rigelia. Kamu mungkin tidak dapat menemuinya."

Dan ia lantas segera mengalihkan pembicaraan.

"Oh ya, sayang... Nanti kamu bisa meminta bantuan Sebas, jika ingin melihat motor dan mobil kinetik di gudang senjata."

Setelah cukup menenangkan diri, ia mengalihkan pandangan pada Amy, kemudian berkata.

"Amy, apa kamu bisa mengurusnya?"

"Serahkan pada saya nyonya."

Aku sedikit menengok untuk melihat Amy yang sedang menunduk. Kemudian beralih pandang, pada wanita di hadapanku yang kembali mengalihkan pembicaraan sembari memasang senyuman.

"Ngomong-ngomong, nanti kalau kamu sudah sampai di academy, jangan lupa untuk menyapa kakakmu, dan sampaikan salam ibu padanya."

"Kakak Rinea?"

Deg! Tiba-tiba saja dadaku kembali merasa sesak, ketika menyebut nama kakakku. Akupun mencengkeram pangkuan untuk menahannya.

Entah kenapa ibu tiriku terlihat agak terkejut, sebelum kemudian ia menjawab dengan tenang.

"Ya, bukankah kalian sangat akrab? Kakakmu pasti sangat merindukanmu."

Apa hubungan Astin dengan kakaknya memang sangat dekat?

Kalau begitu, mungkin itu alasan mengapa tubuh ini selalu bereaksi, ketika aku memikirkan tentang keadaan kakakku.

Benar, mungkin ibu tiriku memiliki beberapa informasi mengenai kakakku. Itu akan mempermudah ku untuk mencari solusi agar dapat menyelamatkannya.

"Apa ibu mendapat kabar terbaru dari kakak, seperti kegiatannya di academy atau semacamnya?"

Informasi sekecil apapun tidak masalah, itu dapat membantuku untuk mengambil keputusan.

"Hmm... Ibu mengabari kakakmu satu enhard lalu, ibu dengar kakakmu sedang sibuk dengan kegiatannya sebagai anggota osis."

Kugh! Sialan, rasanya dadaku seperti di remas, ketika membayangkan kakakku sedang bersama para bajingan yang akan melecehkannya.

"Apa kakak tidak pernah membicarakan tentang masalahnya?"

Tetapi ibu tiriku yang terlihat bingung, menjawab sembari sedikit memiringkan kepala.

"Kakakmu tidak pernah mengatakan kalau dia mendapat masalah."

"Tetapi akhir-akhir ini dia tidak pernah menghubungi ibu terlebih dulu, bahkan sekarang dia juga agak sulit untuk dihubungi."

Sialan! Kalau dia tidak mau memberitahu keadaannya pada ibunya sendiri, apa kakakku sekarang sudah diancam?

Bug bug bug..! Jantungku berdegup begitu kencang, sampai rasanya ingin meledak.

Akupun menundukkan kepala, untuk menyembunyikan ekspresi yang meringis, dan semakin erat meremas pangkuan.

Apa sudah terlambat untuk menyelamatkannya? Tidak, insiden itu terbongkar beberapa minggu setelah upacara penerimaan murid baru academy.

Seharusnya aku dapat menyelamatkannya, jika aku menemuinya segera setelah sampai di academy.

Tetapi mendengar kalau kakakku jarang memberi kabar, ada kemungkinan kalau sekarang dia sudah diancam.

Sial! Memikirkan banyak kemungkinan tanpa informasi yang jelas, membuat kepalaku terasa sakit saja...

"Astin sayang, apa kamu tidak apa-apa?"

Aku lantas tersadar, ketika ibu tiriku berbicara agak lantang. Beberapa tetes cairan merah mulai menodai celana putihku. Sepertinya tanpa sadar aku menggigit bibir bawahku begitu erat.

"Tuan muda, apa anda merasa sakit lagi?"

Amy yang melihatku terluka segera bergegas membungkuk di hadapanku.

