Tragedi

Setelah sholat isya Ranis langsung menuju meja makan, Ranis melihat bunda Desi sedang mengepak beberapa kue pesanan yang telah dia buat.

" Bantu bunda nganter ini ya?"kata Bunda.

" Dikirim kemana bun?"

" Yang ini dikirim kerumah tante Ani" Jelas Bunda Desi.

" Yah, jauh Bun." Keluh Ranis.

" Yaudah kamu antar yang ini aja. " Bunda menyodorkan pesanan yang satunya " Yang ini diantar kerumah Bu nyai Halimah." Ucap bunda

" Ha?" Ranis langsung melongo. Tidak bisa berkata-kata. "Ranis nganter kerumah tante Ani aja." Putus Ranis, kali ini Ranis menolak kerumah Ammar, entah apa alasannya.

" Ya sudah kalau begitu, Ranis ambil jaket dan kunci motor dulu bun" Ranis bergegas mengambil kunci motor , memakai jaket dan langsung berangkat. Hampir setengah jam perjalanan akhirnya Ranis sampai juga dirunah tante Ani, setelah memberikan pesanan kepada yang bersangkutan Ranis langsung pamit pulang.

Melaju dengan kecepatan sedang Ranis menyusuri jalanan kota dengan bersenandung sholawat. Mulai sholawat nariyah, badar dan juga beberapa lagu islami yang dipopulerkan oleh Nissa sabyan.

' BRAK!'

Naas motor yang dikendarai Ranis di seruduk oleh oleh mobil yang ugal-ugalan. Padahal Ranis berhenti di lampu merah dan sedang menunggu lampu hijau. Tiba-tiba ada mobil yang berkecepatan tinggi tida bisa berhenti dengan baik, al hasil Ranis diseruduk dari belakang. Ranis yang oleng pun langsung jatuh kesamping kanan dan di tindih oleh motornya sendiri.

Tidak fatal, namun sayang betis Ranis kena kenalpot sepeda motornya sendiri dan menimbulkan luka. Ranis yang tidak kuat dengan rasa sakit langsung merintih dan meneteskan air mata.

Beberapa orang sudah membantunya, membantu motornya maksudnya karena Ranis bersih keras bangun sendiri tanpa dipapah menahan rasa sakit dan menepi.

Yang menabrak Ranis pun ikut menepi karena ingin bertanggung jawab, dia seorang perempuan yang baru saja belajar menyetir didampingi oleh temannya sesama perempuan.

" Coba hubungin keluarga loe." Ucap gadis yang nabrak Ranis. Dengan penampilan yang sangat anggun,

" Sakit." Ranis hanya merintih,belum luka lecet yang ada di siku bagian kananya.

" Kamu sih, kan aku udah bilang rem rem malah maju aja" Gerutu gadis yang satunya ikut cemas.

Setelah semua menepi beberapa saat kemudian kerumunan orang - orang pun sudah mulai bubar namun Ranis masih merintih kesakitan ditemani oleh dua orang gadis yang nabrak dia tadi.

" Loe jangan nangis aja, mana hp loe gue telpon keluarga loe" Gemas Rani, nama orang menabrak.

" Dalem tas, ada nama bunda 'bidadariku' tolong" Rani langsung mengerti dan segera mengambil Hp Ranis. Belum sempat mencari nomor bunda tiba-tiba ada telpon masuk ' My Vian' . Tanpa pikir panjang Rani langsung mengankat telpon rersebut.

" Hallo" Sapa Rani untuk yang disebrang sana.

"Hallo Ran"

"Sory,Sory. Gue bukan si pemilik Hp ini" Potong Rani

"Maksud loe apa?" Rani mendengar suara khas cowok yang begitu mengtimidasi disana.

" Ini yang punya Hp, abis kecelakaan. Ini gue mau ngubungin orang tuanya."

" APPA!???"  Vian langsung heboh " Tolong kirim lokasi, gue langsung kesana. Makasih"  Vian langsung menutup sambungan telpon, Rani pun langsung mengirim lokasi kepada Vian.

