13 Kemesraan Di Atas Rasa Pilu

...Cerita berlanjut....

^^^43 : 17 : 21 . Arcan-41 . Lunaxia-04 . 5460 Kalender Rigelia Baru.^^^

Episode tiga belas.

Saat kami sampai di kamar Haumea, sepertinya Amy sudah selesai menyiapkan air hangat untukku. Dia terlihat sedang mengelap tangannya yang basah setelah mencuci tangan, kemudian ia berkata saat melihat kami.

"Nyonya, saya sudah selesai menyiapkan air hangat untuk tuan muda."

Amy terlihat memandang ke arahku yang tengah berdiri di belakang Haumea.

Dan Haumea berkata.

"Bagus, kamu boleh beristirahat, biar aku yang mengurus Astin."

Sepertinya Amy merasa keberatan saat pekerjaannya hendak direbut, oleh sebab itu ia memprotes.

"Tapi nyonya..."

Namun sayangnya Haumea yang sedang kesal tidak dapat diganggu gugat.

"Amy, apa kamu mau membantahku?"

"Suasana hatiku sedang buruk sekarang."

Amy terlihat gentar, membuat bahu mungilnya sedikit gemetar, dan ia hanya bisa menjawab patuh.

"Baik nyonya, kalau begitu saya permisi."

Dan Amy berlalu setelah membungkuk, sebelum kemudian ia menghilang bagai ditelan pintu.

Setelahnya Haumea berbalik sembari melepaskan genggamannya. Ekspresi kesalnya kembali terlihat saat pandangan kami bertemu, kemudian ia berkata dengan nada kesal pula.

"Kamu, tunggu di sini, aku akan bersiap."

Setelah mendengar itu, pandanganku mengikuti dimana Haumea berlalu. Ia pergi ke arah lemari yang sangat besar di kejauhan sisi timur ruang.

Mungkin itu bisa dijadikan untuk sebuah kamar.

Ia membukanya, kemudian mengambil sebuah pakaian yang terlihat sederhana, tidak seperti gaun anggun yang biasa ia pakai. Setelah itu, ia masuk ke dalam sebuah pintu di sisi lemari besar tersebut.

Walau sekilas, aku dapat melihat banyak pakaian yang berbaris tergantung di sana. Sebelum kemudian itu menghilang, sebab Haumea yang menutup pintu agak kencang.

Brak!

Sembari menunggu, akupun mengedarkan pandangan.

Ini lebih luas dari kamarku, mungkin satu setengah kali. Dari pintu masuk ada deretan sofa serta meja di tengah ruang. Sedangkan tempat tidur mewah terlihat di sisi sebelah barat. Dan di sebelahnya terdapat sebuah meja rias yang indah.

Ada sebuah pintu di sisi selatan, yang sebelumnya Amy terlihat keluar dari sana.

Sedangkan kini pandanganku mengarah pada pintu yang mulai terbuka, dan Haumea dengan rambut diikat ke belakang mulai terlihat, dengan pakaian indah namun sederhana.

Dia terlihat sangat cantik, walau sekarang wajahnya masih terlihat kesal. Ia kembali menuju ke arahku, kemudian menyeret ku, sembari berkata.

"Ayo."

Aku hanya bisa mengikutinya. Dan ia segera melepas pakaian putihku yang dipenuhi noda merah, dia terlihat lihai walau dia seorang wanita bangsawan kelas atas.

Apa sebelumnya dia pernah bekerja di bidang ini?

Entahlah, aku tidak ingin menanyakannya. Setelah itu Haumea mulai memandikanku, dan dia ia kembali mengomel.

Setelah selesai, Haumea kembali menuju ke lemari besar. Entah kenapa dia sepertinya menyimpan beberapa pakaianku, dan aku tidak ingin menanyakan itu sekarang.

Setelahnya kami makan malam bersama. Tidak seperti sebelumnya kami makan malam di ruang makan yang sangat luas, melainkan beberapa pelayan yang langsung mengantarkan hidangan untuk kami.

.

Sekarang kami sedang duduk di sofa yang berada di tengah ruang, setelah Haumea kembali berganti pakaian, dibantu oleh pelayan yang sudah kembali sebelumnya. Dan dia mulai mengintrogasi ku.

"Jadi, kenapa kamu melakukan hal berbahaya seperti itu?"

Dia terlihat menatapku tajam, jadi aku menjawabnya dengan lirih.

