Arcania
...Cerita dimulai....
^^^26 : 17 : 54 . Arcan-40 . Lunaxia-04 . 5460 Kalender Rigelia Baru.^^^
Episode satu.
"Ukh...!"
Jemariku meremas erat kepala yang rasanya seakan mau pecah. Beberapa waktu lalu, aku tersadar di tempat asing dan tidak aku kenali.
Aku terduduk meringkuk, mencoba memikirkan beberapa kemungkinan. Namun yang aku bisa lakukan saat ini hanyalah menahan rasa sakit yang menghantam kepalaku ini.
Ada seorang gadis yang berseru saat aku baru tersadar sebelumnya. Namun aku menyuruhnya untuk diam, sebab suaranya serasa menggema, membuat rasa sakit ini semakin tak tertahankan.
Melihat aku tersiksa, sepertinya dia segera menuruti perkataanku. Sekarang dia terduduk tenang di samping tempat yang aku singgahi.
Aku menghirup dan mengembuskan napas dengan cukup dalam, dengan kepala yang menunduk.
Aku melakukan itu untuk meredakan rasa sakit ini, yang sepertinya berangsur mulai mereda. Dan aku sudah dapat berpikir lebih jernih.
Keringat dingin terasa di sekujur tubuh, keluar seakan mengusir rasa sakit yang melanda diri.
Aku sedikit mengembuskan napas lega, sembari melepas cengkraman di kepala.
Kemudian beralih, untuk memandang gadis di sebelahku, dan berkata.
"Sepertinya kondisiku sudah lebih baik, kamu dapat berbicara sekarang. Tapi... Jangan bersuara terlalu keras."
Indra ku masih terasa sensitif. Suara yang terdengar biasa saja, akan terdengar cukup keras di telingaku. Oleh sebab itu, aku memintanya untuk berbicara dengan suara pelan.
Entah mengapa ekspresi gadis di sampingku terlihat agak lega, walau kekhawatiran masih tergambar pada wajahnya.
Dia sedikit mencondongkan tubuh ke arah ku, sebelum kemudian bibir mungilnya yang agak bergetar mulai bersuara.
"Tuan muda, apa anda..."
Tetapi rasa waspada serta penasaran yang menghantui diri, memaksaku untuk segera bertanya.
"Ada di mana sebenarnya ini?"
Aku mengedarkan pandangan. Sedangkan gadis di sebelahku? Entah mengapa ia diam membeku, ketika mendengar pertanyaan itu. Manik matanya yang diwarnai gelap juga terlihat agak melebar.
Aku menunggu beberapa waktu. Sebelum akhirnya dia menjawab, sembari merapikan posisi duduk dan menghela napas panjang.
"Ini adalah kediaman Margrave 'Augustine, tuan muda. Dan ini adalah kamar tidur anda."
Mataku sedikit melebar, mendengar jawaban aneh tersebut. Merasa sedang dipermainkan olehnya, aku lantas segera kembali bertanya.
"Mengapa aku berada di sini? Dan siapa yang telah membawaku menuju tempat seperti ini?"
Tiba-tiba berada di tempat asing setelah tidak sadarkan diri saja sudah aneh. Dan sekarang, aku malah harus menghadapi gadis yang bersikap aneh pula.
Dia kembali diam membeku, dengan tatapan kosong. Sebelum kemudian matanya terlihat mulai berkaca, dan bibirnya yang agak gemetar juga ikut bicara.
"Anda berada di sini... Sebab anda adalah tuan muda kami, anak dari Lord 'Augustine."
"Apa kamu bercanda sekarang?!"
Aku lantas berteriak! Sampai membuat gadis di sebelahku jadi tersentak. Jawaban tidak masuk akal apalagi yang dia katakan?
"Ugh..."
Tiba-tiba rasa sakit kembali menjalari kepalaku. Aku lantas meremas kepala dengan begitu erat. Apa aku benar-benar sedang dipermainkan?
"Tidak tuan muda, mana mungkin saya..."
"Cukup!"
Aku segera mengulurkan tangan dan berkata tegas! Menghentikan suara gadis di sebelahku yang agak menggema di dalam kepala.
Selepas rasa sakit sudah mulai mereda, aku kembali beralih pada gadis di sampingku, yang entah mengapa memasang ekspresi yang lebih khawatir dari sebelumnya.
