Bimbang

Bagaimana bunda tidak panik melihat Ranis, anak semata wayangnya yang pulang - pulang sudah dalam keadaan terluka. Vian meletakkan tubuh Ranis di atas sofa yang ada diruang tamu.

" Ini kenapa nak Vian?" Tanya bunda yang sudah mendudukkan dirinya disamping Ranis dengan mengelus punggung Ranis berharap bisa mengurangi rasa sakit.

" Sakit bun." Rintih Ranis. Bunda tau jika Ranis bukanlah anak yang kuat menahan sakit maka dari itu apa yang dirasa Ranis.

" Tadi ketabrak bun, sebenarnya tidak apa-apa tapi itu malah kenak kenalpot motor Ranis sendiri." Kali ini Vian yang mencoba menjelaskan.

" Ini salah bunda nak." Bunda malah menitihkan air mata. " Kalo bunda tidak menyuruh kamu mengantar pesanan mungkin ini tidak akan terjadi." Sesal bunda.

" Jangan ngomong gitu bunda." Ranis memeluk Bunda iba.

Vian jadi ikut terharu melihat Bunda dan Ranis. 'Andai mama masih hidup, pasti kalo terjadi apa-apa sama gue mama juga kayak bunda.' Vian tersenyum

" Vian boleh ikut peluk pelukan ndak bun" Ucap Vian, hanya ingin memecah kesedihan. Bunda melepas pelukannya dan tersenyum melihat Vian.

" Makasih ya nak Vian, sudah membantu Ranis." Ucap bunda.

" Tidak usah terimakasih bun."

Ranis diam tidak berani bersuara, ada rasa canggung semenjak kejadian di rumah sakit tadi dan juga saat di gendong oleh Vian. Rasanya jantung Ranis juga mulai tidak aman.

***

Setelah keluar dari kamar mandi, Vian melihat pantulan dirinya didepan cermin yang ada di ruang ganti, perlahan dia memegang dadanya. Bayangan bagaimana Ranis memeluknya tadi rumah sakit sangat membekas, Vian mengangkat sudut bibirnya bahagia.

Merasa haus Vian melangkah menuju dapur yang ada dibawah karena persediaan air dikamarnya habis, saat menginjak anak tangga terakhir Vian melihat kearah pintu, terlihat papanya yang baru saja pulang.

" Belum tidur boy?" Sapanya

" Habis gini pa, " Vian mendekat dan mencium punggung tangannya papanya.

" Kata pak soleh kamu juga baru pulang?" Pak Soleh adalah satpam menjaga gerbang rumah Vian saat ini.

" Iya, tadi Ranis kecelakaan pa, jadi Vian langsung kesana." Jelasnya

" Mantu papa? Kecelakaan? Terus gimana?" Papa Vian jadi ikut panik, meskipun belum pernah bertemu dengan Ranis secara langsung namun dari carita Vian yang hampir setiap hari  mau tidak mau papa Saga menaruh perhatian khusus kepada Ranis.

" Alhamdulillah,hanya sedikit kena kenalpot saja."

" Sekali kali ajaklah dia kesini."

" Susah pa."

" Usaha dong, masa enggak usaha, papa juga pingin ketemu."

" Doakan aja pa."

" Oh ya papa sudah mengurus berkas untuk kuliah kamu di Harvard, jadi persiapkan kelulusanmu dengan baik."

Mendengar ucapan papa Saga, Vian terdiam. Vian jadi teringat ucapan Andre tadi dikantin. Bagaimana bisa dia jauh dari Ranis. Walaupun baru beberapa bulan cinta itu ada namun rasanya berat. Untuk membayangkan saja sakit rasanya. Ada sesak di hati ini yang tidak bisa diungkapkan.

Apa Ranis juga merasakan seperti yang aku rasakan, mungkin yang dirasakan Ranis jauh lebih sakit. Dia juga tidak bisa bertemu pria beruntung itu setiap hari. Barang kali itu yang ada dibenak Vian sekarang.

" Vian" Panggilan papa Saga menyadarkan Vian dari lamunannya.

"Ya pa."

" Papa mau istirahat dulu, sudah malam" Papa Saga tidak mau meneruskan obrolannya, dia memilih pamit masuk kekamar dan istirahat.

Sementara Vian, dia masih termangu bingung,apa dia bisa jauh dari Ranis.

***

Suara gaduh sudah menggema dirumah Ranis pagi ini. Sejak bangun tidur Ranis sudah teriak-teriak, badannya oleng saat dia akan bangun dari tidur. Rasa sakit dikakinya terasa hingga kepalanya.

" Bundaaaaa. . ." Triaknya.

Mendengar suara Ranis bunda yang sedang sibuk didapur langsung bergegas naik ke kamar Ranis.

'Klek'

"Ada apa sayang?" Bunda langsung menghampiri Ranis dengan raut ke khawatiran.

" Sakitnya sampai kekepala bunda." Rengeknya.

" Sudah, kamu tidak usah sekolah dulu," Titah bunda

" Enggak bisa bun, nanti Ranis ketinggalan pelajarannya."

"Tapi gimana nanti kamu disana? Buat berdiri aja kamu sudah oleng seperti ini, masak bunda mau nemenin kamu sekolah."