"Itu... aku hanya ingin meningkatkan keterampilan ku... dan belajar mandiri."

"Bukankah aku akan segera pergi ke academy?... Jadi aku tidak bisa terus mengandalkan orang lain."

Mungkin itu terdengar seperti sebuah alasan, tetapi aku juga tidak berbohong. Aku harus mengembangkan kekuatanku sendiri, tanpa bergantung pada orang lain.

*

Haumea tidak segera bereaksi, ia berpikir kalau alasan yang diberikan Astin cukup masuk akal. Tetapi itu tidak dapat membenarkan tindakan yang membahayakan nyawanya.

Iapun mendengus, kemudian kembali berkata dengan nada kesal.

"Hmph, walau begitu, kamu setidaknya harus ditemani beberapa kesatria, agar keselamatanmu lebih terjamin."

Kekesalan dan kekhawatiran semakin bergejolak dalam benak Haumea.

"Kamu sadar, kamu adalah penerus satu-satunya dari penguasa wilayah ini? Kalau kamu celaka, siapa yang akan menggantikan ayahmu?"

Dan sekarang hatinya terasa sakit, memikirkan kemungkinan kalau kekasihnya akan celaka. Setelah berhenti sejenak, Haumea melanjutkan dengan nada yang sedikit melankolis.

"Dan lagi... apa kamu ingin melakukan hal yang sama seperti ayahmu yang mengabaikan ku?"

Deg! Seketika itu jantung Astin terasa sangat sesak. Mendengar kekhawatiran yang keluar dari mulut wanita yang sangat ia cintai, membuatnya dilanda rasa bersalah. Dan ia lantas membantahnya.

"Mana mungkin aku melakukan hal itu, aku akan menghabiskan lebih banyak waktu untukmu."

Ya, Astin akan rela memberikan segalanya, jika itu untuk Haumea. Tidak mungkin bagi Astin untuk mengabaikan apalagi sampai meninggalkan Haumea, itu sangat mustahil bagi dirinya yang sepenuhnya sudah dikuasai. Akan tetapi...

Astin menundukkan pandangan, jemari lentiknya meremas pangkuan, kemudian ia melanjutkan dengan nada lirih.

"Tetapi... kamu tahu, aku sekarang sangatlah lemah."

Ya, Astin memanglah sangat lemah. Ia menggigit bibir bawahnya ketika memikirkan kenyataan itu. Kemudian mengalihkan pandangan pada Haumea, dan melanjutkan.

"Sebagai seorang laki-laki... setidaknya aku harus bisa melindungi wanita yang aku cintai."

"Dan aku tidak ingin menyerahkan tugas itu pada orang lain."

Tidak mungkin bagi Astin yang sudah tidak dapat hidup tanpa Haumea, menyerahkannya pada orang lain.

"Aku tidak ingin, aku tidak akan membiarkan tugasku digantikan."

"Sebab aku ingin menjadikan dirimu menjadi milikku seorang."

Astin benar-benar tidak ingin kehilangan wanita tercintanya ini, dia mungkin akan mati jika sampai hal itu terjadi.

Pandangan Astin mulai bergetar, dadanya semakin terasa sesak. Ia kembali menundukkan kepala, dan semakin meremas erat pangkuan, menantikan respon apa yang akan diberikan oleh Haumea padanya.

-

Haumea sedikit melebarkan matanya, ia menutupi mulutnya yang juga ikut terbuka. Tidak ia sangka, kalau kata-kata itu keluar dari mulut lelaki muda di hadapannya.

Kata-kata yang selalu ia harapkan, kata-kata dari seseorang yang mengharapkan dirinya, kata-kata dari seseorang yang ingin selalu bersama di sampingnya, kata-kata dari seseorang yang tidak ingin kehilangannya.

Entah kenapa rasa sakit yang dirasa Haumea mulai mereda. Kekesalannya mulai luruh, oleh perkataan lelaki yang sangat ia cintai tersebut.

Entah itu merupakan kebenaran atau hanya efek dari kendali yang Haumea tanamkan, tetapi kata-kata tersebut benar-benar terucap dari bibir kekasihnya.

Selama ini suaminya bahkan tidak mempedulikannya samasekali, walau Haumea sudah berusaha sebisa mungkin, tetapi rasanya itu sia-sia.

Ia dilanda kesepian mendalam begitu lama. Sampai ia berpikir, adakah seseorang di dunia ini yang mencintainya?