Sepertinya aku memang sedang dipermainkan oleh organisasi yang beraliansi dengan pihak musuh atau semacamnya. Akan melelahkan jika aku terus menyangkal. Untuk sementara aku akan mengikuti permainan mereka.
"Kalau begitu... Siapa namaku?"
Dan mata gadis di sebelahku terbuka sangat lebar. Sekarang jawaban konyol apa lagi yang akan dia berikan? Tidak mungkin mereka akan mengarang nama asliku juga kan?
Postur duduk gadis di sebelahku terlihat melemas. Dan ia menjawab dengan suara bergetar yang agak dipertegas.
"Anda adalah tuan muda Astin. Astin Van' Augustine. Anak terakhir dari Lord 'Augustine."
Sekarang bukan saja mataku yang melebar, tetapi mulutku juga. Berani-beraninya dia memalsukan namaku! Aku lantas merasa kesal. Dengan nada tinggi aku menyangkal.
"Apa maksudmu Astin? Namaku adalah... xxxx Ugh..."
Tanpa peringatan, tiba-tiba seperti ada sesuatu yang menghantam kepalaku. Aku lantas kembali meremas kepala dengan ekspresi meringis.
Apa-apaan? Kenapa aku tidak bisa menyebutkan namaku?
Aku bisa menyebutkan nama yang disebut oleh gadis itu. Tetapi kenapa aku sama sekali tidak bisa menyebut nama asliku?
Bahkan suaraku tidak bisa keluar sama sekali saat memikirkannya. Aku terdiam sejenak, menunggu sakit kepalaku mereda.
Selepas rasa sakit sudah mereda. Aku segera membuka kancing atas kemeja, sebab keringatku kini mulai merembes keluar.
Tubuhku terasa panas. Dan aku merasa sangat gerah. Aku butuh sesuatu untuk mendinginkan tubuh ini.
Apa para bajingan yang telah menyeretku ke tempat ini melakukan sesuatu pada tubuhku? Sialan!
Setelah mengutuk, aku lantas membuat permintaan pada gadis di sebelahku.
"Hei, bisakah kamu carikan sesuatu untuk mengipasi ku atau semacamnya?"
Dengan sigap ia berdiri. Kemudian menunduk sopan dan berkata.
"Tunggu sebentar tuan muda."
Dan dia segera beranjak keluar dari ruangan ini. Setelah melihat gadis itu keluar dari ruang. Brag! Aku menjatuhkan tubuh. Dan kepalaku rasanya seperti berputar.
Beberapa waktu kemudian, gadis itu kembali dengan langkah yang tergesa. Dan ia kembali terduduk sembari berkata.
"Tuan muda, saya akan mengipasi anda."
Aku hanya menjawabnya singkat.
"Ya, lakukan."
Dengan santai aku merelaksasikan diri, sembari merentangkan kedua lengan ke samping.
Gadis itu tersenyum manis. Tangan kanan yang memegang kipas mulai bergerak, sedangkan tangan kirinya bertumpu di pangkuan.
Aku mengatur napas. Merasakan angin yang menerpa tubuh. Ini mulai sedikit mendinginkan pikiranku.
Setelah menenangkan diri, aku mencoba untuk mencerna perkataan gadis di sebelahku. Ada sesuatu yang janggal mengenai keadaan ku, seperti ada sesuatu yang mencegahku untuk memberi tahu identitas sebenarnya.
Kalau aku menyangkal, kemungkinan aku akan mengalami sakit yang luar biasa lagi. Setelah berpikir sejenak, aku melanjutkan pertanyaan.
"Jadi... Aku Astin?... Anak dari pemilik kediaman ini?... Dan... Berada di mana kediaman ini?... Apakah ini di... xxxxx Ugh."
Namun tiba-tiba rasa sakit kembali menghantam kepalaku, saat aku hendak menyebutkan sebuah nama.
Dan aku lantas kembali mencengkram erat kepala sembari sedikit meregangkan tubuh.
Sial! Bahkan aku tidak bisa menyebutkan nama sebuah benua. Apa maksudnya ini? Apa mereka benar-benar telah melakukan sesuatu padaku? Mau dipikir bagaimanapun bukankah ini sangat keterlaluan?
"Tuan muda."
!