" Ranis kuat bun" Sanggahnya

"Kuat,kuat. . . Kuat triak-triak kayak orang utan." Sarkas bunda.

" Bunda ih."

Setelah perdebatan yang cukup monohok antara ibu dan anak, akhirnya bunda dengan berat hati membantu Ranis menyiapkan diri untuk berangkat sekolah. Hingga kini mereka sudah duduk di meja makan menikmati sarapan dari bunda.

" Assallammualaikum." Ujar suara pria yang baru saja datang, siapa lagi kalau bukan Vian, karena pintu rumah tidak di tutup Vian langsung masuk, apalagi letak meja makan dan pintu utama tidak jauh.

" Wa'alaikumsallam" Jawab Ranis dan bunda berbarengan.

" Tumben Vian dateng pagi-pagi " Tanya bunda saat Vian memcium punggung tangannya.

"Jemput Ranis, Bun. Pasti gak bisa naik motor. Kan motornya masih dibenerin." Jelas Vian. Kemudian dia melirik Ranis yang sejak tadi diam tidak menyapanya.

Ranis memang diam,namun sebenarnya dia sedang sibuk dengan pikirannya sendiri. Bagaimana mungkin dia jadi deg-degan ketemu dengan Vian. Jantungnya terasa berpacu dengan cepat, persis ketika dia bertemu dengan Ammar.

Kejadian kemarin di rumah sakit kembali diputar di otaknya,tidak hanya itu saat Vian memggendongnya pun seakan luntur pertahanan dia kemarin yang selama ini menjaga diri dari mukhrim nya.

" Ran,Ranis." Panggil Bunda dan Vian bergantian menyadarkan Ranis.

" Ya bun." Jawabnya gelagapan.

" Ayo, kalau sudah selesai kita berangkat." Ajak Vian dengan senyum mematikan.

' kenapa senyum kak Vian ganteng banget, sejak kapan aku terpesona sama cowok lain, enggak. Enggak boleh sampek aku berpaling. Hanya ada Ammar dihatiku.'

Ranis malah berfikiran yang aneh-aneh membuat Bunda dan Vian menyerngitkan alisnya melihat Ranis menggelengkan kepalanya.

" Kamu kenapa sayang masih sakit?" Tanya bunda pelan.

" Ah  enggak bunda Ranis bisa kok." Ranis kemudian berdiri namun hanya bertahan beberapa detik, Rasa sakit di kakinya kembali menjalar terasa hingga membuatnya pusing.

" Ah.." Ranis kembali terduduk dengan memegangi kepalanya.

" Kenapa Ran?" Vian dan bunda sama-sama panik. Reflek Vian memegangi bahu Ranis.

' deg . . .deg...deg...' barang kali seperti itu suara jantung ranis yang sangat cepat.

" Ih, kak. Jangan pegang-pegang. Bukan muhrim" Ranis bicara dengan keras membuat Vian langsung melepasnya sementara Bunda jadi tidak enak hati karena penolakan Ranis yang terbilang kasar.

" Kan kamu yang tidak mau aku halalin." Hawab Vian enteng.

" Apaan sih kak, ada bunda juga gak ada malunya kamu." Jawab Ranis sinis.

" Ngapain malu, justru bagus sekalian aku minta restu sama bunda."

" Gitu terus ngomongnya, aku tidak suka." Ranis jadi marah dan sekarang Bunda Desi yang jadi tidak enak.

" Sudah, Sudah. " Bunda Ranis menengahi." Kamu ijin dulu aja, dari tadi masih kesakitan gitu." Ucap Bunda Desi.

"Enggak mau." Tolak Ranis.

"Jadi dari tadi Ranis kesakitan bun?" Kini Vian yang bertanya.

" Dari bangun tidur sudah heboh merengek, Bunda jadi tidak tega dia sekolah, pasti disana dia ngerepotin Citra, dan kamu juga." Jelas Bunda.

Vian menatap Ranis dengan sinis. Mengambil HP disakunya dan menghubungi seseorang.

" Pagi bu, mulai hari ini sampai satu minggu kedepan Ranis ijin tidak masuk sekolah. Sakit. " Dengan tegas Vian langsung menghubungi wali kelas Ranis. Yang disana pun langsung paham apa siapa yang dimaksud Vian.

" Kak, kok gitu sih" Ranis marah.

" Sudah, istirahat tidak ada penolakan." Tanpa banyak bicara,Vian langsung pamit bunda Desi berangkat sekolah sendiri.

" Seenaknya saja." Gerutu Ranis yang masih bisa didengar bunda.

" Siapa yang di telpon Vian?" Tanya bunda penasaran.

" Itu pasti wali kelasku bun." Jawab Ranis.

" Emang bisa Vian mengijinkan kamu, bukannya harus wali murid ya"

" Ya bisa dong bun, kan kak Vian yang punya sekolah."

" Ha?" Bunda langsung syok tidak menyangka. " Maksud kamu dia anak Grahtama grup?"

" Iya bunda."

Bunda begitu tidak menyangka jika Vian yang hampir setiap hari datang dengan alasan meminta makan darinya adalah anak orang kaya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!