Akupun memicingkan mata, sembari menahan rasa perih, ketika Amy perlahan menyeka bibirku yang terluka. Dia terlihat sangat khawatir, berbeda dengan ibu tiriku yang terlihat sangat tidak senang.

Hawa dingin mulai terpancar dari keberadaannya, sampai membuat dua gadis pelayan di belakangnya agak gemetaran.

Tap. Tap. Tap.♪.♪.♪

Tetapi beberapa saat kemudian, terdengar suara langkah. Dan pria tua yang mengenakan jas berekor, terlihat tengah berjalan melewati jalan setapak.

Sosoknya sedikit ter-gradasi, oleh cahaya kekuningan lampu taman yang mulai menyala berurutan, seakan mengikuti langkah pria tua itu.

Dan entah kenapa ekspresi tidak senang ibu tiriku memudar begitu saja, ketika pria tua itu membungkuk 90° menghadapnya sembari berkata.

"Hormat saya nyonya, tuan muda."

Ibu tiriku tersenyum cukup lebar tidak seperti senyum manis sebelumnya.

Kemudian segera memasang ekspresi khawatir, dan berkata pada Amy yang masih menyeka bibirku.

"Amy, bisa kamu bawa Astin untuk beristirahat di dalam? Sepertinya Sebas ingin menyampaikan hal penting."

Tetapi tiba-tiba tubuh Amy tidak bergerak seakan membeku, membuat sekaan nya juga ikut terhenti. Beberapa saat kemudian ia kembali bergerak.

Namun sekarang ekspresi khawatirnya terlihat sedih. Dengan lembut ia berkata sembari mengulurkan tangan mungilnya.

"Tuan muda, ayo kembali."

Akupun menggapai lembut tangan Amy. Dan beranjak pergi dengannya melewati jalan setapak, setelah berpamitan dengan ibu tiriku.

Setelah cukup jauh melangkah, aku agak menoleh, untuk melihat ibu tiriku yang tengah berbicara dengan pria tua yang berdiri kaku.

Sebelum sosok mereka terdistorsi oleh jarak dan langit yang mulai gelap. Dihiasi sinar biru muda Lunaxia yang semakin menguasai cakrawala.

...Bersambung....

_

Terimakasih telah membaca.

@aegis998.

Terpopuler

Comments

Filanina

Filanina

penggambaran tokoh dan ekspresinya sangat detail. Inikah yg mau direvisi?
Satu sisi untuk beberapa penikmat novel secara bahasa, sudah bagus. Sisi lain cerita jadi berjalan cukup lambat.

Tapi yang agak mengesalkan buatku terlalu banyak tanda tanya. Seolah semua orang misterius dan menyembunyikan sesuatu, sementara MC ga tahu apa-apa.

2024-12-19

1

UNKNOW-KUN

UNKNOW-KUN

what the hell?!

2024-06-23

2

UNKNOW-KUN

UNKNOW-KUN

kalau disitus haram, sudah sus sekali kata²nya...