Aku agak terkejut. Gadis yang sebelumnya duduk di kursi, tiba-tiba duduk di sisi di mana aku terbaring, dan tangan mungilnya yang halus mulai membelai lembut kepalaku.
Aku sempat ingin memrotes tindakannya. Namun entah kenapa belaiannya terasa sangat nyaman, jadi aku hanya membiarkan sembari melemaskan tubuh.
Beberapa saat kemudian rasa sakit mulai mereda. Aku beralih pada gadis yang masih membelai rambutku, dan berkata padanya.
"Bisa kamu jawab pertanyaanku sebelumnya?"
Dia tiba-tiba menarik tangannya. Ekspresinya terlihat agak terkejut. Tetapi senyuman manis segera menggantikannya. Dan suara lembut dari bibirnya mulai sampai pada pendengaran.
"Kediaman ini berada di wilayah kekuasaan kerajaan Orione, tuan muda. Satu-satunya kerajaan yang berada di atas benua langit."
Aku tertegun sejenak. Mendengar jawaban yang semakin tidak masuk akal. Sepertinya percuma saja aku mencari informasi darinya.
Aku melemaskan tubuh. Sembari menikmati hembusan angin, saat gadis di sebelahku kembali mengipasi. Dengan suara lemas aku berkata.
"Baiklah... Aku akan berhenti bertanya untuk sekarang."
Kemudian mulai memejamkan mata.
Tetapi berbagai pertanyaan yang melintas di benakku mengenai keanehan situasi saat ini, tidak membiarkan pikiranku untuk bersantai sama sekali.
-
Benar-benar situasi macam apa ini? Hal yang gadis itu katakan layaknya omong kosong. Aku tidak ingin mempercayai, tetapi keanehan dan rasa sakit yang ku alami begitu nyata.
Perlahan aku mulai menerima keadaan. Dengan berbagai pemikiran yang mulai mengalir, aku memikirkan kembali apa yang di ucapkan oleh gadis itu.
Astin. Kerajaan Orione. Benua langit. Hanya satu kesimpulan yang bisa aku ambil dari nama-nama itu. Yaitu dunia game yang pernah aku mainkan saat masih duduk di sekolah tingkat menengah atas.
Tetapi bukankah itu sudah cukup lama? Ingatan terakhirku adalah saat aku sedang melakukan pertempuran di perbatasan.
Seharusnya setelah menyelesaikan misi itu aku akan dipulangkan, setelah aku menjalani wajib militer selama lebih dari empat tahun. Tetapi tiba-tiba pandanganku menjadi gelap sebelum aku menyadari.
Dan saat tersadar, kepalaku seperti mau pecah. Medan pertempuran yang kacau dipenuhi suara tembakan dan ledakan, tiba-tiba saja berubah menjadi ruangan yang sangat mewah.
Apa aku dipindahkan ke dalam dunia game tersebut? Kalau dipikirkan dengan akal sehat memanglah sangat tidak masuk akal.
Walaupun aku memang dipindahkan, aku tidak familiar dengan Astin, benua langit, maupun kerajaan Orione yang disebutkan oleh gadis itu.
Ingatanku tentang game tersebut juga sudah agak memudar. Walau aku masih mengingat informasi-informasi penting, sebab waktu itu aku sangat tergila-gila saat memainkannya.
Aku terus mencoba mengingatnya, sembari merasakan hembusan angin dari kipasan gadis di sebelahku, yang mulai mendinginkan tubuh serta pikiran.
Ah... Ada satu. Jika ada yang namanya Astin, itu adalah karakter sampingan yang muncul pada permulaan game, sampai krisis awal skenario utama dimulai.
Tetapi ada yang sangat bermasalah dengannya. Astin adalah karakter yang berperan sebagai penjahat kelas tiga, yang pekerjaannya hanya mengganggu protagonis, untuk kemudian dihajar olehnya.
Kalau tidak salah, ada scene di mana dia sedang mencoba merayu heroine utama, dan ketahuan oleh protagonis. Kemudian dia dituduh melakukan pelecehan seksual, walau dia tidak benar-benar melakukan hal semacam itu.
Astin yang tidak merasa melakukan hal tersebut lantas membela diri. Sedangkan protagonis yang tidak terima langsung menantangnya berduel.
