13 Kemesraan Diatas Rasa Pilu.

...Cerita berlanjut....

^^^43 : 17 : 21 . Arcan-41 . Lunaxia-04 . 5460 Kalender Rigelia Baru.^^^

Episode tiga belas.

Saat kami sampai di kamar Haumea, sepertinya Amy sudah selesai menyiapkan air hangat untukku. Dia terlihat sedang mengelap tangannya yang basah setelah mencuci tangan, kemudian ia berkata saat melihat kami.

"Nyonya, saya sudah selesai menyiapkan air hangat untuk tuan muda."

Kemudian Amy memandang ke arah anak laki-laki yang tengah berdiri di belakang Nyonya nya itu. Dan Haumea pun berkata.

"Bagus, kamu boleh beristirahat, biar aku yang mengurus Astin."

Mendengar pekerjaannya akan diambil, Amy pun ingin memprotes.

"Tapi nyonya..."

Tetapi sayang sekali, belum sempat ia menyelesaikan perkataannya, Haumea yang sedang kesal pun buka suara.

"Amy, apa kamu mau membantahku?"

"Suasana hatiku sedang buruk sekarang."

Mendengar itu, Amy pun merasa gentar, dan ia mau tidak mau menjawab dengan patuh.

"Baik nyonya, kalau begitu saya permisi."

Dan Amy pun berlalu setelah membungkuk, sebelum kemudian ia menghilang bagai ditelan pintu.

Setelahnya Haumea berbalik sembari melepaskan genggamannya, untuk melihat subjek dibelakangnya ini, kemudian berkata dengan nada kesal.

"Kamu, tunggu disini, aku akan bersiap."

Setelah mendengar itu, pandanganku mengikuti dimana Haumea berlalu. Ia pergi ke arah lemari yang sangat besar di kejauhan sisi timur ruang.

Mungkin itu bisa dijadikan untuk sebuah kamar.

Ia membukanya, kemudian mengambil sebuah pakaian yang terlihat sederhana, tidak seperti gaun anggun yang biasa ia pakai. Setelah itu, ia masuk kedalam sebuah pintu disisi lemari besar itu.

Walau sekilas, aku dapat melihat banyak pakaian yang berbaris tergantung di sana, sebelum kemudian itu menghilang, sebab Haumea yang menutup pintu agak kencang.

Sembari menunggu, akupun mengedarkan pandangan.

Ini lebih luas dari kamarku, mungkin satu setengah kali. Dari pintu masuk ada deretan sofa serta meja ditengah ruang. Sedangkan tempat tidur mewah terlihat disisi sebelah barat. Dan disebelahnya terdapat sebuah meja rias yang indah.

Ada sebuah pintu di sisi selatan, yang sebelumnya Amy terlihat keluar dari sana.

Sedangkan kini pandanganku mengarah pada pintu yang mulai terbuka, dan Haumea dengan rambut diikat kebelakang pun terlihat, dengan pakaian indah namun sederhana.

Dia terlihat sangat cantik, walau sekarang wajahnya terlihat sedikit kesal. Ia kembali menuju ke arahku, kemudian menyeret ku, sembari berkata.

"Ayo."

Akupun hanya mengikutinya. Dan ia segera melepas pakaian putihku yang dipenuhi noda merah, dia terlihat lihai walau dia seorang wanita bangsawan kelas atas.

Apa sebelumnya dia pernah bekerja di bidang ini?

Entahlah, aku tidak ingin menanyakan itu. Setelah itu Haumea mulai memandikanku, dan dia mulai kembali mengomel.

Setelah selesai, ia kembali menuju ke lemari besar. Entah kenapa dia sepertinya menyimpan beberapa pakaianku, dan aku tidak ingin menanyakan itu sekarang.

Setelahnya kami makan malam bersama. Tidak seperti sebelumnya kami makan malam di ruang makan yang sangat luas itu, melainkan beberapa pelayan yang langsung mengantarkan hidangan untuk kami.

.