Ia rasa tidak. Ia mencintai suaminya, tetapi suaminya membencinya. Setelah bertahan dalam kesengsaraan rumah tangga yang buruk begitu lama, rasa cintanya mulai memudar seiring hilangnya waktu.

Ia menyayangi anaknya, bahkan anak tirinya, tetapi ketika ia menunjukkan perhatian dan kasih sayang lebih, mereka mulai menjaga jarak.

Sampai akhirnya ia kehilangan akal sehat, dan batasan untuk dapat mencintai serta memiliki seseorang. Rasa takut akan kesepian dan ditinggalkan seseorang mendorong Haumea untuk melakukan hal tersebut.

Setelah hatinya dilanda kekosongan yang tak berujung, akhirnya ia dapat kembali merasakan jatuh cinta. Tetapi itu tidak berjalan sesuai harapan...

Sehingga ia menghalalkan segala cara untuk mendapatkannya...

Dan sekarang, akhirnya dia mendapatkan hasil. Hati Haumea tidak bisa menahan kebahagiaan yang meluap-luap, ketika lelaki yang sangat ia cintai juga mencintai dirinya.

Astin Astin Astin... ahh... sayang... kamu terlihat sangat menggemaskan...

Air liur hampir saja mengalir dari sudut bibir Haumea yang terbuka, sebisa mungkin ia menahan dirinya...

Setelah memikirkan hal itu, Haumea beranjak dari tempat duduknya. Kemudian ia menghampiri lelaki yang tengah menunduk terdiam itu.

Kini ia duduk di sebelahnya. Kemudian ia menggapai bahu Astin dengan lembut, untuk kemudian ia peluk dengan erat, sembari berkata lirih.

"Sayang, apa kamu benar-benar memikirkan hal itu?"

Ahh... sayang, apa kamu juga menginginkan ku? Jantung Haumea mulai berdegup begitu kencang, rasa khawatir, kesal, amarah, semuanya tergantikan oleh hasrat...

Astin merasakan kenyamanan yang mendalam dari pelukan Haumea. Iapun memeluk kekasihnya erat, rasa sesak di dada yang ia rasa entah kemana perginya...

Aku benar-benar sangat mencintainya...

Setelah berpikir demikian, Astin menjawab dengan lugas.

"Ya, aku sangat menginginkan dirimu selalu berada di sisiku."

"Untuk itu, aku harus cukup kuat."

"Cukup kuat, untuk melindungimu dari apapun."

Haumea lantas terkikik di dalam hati, mendengar jawaban yang begitu menggemaskan baginya.

Ahh... sayang... kamu benar-benar manis sekali...

"Fu fu... aku jadi semakin menginginkanmu."

Hasrat Haumea yang menggebu tidak dapat ia tahan. Iapun melepas pelukannya, perlahan ia mendorong tubuh kekasihnya hingga terbaring di sofa.

Kini ia menindihnya, salah satu tangannya membelai lembut wajah lelaki di bawahnya itu. Dengan pandangan lembut ia menatap paras yang menurutnya terlihat indah.

"Haum."

"Hmph..."

Tidak dapat menahan diri, Haumea lantas melahap bibir cream pucat Astin, dengan bibir cream merah mudanya yang manis menggoda.

Setelah berciuman cukup lama. Astin memandangi wajah Haumea yang sedang terengah-engah. Dia terlihat begitu cantik. Setelah itu iapun menarik Haumea dalam pelukannya, kemudian mengungkapkan perasaan.

"Aku mencintaimu aku mencintaimu aku mencintaimu... aku benar-benar sangat mencintaimu..."

Astin mengatakannya berulang kali, sebab bila hanya sekali, rasanya tidak akan cukup untuk menggambarkan perasaannya, dan itu juga masih belum cukup.

Oleh sebab itu, ia mengungkapkannya dengan tindakan.

Aahh... sayangku sayangku sayangku... cinta cinta cinta... aku juga sangat mencintaimu sayang...

Haumea menjerit bahagia di dalam hatinya, ketika kebahagiaan begitu tidak tertahankan. Bahkan ia berpikir, apakah ini benar-benar nyata?

Tetapi ia harus lebih menahan diri, agar kekasihnya ini tidak sampai ia rusak...

"Fu fu fu... aku juga sangat mencintaimu."

"Dan aku sangat menginginkanmu."