Merasa harga dirinya direndahkan sebagai seorang anak bangsawan kelas atas, apalagi oleh protagonis yang sekedar anak seorang kesatria, Astin segera menerimanya tanpa pikir panjang.
Tetapi seperti yang diharapkan, dia habis babak belur dihajar oleh protagonis tanpa bisa melakukan perlawanan. Dan dia akhirnya koma dalam beberapa minggu.
Sedangkan heroine utama yang melihat itu, baru menjelaskan pada protagonis yang ditelan emosi, kalau Astin tidak bersalah setelah pertandingan selesai.
Sialan! Entah kenapa aku merasa sangat kesal saat mengingatnya.
Walau begitu, Astin masih tetap gigih mendekati heroine utama, walau dia terus-menerus di tolak dan di abaikan.
Sampai pada akhirnya, krisis awal skenario utama dimulai.
Di mana organisasi penjahat menyerang academy pahlawan Hygea. Tempat di mana para generasi muda yang menjadi calon pahlawan masa depan berada, untuk mengembangkan kekuatan serta kemampuan mereka.
Dan itu juga menjadi akhir bagi Astin. Yang hanya sekedar karakter sampingan penambah bumbu dalam cerita.
Dia melindungi heroine utama yang sangat ketakutan, walau dia hanya seorang bajingan lemah. Sampai pada akhirnya dia dilibas secara brutal, oleh salah satu pimpinan organisasi penjahat.
Bahkan sampai mayatnya ditampilkan seperti mozaik berwarna merah tidak beraturan.
Ugh. Apa aku harus mengalami hal mengerikan seperti itu juga? Sialan! Memikirkannya saja sudah membuatku merasa mual.
Sedangkan heroine utama hanya berteriak histeris dan terjatuh lemas, saat melihat pemandangan mengenaskan itu.
Heroine utama merupakan gadis yang sangat cantik, pimpinan organisasi penjahat tentu saja ingin menikmati tubuhnya.
Membuat heroine utama memberontak dan berteriak. Saat dia hampir saja ternoda, protagonis akhirnya datang untuk menyelamatkannya. Bersama beberapa Instruktur dan juga pahlawan.
Dan pimpinan organisasi penjahat tersebut akhirnya berhasil dikalahkan.
Kemudian mereka berdua beranjak pergi, meninggalkan jasad Astin yang sudah tidak memiliki bentuk, bersama dengan karakter sampingan lainnya yang juga menjadi korban.
Dan itu merupakan scene terakhir yang menampilkan keberadaan Astin.
Sialan! Semakin memikirkannya, membuat rasa mual serta kekesalanku semakin memuncak.
Setidaknya aku harus cukup kuat untuk menghadapinya. Atau aku harus cukup lihai dalam menghindari masalah saat krisis awal skenario dimulai.
Tapi bagaimana jika aku akan tetap digiring seperti adegan di dalam game tersebut?
Wajahku sedikit meringis ketika membayangkan hal itu.
Apakah aku harus berteman dan berbuat baik, pada protagonis serta karakter utama lainnya?
Apakah mereka akan otomatis membenciku, sebab peranku yang sudah diatur sejak awal? Ya, aku akan memikirkan hal itu nanti, setelah melihat situasinya sendiri.
Untuk kerajaan Orione. Aku benar-benar belum pernah mendengarnya. Sedangkan benua langit. Aku bisa menebak, kalau itu adalah map yang belum pernah terbuka.
Aku berhenti memainkan game-nya sebelum versi terbaru rilis, sebab waktu itu aku sibuk dengan persiapan ujian masuk universitas.
Jadi aku hanya membaca informasi terbaru di internet, sebab penasaran dengan akhir skenarionya. Jadi, walaupun aku tidak bisa memainkannya sampai selesai, aku mengetahui informasi-informasi penting yang terjadi.
Walau demikian, tidak ada informasi detail tentang benua langit. Hanya ada siluetnya saja. Biasanya itu akan terlihat di sisi utara langit academy.
Dan ukurannya sangat besar untuk sesuatu yang melayang jauh di ketinggian, bahkan sampai siluetnya terdistorsi sebab jarak dan atmosfer.
Sepertinya belum ada satupun player yang menemukan skenario tersembunyi untuk membuka map tersebut. Dan sekarang aku berada di atasnya?