Dan sekarang kami sedang duduk di sofa yang berada di tengah ruang, setelah Haumea kembali berganti pakaian, dibantu oleh pelayan yang sudah kembali sebelumnya. Dan iapun mulai mengintrogasi ku.

"Jadi, kenapa kamu melakukan hal yang berbahaya seperti itu?"

Dia terlihat menatapku tajam, jadi akupun menjawab dengan lirih.

"Itu... aku hanya ingin meningkatkan keterampilan ku... dan belajar mandiri."

"Bukankah aku akan segera pergi ke academy?... Jadi aku tidak bisa terus mengandalkan orang lain."

Mendengar jawaban yang masuk akal, Haumea pun mendengus sebab itu masih belum cukup sebagai alasan.

"Hmph, walau begitu, kamu setidaknya harus ditemani beberapa kesatria, agar keselamatanmu lebih terjamin."

"Kamu sadar, kamu adalah penerus satu-satunya dari penguasa wilayah ini? Kalau kamu celaka, siapa yang akan menggantikan ayahmu?"

Kemudian Haumea melanjutkan dengan nada yang sedikit melankolis.

"Dan lagi... apa kamu ingin melakukan hal yang sama seperti ayahmu, yang meninggalkanku?"

Mendengar perkataan itu, dari wanita dihadapanku yang sangat aku cintai ini, hatiku terasa sangat sesak. Akupun lantas membantahnya.

"Mana mungkin aku melakukan itu, aku akan memberikan lebih banyak waktu untukmu."

Kemudian aku melanjutkan dengan nada lirih.

"Tetapi... kamu tahu, aku sekarang sangatlah lemah."

"Sebagai seorang laki-laki... setidaknya aku harus bisa melindungi wanita yang aku cintai."

"Dan aku tidak ingin menyerahkan tugas itu pada orang lain."

Kemudian aku sedikit meninggikan suara, sebab hatiku semakin terasa sesak saat memikirkannya.

"Aku tidak ingin, aku tidak akan membiarkan tugasku digantikan."

"Karena aku ingin menjadikan dirimu menjadi milikku seorang."

Setelah mengatakan itu sembari menatap Haumea, aku kembali tertunduk menantikan respon apa yang akan diberikan olehnya.

Tidak ada satupun kebohongan dari perkataanku. Aku terlalu lemah sekarang, walau ada sesuatu yang menutupi itu, tapi aku akan kembali lemah jika kehilangannya.

Dan aku tidak ingin terlalu bergantung, dengan sesuatu yang bisa direbut kapan saja ini, makannya aku mencoba meningkatkan kekuatanku sendiri sembari menyembunyikannya.

Kalau ada orang yang jauh lebih kuat mengetahui, mungkin aku hanya akan dihabisi tanpa melakukan perlawanan.

Belum lagi wanita dihadapanku ini lebih kuat dariku, walau begitu, masih ada yang lebih kuat darinya. Setidaknya aku harus bisa melindunginya, jika ada situasi yang tidak bisa ia atasi, tentu saja salah satunya adalah ayahku.

Aku tidak ingin lagi wanitaku direbut orang lain hanya sebab kelemahanku. memiliki penampilan yang bagus saja tidak akan berguna, jika dihadapkan dengan kekuatan yang lebih besar.

Aku harus benar-benar memastikan dia akan selalu berada di sisiku, dan untuk itu, aku harus bertahan hidup, dari segala masalah dan ancaman yang akan datang.

Mendengar perkataan tidak biasa dari laki-laki yang masih sangat muda itu, membuat Haumea melebarkan mata. Ia tidak percaya, kalau subjek dihadapannya ini bisa memikirkan sampai sejauh itu.

Sebab yang ia tahu, dia hanya anak laki-laki yang manja. Walau begitu, dia masih memiliki kepribadian yang bisa diandalkan saat orang terdekatnya terancam.

Haumea mengetahui, sebab yang membuat ancaman itu adalah Haumea sendiri. Dia tidak sengaja menyerang Amy yang mengganggunya, saat mencoba memiliki Astin. Tidak membiarkan itu Astin pun melindungi Amy.