Setelah mendengar ucapan yang menggoda, Astin lantas berbalik menindih Haumea. Sofa yang mereka naiki cukup luas, jadi tidak perlu khawatir terjatuh.

Setelahnya Astin mulai melepas pakaian Haumea, untuk kemudian ia menjilati seluruh tubuh indahnya. Kemudian mendorong dirinya dalam diri Haumea dengan penuh nafsu, hingga membuat Haumea mendesah kenikmatan.

"Ah... sayang... disitu sangat nikmat... heungh..."

"Ah... Haumea tubuhmu nikmat sekali... uhh..."

Dan malam itu juga mereka kembali melepaskan hasrat yang begitu membara, dengan kicauan kenikmatan yang menggema di seluruh ruang.

*

"Hiks... hiks... tuan muda..."

Gadis berambut hitam itu kembali terisak ketika mendengar suara dari dalam ruang. Hatinya teramat sangat sakit. Baru beberapa waktu lalu ia merasa sangat khawatir,

Tetapi kekhawatirannya berubah menjadi rasa pilu, sampai tubuhnya tak sanggup lagi berdiri. Kakinya ambruk sampai bersimpuh, sedangkan kedua tangannya menutupi wajah yang dipenuhi airmata.

"Kenapa bisa jadi seperti ini? Hiks..."

***

"Uhh..."

Ini hari ketiga serta pagi keduaku setelah datang ke dunia ini.

Badanku terasa lemas sekali. Aku terlalu berlebihan semalam, belum lagi aku melakukannya setelah lelah berburu.

Setelah beberapa waktu mengumpulkan kesadaran serta tenaga, aku beralih pandang. Wanita di sebelahku masih terlelap dengan wajah bahagianya.

Aku tidak pernah bosan melihat wajah cantik nan ayunya ini.

Aku mulai beranjak untuk mendekatkan wajahku padanya, kemudian mengelus lembut wajah cantiknya, dan...

"Chup~♡"

Akupun mencium keningnya sembari menghirup aroma harum rambutnya. Dan kembali memandangi paras indahnya sejenak.

Wanitaku ini benar-benar sangat cantik. Jemariku kembali membelai lembut pipi putih nan halusnya ini. Setelah puas memandangi,

Aku kembali terbaring di sampingnya, untuk kemudian memeluknya lembut sembari membenamkan wajah. Dan menikmati kehangatan serta kelembutan tubuh indahnya ini.

*

Haumea perlahan tersadar, saat merasakan hembusan hangat yang menggelitik dadanya.

Jemarinya yang masih belum bertenaga mulai bergerak perlahan, menuju kepala Astin yang tengah nyaman berlabuh pada dirinya.

Kemudian ia mengelus lembut rambut putih bersih kekasihnya itu. Iapun tersenyum lembut, sembari berkata lirih.

"Sayang, apa kamu sudah bangun?"

"Hnm."

Tetapi subjek yang tengah mendekapnya ini hanya menjawab dengan gumaman, dan semakin mengeratkan pelukannya. Haumea sangat bahagia, merasa dirinya semakin dicintai.

Fu fu fu... aku semakin jatuh cinta padamu...

Iapun kembali memeluknya erat, untuk menikmati kenyamanan ini lebih lama.

*

Setelah cukup puas bermesraan, kamipun mandi bersama. Kemudian Haumea memakaikan baju untukku, dan merapikan rambutku.

Dia benar-benar dapat diandalkan. Dan sekarang aku tengah duduk di sofa, yang sudah dirapikan dari kekacauan semalam.

Sembari memperhatikan Haumea yang sedang dipakaikan gaun oleh dua gadis pelayan pribadinya. Tatapan mereka kosong, mereka seperti boneka yang bekerja dengan sempurna.

Apa Haumea mendominasi mereka? Benar-benar skill cheat yang mengerikan.

Setelah selesai bersiap, Haumea menghampiriku dan berkata.

"Sayang, apa kamu ingin pergi berburu lagi?"

Aku yang terus mengikuti setiap gerakan Haumea menjawab, sembari sedikit menengadah, memperhatikan kecantikan luar biasa, dari wanita yang tengah berdiri anggun di sampingku.

"Ya, tetapi sepertinya aku akan berangkat lebih siang, ada beberapa hal yang ingin ku persiapkan terlebih dulu."

Semalam aku berhasil merayu Haumea, agar membiarkanku berburu sendiri.