Kalau semua informasi itu benar adanya, aku harus benar-benar memulainya dari nol. Sebab Astin hanyalah bajingan lemah yang banyak tingkah.
Untuk sekarang, aku akan menghadapi masalah yang ada di hadapanku terlebih dulu. Dan juga memastikan kebenaran dengan mata kepalaku sendiri.
Aku mengalihkan pandangan pada gadis yang sedang mengipasi ku ini. Ekspresinya masih terlihat begitu khawatir.
Apakah dia benar-benar mengkhawatirkan ku?
Setelah dilihat-lihat, dia mengenakan pakaian seperti pelayan yang ada dalam cerita-cerita fantasi abad pertengahan atau semacamnya.
Bukankah gadis ini terlalu cantik untuk menjadi seorang pelayan?
Bahkan aku belum pernah melihat gadis secantik ini secara langsung. Aku pikir dia adalah idol atau semacamnya.
Apakah sebab game-nya menargetkan konsumen laki-laki?
Di dalam game memang banyak karakter dengan penampilan cantik, dan tentu saja mereka sangat kuat. Sebab kebanyakan adalah heroine maupun sub heroine, yang membantu protagonis saat progres ceritanya berjalan.
Tetapi itu hanya dalam bentuk ilustrasi dua dimensi, aku tidak tahu kalau akan menjadi secantik ini jika menjadi kenyataan. Apalagi dia adalah karakter antah berantah yang bahkan tidak masuk dalam cerita.
Bagaimana dengan karakter utama lainnya? Apakah mereka akan terlihat lebih cantik? Ya, kita lihat saja nanti.
Aku terus memandangi gadis yang sedang mengipasi ku sembari tersenyum ini.
Bulu mata lentik nan panjangnya sesekali berkedip. Menutupi mata berwarna hitam layaknya obsidian yang gelap.
Dengan kulit putih pucat yang terlihat begitu halus. Hidung mungil serta bibir merah mudanya, terlihat begitu serasi dengan paras indahnya.
Rambut hitam yang panjangnya sebahu itu, terlihat dipotong dengan rapi dan berkilau. Dia terlihat seperti boneka yang dipoles dengan sempurna.
Apakah aku juga akan memiliki penampilan seperti itu? Walau desain karakter Astin seperti anak berandalan, bukankah seharusnya aku cukup tampan?
-
Kruyuuuk.♪.♪.♪
Suara bergemuruh sedikit memecah kesunyian. Suara itu berasal dari perutku, dan entah kenapa gadis di sebelahku tersenyum lembut ketika mendengarnya.
Apa dia sedang meledekku? Dia menghentikan kipasan nya. Dengan nada santun ia bertanya padaku.
"Tuan muda, apakah anda merasa lapar?"
Aku yang merasa agak malu hanya menjawab singkat.
"Ya,"
Sebab aku memang merasa lapar. Sepertinya setelah aku memikirkan banyak hal, dan memperoleh ketenanganku kembali, tubuhku mulai memerlukan nutrisi.
Dan senyuman gadis di sampingku entah kenapa semakin sumringah. Ia mulai beranjak dari sisi tempatku terbaring, membuat tubuhku agak terguncang, saat kasur empuk ini memantul,
Ketika kehilangan beban tubuh gadis yang kini kembali berkata tanpa kehilangan senyumannya.
"Saya akan segera menyiapkan makanan untuk anda."
Aku lantas memalingkan tubuh menyamping, sebab merasa malu dipandang begitu lama olehnya. Kemudian menjawab singkat.
"Lakukan."
"Kalau begitu saya permisi."
Beberapa saat kemudian, terdengar suara langkah ringan yang agak menggema.
Aku kembali berbalik, untuk melihat punggung mungil gadis yang mulai beranjak jauh, sebelum keberadaannya menghilang dari balik pintu.
...Bersambung....
_
Terimakasih telah membaca.
@aegis998.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments
Filanina
Bagus. Udah banyak yang baca. Cerita begini memang mainstream dan bisa bikin penasaran.
2024-12-10
1
Syifa N.B
hallo kakak , maaf baru sempat mampir nieh 😁 semangat terus ya kak 💪🏼 jangan lupa mampir juga ya
2024-12-21
0
Protocetus
masterpiece
2024-07-03
1