Melihat lelaki yang ia inginkan melindungi gadis lain, Haumea merasa semakin kesal, sebab bahkan suaminya sendiri mengabaikan dirinya.

Dan sekarang lelaki dihadapannya ini, mengatakan sesuatu yang sangat ia dambakan, dan itu membuat hatinya sangat luluh.

Sebab dia juga ingin diperlakukan menjadi sesuatu yang berharga oleh seseorang yang ia cintai, dan ia juga tidak ingin kehilangannya.

Oleh sebab itu ia merasa sangat khawatir sekaligus marah, melihat orang yang sangat ia cintai ini membahayakan dirinya.

Setelah memikirkan hal itu, Haumea beranjak dari tempat duduknya. Kemudian ia menghampiri lelaki yang tengah menunduk terdiam itu.

Kini ia duduk di sebelahnya. Kemudian iapun menggapai bahunya dengan lembut, untuk kemudian ia peluk dengan erat, sembari berkata lirih.

"Sayang, apa kamu benar-benar memikirkan hal itu?"

Walau Haumea sudah memastikan, kalau lelaki dalam dekapannya ini tidak akan bisa berpaling darinya, ia merasa sangat bahagia jika dia mendengar langsung darinya.

Mendapat perlakuan lembut dari wanita yang sangat aku cintai ini, membuatku merasa nyaman, dan hatiku yang terasa sesak ini mulai membaik. Akupun kembali memeluknya, kemudian mengiyakan pertanyaan yang ia berikan.

"Ya, aku sangat menginginkan dirimu selalu berada di sisiku."

"Untuk itu, aku harus cukup kuat."

"Cukup kuat, untuk melindungimu dari apapun."

Setelah mendengar itu, hati Haumea semakin luluh. Kemudian ia berkata dengan suasana hatinya yang mulai membaik.

"Fu fu... aku jadi semakin menginginkanmu."

Setelah itu Haumea melepas pelukannya. Dan ia mendorong Astin perlahan sampai terbaring di sofa yang cukup luas itu.

Kini ia menindihnya, salah satu tangannya membelai lembut wajah lelaki dibawahnya itu, dengan pandangan lembut menatap paras yang menurutnya terlihat indah.

"Haum."

"Hmph..."

Setelah itu, Haumea lantas melahap bibir cream pucat Astin, dengan bibir cream merah mudanya yang manis menggoda.

Setelah berciuman cukup lama. Aku memandangi wajah Haumea yang sedang terengah-engah, dia terlihat begitu cantik. Setelah itu akupun menariknya dalam pelukanku, kemudian mengungkapkan perasaanku.

"Aku mencintaimu aku mencintaimu aku mencintaimu, aku benar-benar sangat mencintaimu."

Aku mengatakannya berulang kali, sebab bila hanya sekali tidak akan cukup menggambarkan perasaanku padanya, dan itu juga masih belum cukup.

Oleh sebab itu, akupun mengungkapkannya dengan tindakan. Mendengar itu, perasaan Haumea semakin berbunga, dan ia membalas sembari sedikit menggoda.

"Fu fu fu... aku juga sangat mencintaimu."

"Dan aku sangat menginginkanmu."

Setelah mendengar ucapan yang menggoda, aku lantas berbalik menindih Haumea. Sofa ini cukup luas jadi tidak perlu khawatir terjatuh.

Setelahnya akupun melepas pakaian Haumea, untuk kemudian aku menjilati seluruh tubuh indahnya. Kemudian mendorong diriku dalam dirinya dengan penuh nafsu, hingga membuat Haumea mendesah kenikmatan.

"Ah... sayang... disitu sangat nikmat... heungh..."

"Ah... Haumea tubuhmu nikmat sekali... uhh..."

Dan malam itu juga mereka kembali berbagi kasih sayang, dengan kicauan kenikmatan yang menggema di seluruh ruang.

*

"Hiks... hiks... tuan muda..."