Setelah mendengar jawabanku, Haumea tersenyum. Kemudian mengulurkan tangannya sembari berkata.

"Begitu, kalau kamu memerlukan sesuatu, minta saja pada Sebas."

Akupun menggapainya, setelah mengambil tas kecil yang berisi hasil buruanku.

Kemudian kami beranjak keluar. Sebelum Haumea pergi, ia memperingatkan.

"Ingat, jangan sampai kamu melakukan hal yang lebih berbahaya. Kalau kamu terluka sedikit saja, siap-siap kamu aku hukum."

Aku tersenyum ketika mendengarnya, kemudian menjawab.

"Ya, aku akan mengingatnya."

Setelahnya Haumea berlalu melewati lorong selatan mansion, bersama dua pelayannya.

Sedangkan aku menelusuri ruangan luas yang sisi utaranya terbuka ini. Ada beberapa guci mewah serta tanaman hias di sisi barat ruang, serta tangga besar melengkung di sisi timur.

Sepertinya di atas adalah kamar-kamar saudara perempuanku.

Setelah beberapa lama, aku sampai di tengah ruang, ada lorong besar mengarah ke timur yang kemarin aku lalui bersama kepala pelayan.

Aku sampai di depan tangga besar sisi utara ruang, dimana kamarku berada.

Ini sangat tinggi, mungkin lebih dari sepuluh meter, tetapi tidak terlalu curam, dan bentuknya melengkung ke dalam. Akupun menginjak karpet mewah dan mulai menaikinya.

Setelah sampai di atas, aku berjalan menelusuri lorong lantai dua, menuju kamarku yang berada di ujung selatan. Melewati pilar-pilar besar di sebelah kanan, dan beberapa pintu mewah di sebelah kiri.

Sepertinya ini adalah kamar-kamar saudara laki-lakiku.

Tetapi langkahku terhenti, saat hampir sampai di pintu kamarku yang cukup besar ini. Sebab kini pandanganku menangkap pintu, yang berukuran lebih kecil di paling ujung selatan lorong itu mulai terbuka.

Dan sosok gadis berambut hitam mulai terlihat dari baliknya, ia bergerak dengan begitu rapi dan sopan. Dengan ringan ia menutup pintu.

Kemudian ia sedikit melebarkan mata, saat melihatku pada pandangannya. Tetapi entah kenapa matanya agak sembab.

Apa Amy masih sakit? Kemarin dia tidak membantuku bersiap sebab sedang beristirahat. Dan setelah pulang berburu aku sibuk dengan Haumea, jadi aku tidak sempat memeriksa keadaannya.

Sebab merasa khawatir, akupun mendekatinya.

*

Pandangan Amy mulai berpaling, ia tak kuasa lagi memandang tuan mudanya, hatinya terasa sangat sakit sekali. Ia tidak ingin memperlihatkan keadaan yang menyedihkan seperti ini pada tuan muda.

Tetapi apa daya Amy yang hanya seorang gadis lemah, yang bahkan tidak bisa memperjuangkan perasaannya sendiri. Tubuhnya gemetar saat mengingat kejadian-kejadian sebelumnya, dan wajahnya hanya bisa menunduk.

Setelah sampai pada Amy. Astin sejenak memperhatikan kondisinya, tubuh Amy sedikit gemetar, Astin yang semakin khawatir lantas bertanya.

"Amy, apa kamu masih sakit? Lebih baik kamu istirahat saja jika masih sakit."

Mendengar itu, membuat hati Amy semakin sakit, sampai ia menggigit bibir bawahnya. Ada rasa bersalah yang mulai menghantui Amy.

Kaki Amy yang gemetar tak sanggup lagi menopang tubuhnya.

Bruk!

Astin lantas menjatuhkan tas kecil yang ia pegang, dan segera menggapai tubuh Amy, sampai Amy jatuh dalam pelukannya.

Amy meremas pakaian tuan mudanya, sedangkan wajahnya terbenam di dada tuan mudanya itu. Perasaannya sudah tidak terbendung lagi, rasa bersalah semakin menghantui Amy, dan ia mulai terisak.

"Tuan muda, maafkan aku, hiks... aku benar-benar minta maaf, hiks... hiks..."

Tetapi peringatan dari nyonya tidak membiarkan Amy melanjutkan perkataannya.