" Ni " Rani menyerahkan HP Ranis. " Tadi ada yang telpon namanya Vian, gue bilang ke dia kalo loe kecelakaan dia mau kesini." Jelas Rani

" Astafirullah, kak Vian?" Ranis langsung heboh juga lantaran Ranis paham, nanti Vian akan heboh dan panik sendiri.

" Pacar loe?"

" Bukan , dia sudah seperti kakak ku."

Kedua gadis itu masih setia menunggu Ranis dijemput, luka Ranis semakin perih lantaran tidak juga langsung ditangani, bagaimana mau ditangani Ranis sendiri tidak mau dibawa kerumah sakit, dia merasa ngeri melihat lukanya sendiri.

Selang tiga puluh menit akhirnya Vian datang menggunakan mobilnya. Setelah turun dari mobil Vian langsung berlari menghampiri Ranis berjongkok didepan gadis itu.

Vian  melihat kaki Ranis yang teluka hingga celana jeans yang digunakan Ranis pun tembus berlubang akibat terkena kenalpot tadi. Biarpun Ranis menggunakan celana panjang jeans namun tidak bisa melindunginya dari panasnya kenalpot. Ada yang mengalami hal sama dengan Ranis?

" Kak" Mata Ranis berkaca kaca melihat Vian, dia ingin mengadu kepadanya namun di tahan

" Kerumah sakit" Ucapnya.

"Aku takut"

" Ada aku jangan takut ya."

"Permisi," Sela Rani dan Vian langsung menoleh, Rani pun langsung terpana melihat Vian yang begitu tampan " Gue yang bertanggung jawab." Ucap Rani.

" Loe yang nubruk dia?" Vian langsung bangun dan emosi.

" Gue nggak sengaja" Rani langsung menciut melihat Vian sekarang.

" Kak Vian, jangan marahin mereka. Mereka udah baik nungguin aku disini." Pinta Ranis.

" Kalian boleh pergi, makasih banyak ya." Ranis bergegas menyuruh kedua perempuan itu pergi,sebelum Vian jadi tambah marah, cukup sekali saja melihat Vian marah waktu itu.

Vian kembali kepada Ranis, " Ayo" Vian sudah mengambil ancang-ancang akan menggendong Ranis namun dicegah oleh Ranis.

" Kakak mau ngapain?"

" Gendong kamu Ranis, pasti sakitkan ndak bisa jalan sendiri."

Ranis diam " Kenapa?" Tanya Vian

" Kan bukan muhrim kak." Jawab Ranis singkat

" Ya Allah Ranis,kamu mau aku nikahin dulu baru aku tolongin" Vian gemas sendiri melihat Ranis. Tanpa kompromi Vian langsung menggendong Ranis dan memasukkannya kedalam mobil.

***

Di Rumah sakit tepatnya di UGD Ranis sudah mendapat penanganan, karena di UGD kebanyakan dokter laki-laki mau tidak mau Ranis pasrah. Celana yang digunakan Ranis dipotong tepat dibawah lutut, Ranjs merintih akibat pergerakan dokter memotong celananya, memang tidak kena yang terluka namun tetap terasa sakit.

Vian sampai ikut menahan sakit melihat kesayangannya merintih seperti itu.  Reflek rasa sakit saat luka itu dibersihkan Ranis jadi tiba-tiba memeluk Vian yang berdiri disampingnya. Percayalah Vian langsung kaku ditempat. Detak jantungnya udah tak seirama. Detak jantungnya tak karuan. Karena posisi Ranis yang duduk diranjang pasien,kepala ranis tepat berada di dada bidang Vian, beberapa saat Ranis merasa nyaman, sampai lukanya telah selesai di bersihkan.

Ranis mendongakkan kepala melihat Vian yang terlihat kaku. " Kak jantung kaka tidak aman." Ucap Ranis kemudian dia melepas pelukannya karena baru sadar. " Maaf kak, Ranis tadi ketakutan." Lanjutnya, namun Vian masih diam. " Kak" Panggil Ranis lagi.

" Hmm"

" Makasih banyak, maaf tadi sudah lancang peluk kakak." Ucapnya.

" Seumur hidup aku kamu peluk iklas kok Ran." Jawaban Vian membuat jantung Ranis tidak terkontrol.

*TBC*

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!