Gadis berambut hitam itu kembali terisak ketika mendengar suara dari dalam ruang. Hatinya teramat sangat sakit. Baru beberapa waktu lalu ia merasa sangat khawatir,

Tetapi kekhawatirannya berubah menjadi rasa pilu, sampai tubuhnya tak sanggup lagi berdiri. Kakinya ambruk sampai bersimpuh, sedangkan kedua tangannya menutupi wajah yang dipenuhi airmata.

"Kenapa bisa jadi seperti ini? Hiks..."

***

"Uhh..."

Ini hari ketiga serta pagi keduaku setelah datang ke dunia ini.

Badanku terasa lemas sekali. Aku terlalu berlebihan semalam, belum lagi aku melakukannya setelah lelah berburu.

Setelah beberapa waktu mengumpulkan kesadaran serta tenaga, akupun beralih pandang. Wanita disebelahku ini masih terlelap dengan wajah bahagianya.

Aku mulai beranjak untuk mendekatkan wajahku padanya, kemudian mengelus lembut wajah cantiknya, dan...

"Chup~♡"

Akupun mencium keningnya sembari menghirup aroma harum rambutnya. Kemudian memandangi paras indahnya sejenak.

Wanitaku ini benar-benar sangat cantik. Jemariku kembali membelai lembut pipi putih nan halusnya ini. Setelah puas memandangi,

Akupun kembali terbaring disampingnya, untuk kemudian memeluknya lembut sembari membenamkan wajah,

Dan menikmati kehangatan serta kelembutan tubuh indahnya ini. Haumea perlahan tersadar, saat merasakan hembusan hangat yang menggelitik dadanya.

Jemarinya yang masih belum bertenaga mulai bergerak perlahan, menuju kepala Astin yang tengah nyaman berlabuh pada dirinya. Kemudian mengelus lembut rambut putih bersihnya ini. Iapun tersenyum lembut, sembari berkata lirih.

"Sayang, apa kamu sudah bangun?"

"Hnm."

Tetapi subjek yang tengah mendekapnya ini hanya menjawab dengan gumaman, dan semakin mengeratkan pelukannya. Haumea merasa sangat bahagia, sebab lelaki yang sangat ia cintai ini juga sangat mencintainya.

Iapun kembali memeluknya erat, untuk menikmati kenyamanan ini lebih lama.

.

Setelah cukup puas bermesraan, kamipun mandi bersama. Kemudian Haumea memakaikan baju untukku dan merapihkan rambutku.

Di benar-benar dapat diandalkan. Dan sekarang aku tengah duduk di sofa, yang sudah dirapihkan dari kekacauan semalam.

Sembari memperhatikan Haumea yang sedang dipakaikan gaun oleh dua gadis pelayan pribadinya. Tatapan mereka kosong, mereka seperti boneka yang bekerja dengan sempurna.

Apa Haumea mendominasi mereka? Benar-benar skill cheat yang mengerikan.

Setelah selesai bersiap, Haumea pun menghampiri Astin kemudian berkata.

"Sayang, apa kamu ingin pergi berburu lagi?"

Aku yang terus mengikuti setiap gerakan Haumea pun menjawab. Sembari sedikit menengadah, memperhatikan kecantikan luar biasa, dari wanita yang tengah berdiri anggun disampingku ini.

"Ya, tetapi sepertinya aku akan berangkat lebih siang, sebab ingin mempersiapkan beberapa hal terlebih dulu."

Semalam aku berhasil merayu Haumea, agar membiarkanku berburu sendiri.

Setelah mendengar jawaban, Haumea pun tersenyum. Kemudian mengulurkan tangannya sembari berkata.

"Begitu, kalau kamu memerlukan sesuatu, minta saja pada Sebas."

Akupun menggapainya, setelah mengambil tas kecil yang berisi hasil buruanku.

Kemudian kami beranjak keluar. Sebelum Haumea pergi, ia memperingatkan.

"Ingat, jangan sampai kamu melakukan hal yang lebih berbahaya. Kalau kamu terluka sedikit saja, siap-siap kamu aku hukum."