2024-06-23

1

lihat semua
Episodes
1 01 Apakah Aku Menjadi Karakter Sampingan?
2 02 Bukankah Ini Sebuah Artefak?
3 03 Gadis Itu Sumber Informasi
4 04 Sepertinya Aku Harus Mengubah Penampilan
5 05 Pertemuan Dengan Ibu Tiri
6 06 Ibu Apa Yang Kamu Lakukan Padaku?
7 07 Dominasi Ibu Tiri.
8 08 Kehangatan Pagi
9 09 Pergi Menyelinap
10 10 Berburu Di Kota Kuno
11 11 Berburu Di Sekitar Pohon Besar
12 12 Jalan Pulang
13 13 Kemesraan Di Atas Rasa Pilu
14 14 Berkeliling Distrik Perbelanjaan
15 15 Mendapat Artefak Baru
16 16 Peningkatan Dan Uji Coba Artefak
17 17 Siap Berburu Kembali
18 18 Luput Dari Pengepungan
19 19 Menjelajah Dungeon
20 20 Melawan Boss Dungeon
21 21 Setelah Penaklukan
22 22 Kembali Untuk Pulang
23 23 Sebagai Gantinya Hari Ini
24 24 Beberapa Urusan Perlu Diatasi
25 25 Penghasilan Dari Berburu
26 26 Persiapan Selesai
27 27 Menyerang Dungeon
28 28 Melawan Great Serpent
29 29 Setelah Krisis Adalah Waktu Santai
30 30 Di Ujung Cakrawala
31 31 Bertemu Dengan Calon Tunangan
32 32 Gadis Yang Merepotkan
33 33 Ketenangan Malam
34 34 Membuat Item Konsumsi
35 35 Di Pinggiran Kota Kuno
36 36 Di Kedalaman Kota Kuno
37 37 Musuh Yang Menyulitkan
38 38 Menjelajahi Reruntuhan
39 39 Di Hadapan Yang Agung
40 40 Kotak Pandora
41 41 Gairah Dibalut Rasa Lelah
42 42 Menuju Kota Tambang
43 43 Sesampainya Di Kota Tambang
44 44 Bertemu Dengan Villainess
45 45 Di Balik Pertemuan Queen
46 46 Awal Kesombongan
47 47 Pandangan Berkabut
48 48 Di Bawah Celah Bumi
49 49 Benih Keretakan
50 Pengumuman Remake.
Episodes

Updated 50 Episodes

1
01 Apakah Aku Menjadi Karakter Sampingan?
2
02 Bukankah Ini Sebuah Artefak?
3
03 Gadis Itu Sumber Informasi
4
04 Sepertinya Aku Harus Mengubah Penampilan
5
05 Pertemuan Dengan Ibu Tiri
6
06 Ibu Apa Yang Kamu Lakukan Padaku?
7
07 Dominasi Ibu Tiri.
8
08 Kehangatan Pagi
9
09 Pergi Menyelinap
10
10 Berburu Di Kota Kuno
11
11 Berburu Di Sekitar Pohon Besar
12
12 Jalan Pulang
13
13 Kemesraan Di Atas Rasa Pilu
14
14 Berkeliling Distrik Perbelanjaan
15
15 Mendapat Artefak Baru
16
16 Peningkatan Dan Uji Coba Artefak
17
17 Siap Berburu Kembali
18
18 Luput Dari Pengepungan
19
19 Menjelajah Dungeon
20
20 Melawan Boss Dungeon
21
21 Setelah Penaklukan
22
22 Kembali Untuk Pulang
23
23 Sebagai Gantinya Hari Ini
24
24 Beberapa Urusan Perlu Diatasi
25
25 Penghasilan Dari Berburu
26
26 Persiapan Selesai
27
27 Menyerang Dungeon
28
28 Melawan Great Serpent
29
29 Setelah Krisis Adalah Waktu Santai
30
30 Di Ujung Cakrawala
31
31 Bertemu Dengan Calon Tunangan
32
32 Gadis Yang Merepotkan
33
33 Ketenangan Malam
34
34 Membuat Item Konsumsi
35
35 Di Pinggiran Kota Kuno
36
36 Di Kedalaman Kota Kuno
37
37 Musuh Yang Menyulitkan
38
38 Menjelajahi Reruntuhan
39
39 Di Hadapan Yang Agung
40
40 Kotak Pandora
41
41 Gairah Dibalut Rasa Lelah
42
42 Menuju Kota Tambang
43
43 Sesampainya Di Kota Tambang
44
44 Bertemu Dengan Villainess
45
45 Di Balik Pertemuan Queen
46
46 Awal Kesombongan
47
47 Pandangan Berkabut
48
48 Di Bawah Celah Bumi
49
49 Benih Keretakan
50
Pengumuman Remake.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!