Nyebelin

Rindu? Jangan ditanya rasanya. Pasalnya sudah satu minggu Vian tidak bertemu dengan Ranis. Walaupun setiap hari Vian datang meminta makan kerumah Ranis, nyatanya tak sekalipun Ranis mau menemui Vian, bunda Desi jadi tidak enak hati dibuatnya.

Senin pagi ini, Vian sudah berada dirumah Ranis tanpa sungkan sebelum Ranis turun dari kamarnya Vian sudah duduk manis dimeja makan, menyantap makanan yang telah disiapkan oleh Bunda.

" Kalo Ranis punya kakak seperti mu pasti bunda senang, jadi Ranis ada yang jaga kalo bunda sudah tidak ada yang jaga." Ucap Bunda ketika melihat Vian tengah selesai dengan sarapannya.

" Bunda jangan ngomong kayak gitu." Vian menjeda ucapannya sejenak. " Lagian bun, siapa juga yang mau jadi kakak nya Ranis, orang nanti aku bakal jadi suaminya. Jangan khawatir aku akan menjaga Ranis dengan dengan segenap hati" Ucapan Vian sangat menyentuh bunda Desi.

"Ngomongnya masih kecil sudah jauh aja kamu Vian."

"Vian sudah lebih dari cukup mampu untuk membahagiakan Ranis bunda."

Tanpa mereka sadari Ranis mendengar semua percakapan mereka dari sudut anak tangga terakhir. Ranis masih berusaha mengatur nafas dan detak jantungnya yang kapan saja membuat dia tidak berdaya.

Bunda menoleh kearah Ranis, tersenyum sebentar sebelum memanggilnya. " Ranis, ayok sarapan sayang." Ucap bunda kemudian, yang membuat Vian meloleh juga kearah Ranis. Vian tersenyum membuat membuat Ranis terpesona oleh senyumnya. Ranis tertegun sejenak menggeleng-gelengkan kepala mengusir perasaan kagum yang dia rasakan saat ini, ' hanya Ammar yang aku suka,tidak ada yang lain termasuk kak Vian,titik.' Ranis bermonolog sendiri dalam hatinya.

Ranis berjalan mendekat dengan senyum yang menutupi kegugupannya. " Ngapain pagi-pagi sudah bertamu dirumah orang?" Tanya Ranis, dia bertanya bukan berarti tidak tau maksud Vian untuk menjemputnya, hanya saja dia sedang mengkamuflase rasa nerves yang dia rasakan.

" Sinis amat, enggak kangen apa?" Goda Vian.

" Amit-amit."

" Ayo Ranis cepat sarapan dulu, ini sudah siang nanti kalian telat." Sela Bunda.

" Motor Ranis memang belum bisa bunda?" Tanya Ranis.

" Tanya ke nak Vian aja, soalnya nak Vian yang bantu bawa ke bengkel." Ranis langsung melirik Vian, seakan bertanya tentang motornya.

" Motor kamu sudah selesai, tapi masih dirumah aku, nanti pulang sekolah kamu mampir kerumahku dulu saja, mengambil motor." Jelas Vian.

Ini adalah kesempatannya untuk memperkenalkan Ranis kepada papanya, dan tadi pagi sebelum Vian berangkat, Vian sudah wanti-wanti ke papanya kalo nanti siang beliau sudah harus ada dirumah.

" Kenapa enggak langsung ditaruh disini kak?"

"Namanya juga usaha cari kesempatan." Jawab Vian apa adanya.

Malas meladeni Vian yang selalu ngegombalin dirinya akhirnya Ranis bungkam dan segera menyantap sarapannya setelah itu dia berangkat, tentu bersama Vian.

Sesampainya disekolah Ranis langsung ngibrit keluar dari mobil Vian dan pergi begitu saja tanpa terimakasih kepada Vian. Ranis terlalu gugup dan Vian menyadari itu. Vian hanya tersenyum melihat tingkah Ranis, mengamati dari dalam mobil kepergian gadis kesayangannya itu.

***

Hari senin memang begitu menguras pikiran,setelah di jam pertama pelajaran sejarah yang membahas tentang manusia purba dak sejenisnya, ganti di pelajaran ke dua yaitu matematika, siapa yang tidak pusing dengan pelajaran itu, menghitung angka dengan rumus-rumus yang harus menggunakam konsentrasi tinggi.

Setelah bel istirahat menggema seantero sekolah raut kebahagiaan terpancar diwajah seluruh murid, tanpa aba-aba semua langsung berlari berlari keluar mencari kesegaran. Ada yang langsung kantin, ke lapangan basket, ke taman.