Mendengar itu akupun tersenyum, kemudian menjawab.

"Ya, aku akan mengingatnya."

Setelahnya Haumea berlalu melewati lorong selatan mansion, bersama dua pelayannya itu.

Sedangkan aku menelusuri ruangan luas yang sisi utaranya terbuka ini. Ada beberapa guci mewah serta tanaman hias di sisi barat ruang, serta tangga besar melengkung di sisi timur.

Sepertinya diatas adalah kamar-kamar saudara perempuanku.

Setelah beberapa lama, aku sampai di tengah ruang, ada lorong besar mengarah ke timur yang kemarin aku lalui bersama pria tua.

Akupun sampai di depan tangga besar sisi utara ruang, dimana kamarku berada.

Ini sangat tinggi, mungkin lebih dari sepuluh meter, tetapi tidak terlalu curam, dan bentuknya melengkung kedalam. Akupun menginjak karpet mewah dan mulai menaikinya.

Setelah sampai di atas, aku berjalan menelusuri lorong lantai dua, menuju kamarku yang berada di ujung selatan. Melewati pilar-pilar besar di sebelah kanan, dan beberapa pintu mewah di sebelah kiri.

Sepertinya ini adalah kamar-kamar saudara laki-lakiku.

Tetapi langkahku terhenti, saat hampir sampai di pintu kamarku yang cukup besar ini. Sebab kini pandanganku menangkap pintu, yang berukuran lebih kecil di paling ujung selatan lorong itu mulai terbuka.

Dan sosok gadis berambut hitam mulai terlihat dari baliknya, ia bergerak dengan begitu rapih dan sopan. Dengan ringan ia menutup pintu.

Kemudian ia sedikit melebarkan mata, saat melihatku pada pandangannya. Tetapi entah kenapa matanya agak sembab.

Apa Amy masih sakit? Kemarin dia tidak membantuku bersiap sebab sedang beristirahat. Dan setelah pulang berburu aku sibuk dengan Haumea, jadi aku tidak sempat memeriksa keadaannya.

Sebab merasa khawatir, akupun mendekatinya.

Pandangan Amy pun mulai berpaling, ia tak kuasa lagi memandang tuan mudanya itu, hatinya terasa sangat sakit sekali. Ia tidak ingin memperlihatkan keadaan yang menyedihkan seperti ini pada tuan muda.

Tetapi apa daya Amy yang hanya seorang gadis lemah, yang bahkan tidak bisa memperjuangkan perasaannya sendiri. Tubuhnya gemetar saat mengingat kejadian-kejadian sebelumnya, dan wajahnya hanya bisa menunduk.

Setelah sampai pada Amy. Aku memperhatikan kondisinya, tubuhnya sedikit gemetar, akupun semakin khawatir, dan lantas bertanya.

"Amy, apa kamu masih sakit? Lebih baik kamu istirahat saja jika masih sakit."

Mendengar itu, membuat hati Amy semakin sakit, sampai ia menggigit bibir bawahnya. Tuan muda tidak mengetahui kebenarannya, membuat rasa bersalah mulai menghantui Amy.

Kaki Amy yang gemetar tak sanggup lagi menopang tubuhnya.

Bruk!

Akupun lantas menjatuhkan tas kecil yang aku pegang, dan segera menggapai tubuh Amy, sampai Amy jatuh dalam pelukanku.

Amy pun meremas pakaian tuan mudanya, sedangkan wajahnya terbenam di dada tuan mudanya itu. Perasaannya sudah tidak terbendung lagi, rasa bersalah semakin menghantui Amy, dan iapun mulai terisak.

"Tuan muda, maafkan aku, hiks... aku benar-benar minta maaf, hiks... hiks..."

Tetapi peringatan dari nyonya tidak membiarkan Amy melanjutkan perkataannya.

Nyonya mengancam akan menyakiti tuan muda kalau saja Amy mengatakan kebenarannya, sampai memaksa Amy untuk bekerjasama dengannya.

Apa Amy merasa bersalah sebab tidak bisa mengurusku kemarin?