Amy segera menenangkan diri, dan ingin beranjak dari pelukan tuan muda. Tetapi belaian lembut mulai memanjakan kepala serta punggung Amy. Dan suara lembut tuan mudanya mulai menggelitik telinga.

"Amy, kamu tidak perlu meminta maaf, bukankah kamu sedang sakit kemarin?"

Amy tertegun mendengar ucapan tuan muda. Amy hanya bisa menyalahkan ketidakberdayaannya, sebab tidak bisa melindungi tuan muda dari cengkraman nyonya.

Sampai membuat tuan muda yang sangat ia sayangi ini, melakukan hal tidak senonoh dengan nyonya nya itu. Setelah mendapatkan ketenangannya, Amy mulai beranjak dari pelukan tuan muda, kemudian berkata sembari tersenyum manis.

"Tuan muda, saya sudah baik-baik saja, maaf telah merepotkan anda."

Mana mungkin dia baik-baik saja setelah terisak seperti itu. Astin mengusap lembut air mata Amy, kemudian bertanya.

"Apa kamu benar-benar sudah baik-baik saja?"

Amy-pun memejamkan mata. Sepertinya tuan muda sangat mengkhawatirkan dirinya, jadi Amy menjawab dengan penuh senyuman.

"Ya, saya baik-baik saja."

Setelah mendengar jawabannya, Astin bisa bernapas lega. Kemudian ia bertanya hal lain yang ia perlukan.

"Amy, apa kamu mengetahui toko artefak yang bagus di sekitar sini?"

Ya, Astin memerlukan beberapa item untuk meningkatkan artefak, peralatan berburu, serta persiapan untuk kenaikan level.

Amy menikmati kelembutan tuan mudanya. Tuan muda tidak berubah samasekali, dia selalu bersikap lembut dan baik terhadap Amy.

Setelah tuan muda selesai menyeka air matanya, Amy mulai membuka mata, kemudian menjawab.

"Bukankah lebih baik meminta tuan Sebas untuk menyiapkannya?"

Kakek Amy merupakan kepala pelayan yang memiliki pengaruh cukup besar di kediaman ini, jadi seharusnya dia dapat menyiapkan apapun permintaan tuan muda. Tetapi tuan muda sepertinya memiliki maksud lain.

"Aku hanya ingin pergi berkeliling."

Ya, walau kediaman ini cukup besar, ada beberapa hal yang tidak bisa didapatkan di sini, Astin juga berniat ingin mencari artefak yang bagus.

Merasa ada kesempatan untuk berduaan dengan tuan muda, Amy-pun segera menjawab dengan antusias.

"Kalau begitu, biar saya menemani anda."

Hmm... kedengarannya tidak buruk, ditemani saat berkeliling. Sepertinya kondisi Amy juga sudah membaik. Setelah berpikir demikian, Astin menjawab.

"Baiklah kalau begitu, tetapi kamu harus mengenakan pakaian yang lebih kasual."

Apa tuan muda ingin mengajakku berkencan? Saat memikirkan itu, entah kenapa wajah Amy terasa panas. Tetapi ia segera menyingkirkan pemikiran itu, kemudian menjawab dengan patuh.

"Baik tuan muda, kalau begitu saya akan bersiap terlebih dulu."

Dan Astin menjawabnya singkat.

"Ya."

Akan lebih praktis kalau berkeliling dengan pakaian yang tidak mencolok, agar tidak terlalu menyita perhatian. Setelah berpikir demikian, Astin mengambil tas kecil yang terjatuh sebelumnya, kemudian mulai beranjak.

Setelah mendapat jawaban, Amy menunduk, mengiringi tuan muda yang mulai beranjak menuju kamarnya. Setelahnya Amy segera kembali memasuki kamar dengan suasana hati yang mulai membaik.

...Bersambung....

_

Terimakasih telah membaca.

@aegis998

Author baru belajar menulis, kritik & saran sangat diterima.

Terpopuler

Comments

Rey

Rey

apa Astin masih dalam pengaruh Sihir ibu tirinya ya?