Begitupula dengan Ranis dan Citra mereka bergegas ke kantin untuk mengisi perut mereka. " Kaki loe sudah aman ni kayaknya" Tanya Citra saat mereka hendak menuju kantin.

" Seperti yang loe lihat, cuman tinggal nunggu benar-benar kering, tapi gue takut." Tiba-tiba wajah Ranis jadi sendu.

" Takut apa?"

" Nanti kalo bekasnya tidak bisa hilang gimana?"

" Bekas di kaki aja loe pusingin, emang loe mau jadi model?"

" Enggak lah."

Sesampainya dikantin mereka menghampiri Yoga yang sudah lebih dulu ada dikantin, kembali Citra memesan makanan untuknya dan Ranis. " Tumben loe sendirian?" Tanya Ranis setelah mendudukkan tubuhnya dihadapan Yoga.

" Mau gimana lagi, temen loe yang satunya lagi bucin." Jawab Yoga.

" Serius loe? Sama siapa?" Ranis penasaran.

"Sama Ivana."

" Ivana yang dulu MOS satu kelompok sama kalian?" Yoga menganggukkan kepalanya. " Wah, enggak nyangka ya, ternyata mereka masih deket setelah pisah kelas?"

" Tapi ada kendala." Sahut Citra yang tiba-tiba datang dan duduk di samping Ranis.

" Kenapa? Cinta sepihak?" Tanya Ranis.

" Yee, loe pikir cinta loe yang sepihak sama Ammar?"  Ranis jadi kena serangan dari Citra.

" Apaan sih." Ranis jadi sewot. Citra nyengir takut juga jika Ranis ngambek. " Jadi apa kendalanya." Ranis masih penasaran.

" Ivana itu katolik."

" Oooohhh. . . Beda keyakinan."

" Iya, Ivana nolak terus, lantaran dia dulu juga udah pernah menjalin asamara beda keyakinan cuman tidak berjalan lancar" Jelas Yoga.

" Cari yang lain aja sih menurutku sebelum dalam perasaannya kayak si dia." Citra menunjuk Ranis." Sebelum ada yang akan sakit hati lebih dalam."

" Cinta beda keyakinan memang penuh pengorbanan, harus mau berkorban salah satu, dan gue harap buka Dimas." Ucap Ranis.

***

Ranis sudah menunggu Vian di parkiran, lantaran dia mau ngambil motor dia yang ada dirumah Vian. Lumayan lama hingga Ranis mengirim pesan ke Vian.

Ranis [ Assallammualaikum, kak dimana? Aku sudah di parkiran ]

Pesan Ranis sudah terkirim namun belum ada jawaban dari Vian, setelah beberapa saat Ranis kembali melihat chatnya kepada Vian. Sudah centang biru namun kenapa Vian belum membalas pesannya.

Ranis [ kak, kok.enggak di bales? Kalo nggak jadi aku pulang saja]

Kembali Ranis memgirim pesan dan langsung centang biru, namun belum ada tanda-tanda yang disebrang sana akan membalas pesan Ranis.

Ranis [Nyebelin.]

Tanpa menunggu lama HP Ranis langsung berdering menampakkan nama Vian yang jadi ID si pemanggil 'my Vian' karena sebal Ranis tidak mengangkat panggilan tersebut malah langsung di reject. Dan Vian langsung kalang kabut, segera dia membuka pintu mobilnya dari dalam.

Ranis yang mendengar ada pergerakan di belakangnya sontak menoleh.

" Kak Vian!" Serunya setelah melihat Vian keluar dari mobil dengan memamerkan giginya tidak berdosa."Tega sekali ngebiarin aku diluar nungguin padahal kakak di dalam." Ranis tidak habis pikir.

" Cemas ya? Aku nggak dateng-dateng?"

" Aku cuman malas aja, kalo disuruh nunggu." Ranis jadi sebal dengan Vian.

" Aku tak akan pernah mengeluh menunggu Ranis."

" Jadi ngambil motor aku atau tidak, kalo tidak aku pulang naik ojek on-line saja." Sebal Ranis

Vian mendekat kearah Ranis dan melewatinya, berdiri di samping pintu dan membukakan pintu untuk Ranis agar gadis itu bisa masuk. " Maaf." Ucap Vian tulus.Ranis diam hanya menatap Vian.

" Lain kali aku tidak akan membuat mu menunggu." Ucap Vian dengan lembut.

Ranis akhirnya masuk kedalam. Sebenarnya jika di lihat bukan Ranis yang menunggu Vian lama, namun Vian lah yang sudah dari tadi menunggu Ranis di dalam.

*TBC*

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!