Amy pun segera menenangkan diri, dan ingin beranjak dari pelukan tuan muda. Tetapi belaian lembut mulai memanjakan kepala serta punggung Amy. Dan suara lembut tuan muda mulai menggelitik telinganya.

"Amy, kamu tidak perlu meminta maaf, bukankah kamu sedang sakit kemarin?"

Amy tertegun mendengar ucapan tuan muda yang tidak mengetahui apa-apa. Amy hanya bisa menyalahkan ketidakberdayaannya, sebab tidak bisa melindungi tuan muda dari cengkraman nyonya.

Sampai membuat tuan muda yang sangat ia sayangi ini, melakukan hal tidak senonoh dengan nyonya nya itu. Setelah mendapatkan ketenangannya, Amy mulai beranjak dari pelukan tuan muda, kemudian berkata sembari tersenyum manis.

"Tuan muda, saya sudah baik-baik saja, maaf telah merepotkan anda."

Mana mungkin dia baik-baik saja setelah terisak seperti itu. Akupun mengusap lembut air matanya, kemudian bertanya.

"Apa kamu benar-benar sudah baik-baik saja?"

Amy pun memejamkan mata. Sepertinya tuan muda sangat mengkhawatirkan dirinya, jadi Amy menjawab dengan penuh senyuman.

"Ya, saya baik-baik saja."

Setelah mendengar jawabannya, akupun bernapas lega. Kemudian bertanya hal lain yang aku perlukan.

"Amy, apa kamu mengetahui toko artefak yang bagus disekitar sini?"

Aku memerlukan beberapa item untuk meningkatkan artefak, peralatan berburu, serta persiapan kenaikan level ku nanti.

Amy pun menikmati kelembutan tuan mudanya. Tuan muda tidak berubah samasekali, dia selalu bersikap lembut dan baik terhadap Amy.

Setelah tuan muda selesai menyeka air matanya, Amy pun mulai membuka mata, kemudian menjawab.

"Bukankah lebih baik meminta tuan sebas untuk menyiapkannya?"

Kakek Amy merupakan kepala pelayan yang memiliki pengaruh cukup besar di kediaman ini, jadi seharusnya dia dapat menyiapkan apapun permintaan tuan muda. Tetapi tuan muda sepertinya memiliki maksud lain.

"Aku hanya ingin pergi berkeliling."

Ya, walau kediaman ini cukup besar, ada beberapa hal yang tidak bisa aku dapatkan disini, aku juga ingin mencari artefak yang bagus.

Merasa ada kesempatan untuk berduaan dengan tuan muda, Amy pun segera menjawab dengan antusias.

"Kalau begitu, biar saya menemani anda."

Hmm... kedengarannya tidak buruk, ditemani saat berkeliling. Sepertinya kondisi Amy juga sudah membaik.

"Baiklah kalau begitu, tetapi kamu harus mengenakan pakaian yang lebih kasual."

Apa tuan muda ingin mengajaknya berkencan? Saat memikirkan itu, entah kenapa wajah Amy terasa panas. Tetapi ia segera menyingkirkan pemikiran itu, kemudian menjawab dengan patuh.

"Baik tuan muda, kalau begitu saya akan bersiap terlebih dulu."

Akupun menjawabnya singkat.

"Ya."

Akan lebih praktis kalau berkeliling dengan pakaian yang tidak mencolok, agar tidak terlalu menyita perhatian. Akupun mengambil tas kecil yang terjatuh sebelumnya, kemudian mulai beranjak.

Setelah mendapat jawaban, Amy pun menunduk, mengiringi tuan muda yang mulai beranjak menuju kamarnya. Setelahnya Amy segera kembali memasuki kamar dengan suasana hati yang mulai membaik.

...Bersambung....

_

Terimakasih telah membaca.

@aegis998

Author baru belajar menulis, kritik & saran sangat diterima.

Terpopuler

Comments

Rey

Rey

apa Astin masih dalam pengaruh Sihir ibu tirinya ya?

2024-03-19

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!