2024-03-19

1

lihat semua
Episodes
1 01 Apakah Aku Menjadi Karakter Sampingan?
2 02 Bukankah Ini Sebuah Artefak?
3 03 Gadis Itu Sumber Informasi
4 04 Sepertinya Aku Harus Mengubah Penampilan
5 05 Pertemuan Dengan Ibu Tiri
6 06 Ibu Apa Yang Kamu Lakukan Padaku?
7 07 Dominasi Ibu Tiri.
8 08 Kehangatan Pagi
9 09 Pergi Menyelinap
10 10 Berburu Di Kota Kuno
11 11 Berburu Di Sekitar Pohon Besar
12 12 Jalan Pulang
13 13 Kemesraan Di Atas Rasa Pilu
14 14 Berkeliling Distrik Perbelanjaan
15 15 Mendapat Artefak Baru
16 16 Peningkatan Dan Uji Coba Artefak
17 17 Siap Berburu Kembali
18 18 Luput Dari Pengepungan
19 19 Menjelajah Dungeon
20 20 Melawan Boss Dungeon
21 21 Setelah Penaklukan
22 22 Kembali Untuk Pulang
23 23 Sebagai Gantinya Hari Ini
24 24 Beberapa Urusan Perlu Diatasi
25 25 Penghasilan Dari Berburu
26 26 Persiapan Selesai
27 27 Menyerang Dungeon
28 28 Melawan Great Serpent
29 29 Setelah Krisis Adalah Waktu Santai
30 30 Di Ujung Cakrawala
31 31 Bertemu Dengan Calon Tunangan
32 32 Gadis Yang Merepotkan
33 33 Ketenangan Malam
34 34 Membuat Item Konsumsi
35 35 Di Pinggiran Kota Kuno
36 36 Di Kedalaman Kota Kuno
37 37 Musuh Yang Menyulitkan
38 38 Menjelajahi Reruntuhan
39 39 Di Hadapan Yang Agung
40 40 Kotak Pandora
41 41 Gairah Dibalut Rasa Lelah
42 42 Menuju Kota Tambang
43 43 Sesampainya Di Kota Tambang
44 44 Bertemu Dengan Villainess
45 45 Di Balik Pertemuan Queen
46 46 Awal Kesombongan
47 47 Pandangan Berkabut
48 48 Di Bawah Celah Bumi
49 49 Benih Keretakan
50 Pengumuman Remake.
Episodes

Updated 50 Episodes

1
01 Apakah Aku Menjadi Karakter Sampingan?
2
02 Bukankah Ini Sebuah Artefak?
3
03 Gadis Itu Sumber Informasi
4
04 Sepertinya Aku Harus Mengubah Penampilan
5
05 Pertemuan Dengan Ibu Tiri
6
06 Ibu Apa Yang Kamu Lakukan Padaku?
7
07 Dominasi Ibu Tiri.
8
08 Kehangatan Pagi
9
09 Pergi Menyelinap
10
10 Berburu Di Kota Kuno
11
11 Berburu Di Sekitar Pohon Besar
12
12 Jalan Pulang
13
13 Kemesraan Di Atas Rasa Pilu
14
14 Berkeliling Distrik Perbelanjaan
15
15 Mendapat Artefak Baru
16
16 Peningkatan Dan Uji Coba Artefak
17
17 Siap Berburu Kembali
18
18 Luput Dari Pengepungan
19
19 Menjelajah Dungeon
20
20 Melawan Boss Dungeon
21
21 Setelah Penaklukan
22
22 Kembali Untuk Pulang
23
23 Sebagai Gantinya Hari Ini
24
24 Beberapa Urusan Perlu Diatasi
25
25 Penghasilan Dari Berburu
26
26 Persiapan Selesai
27
27 Menyerang Dungeon
28
28 Melawan Great Serpent
29
29 Setelah Krisis Adalah Waktu Santai
30
30 Di Ujung Cakrawala
31
31 Bertemu Dengan Calon Tunangan
32
32 Gadis Yang Merepotkan
33
33 Ketenangan Malam
34
34 Membuat Item Konsumsi
35
35 Di Pinggiran Kota Kuno
36
36 Di Kedalaman Kota Kuno
37
37 Musuh Yang Menyulitkan
38
38 Menjelajahi Reruntuhan
39
39 Di Hadapan Yang Agung
40
40 Kotak Pandora
41
41 Gairah Dibalut Rasa Lelah
42
42 Menuju Kota Tambang
43
43 Sesampainya Di Kota Tambang
44
44 Bertemu Dengan Villainess
45
45 Di Balik Pertemuan Queen
46
46 Awal Kesombongan
47
47 Pandangan Berkabut
48
48 Di Bawah Celah Bumi
49
49 Benih Keretakan
50
Pengumuman Remake.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!