Cemburu Yang Berkelanjutan

Kabar jika Vian mencintai Ranis pun cepat menyebar seantero sekolah, banyak yang patah hati, terlebih banyak anak kelas sebelas dan dua belas menyatakan tidak suka dengan kehadiran Ranis.

Namun apa mau dikata, Vian sudah mengultimatum seluruh penghuni sekolah agar tidak ada yang mendekati Ranis atau berbuat jahat padanya.

Ranis jangan ditanya, sebenarnya dia risih dengan perlakuan Vian, namun apa mau dikata, Ranis pun tidak bisa menolak apapun, selalu saja Vian bilang,' seperti kamu yang mencintainya diam-diam dan tidak terbalaskan, begitulah juga caraku mencintaimu meski tidak terbalaskan.' jika mendengar ucapan itu Ranis tidak bisa berkutik.

Dua bulan telah berlalu, semua berjalan sebagaimana mestinya, Ranis juga mulai aktif di organisasi KIS, disana Ranis belajar banyak hal menyiapkan diri untuk menjadi istri ustad, yah walaupun hanya hayalan sementara.

" Pulang jam berapa?" Tanya Vian saat menghampiri Ranis dikantin. Ranis sedang makan bersama Citra dan juga Yoga dan Dimas.

Yoga dan Dimas menggeser tempat duduknya memberi ruang untuk Vian dan Andre. " Nanti aku ada rapat KIS kak, mau ada kegiatan untuk." Jelas Ranis namun masih fokus dengan makanannya.

" Aku juga ada rapat Osis, mau ada acara serah terima pengurus."

" Sudah harus serah terima ya?" Tanya Ranis.

" Kan kita udah kelas tiga, bentar lagi juga gokus ujian, terus lanjut kuliah " Jawab Andre. " Eh Nis, bentar lagi loe bebas." Ucap Andre lagi.

" Maksudnya kak?"

" Setelah Vian lulus, nggak bakal ada yang ngintilin loe lagi, lagian Vian nanti ngelanjutin kuliah diluar negeri. Pasti loe seneng kan  gak ada yang ngerecokin loe lagi." Goda Andre.

" Iya juga ya." Ranis tersenyum ikut menggoda Vian, wajah Vian langsung di tekuk. Vian langsung berdiri dan pergi meninggalkan mereka. Sementara Ranis dan Andre masih asyik menertawakan Vian, sedangkan Citra, Yoga dan Dimas jadi horor sendiri.

" Gue susul dia dulu." Ucap Andre langsung pergi.

Ya seperti itulah Vian, dia terlalu sensitif jika bicara soal Ranis, dengan hubunganya yang seperti ini saja Vian masih kurang puas. Sementara Ranis dia sendiri juga sudah terbiasa dengan sikap Vian.

***

Ranis dan Citra baru saja keluar dari ruangan KIS, setelah rapat yang berjalan hampir dua jam itu membahas ringkasan kegiatan setahun kedepan, meski program KIS baru di rapatkan lantaran kepentok dengan program Osis selama acara agustusan kemaren namun semuanya berjalan dengan lancar.

Ranis dan Citra bergegas keparkiran, hari ini Citra kembali nebeng Ranis, namun masih dengan syarat yang sama, Citra harus mau ikut Ranis berkeliling sebentar di rumah Ammar. " Serah loe deh." Citra hanya bisa pasrah.

'Padahal sudah ada kak Vian, yang jauh lebih kaya,ganteng baik dibandingkan Ammar, heran gue dibutakan apa coba si Ranis.'  Citra menggelengkan kepala melihat Ranis yang begitu bahagia hanya dengan berkeliling daerah rumah Ammar.

" Kak Vian udah balik keknya, kendaraannya enggak ada." Ucap Ranis,setelah dia tak menemukan kendaraan Vian.

" Kenapa loe nyariin?"

" Emang enggak boleh?"

" Boleh benget." Jawab Citra." Kalo bisa buang tu jauh-jauh si Ammar, mending sama kak Vian." Saran Citra.

" Gue tu orangnya setia tau, hanya satu Ammar."

Mereka sudah melaju menuju kerumah mereka, Ranis langsung mengantarkan  Citra setelah berkeliling ke rumah Ammar, setelah itu dia pulang kerumahnya sendiri.

Ranis menghela nafas saat mendapati motor Vian sudah terparkir rapi di rumahnya. " Sudah ku duga." Pikirnya.

" Assallammualaikum." Seru Ranis saat memasuki rumahnya.

" Wa'alaikumsallam." Jawab Vian dan Bunda Desi bergantian. Ranis menoleh ke ruang tamu yang sudah ada Vian berleha - leha asyik menonton Tv, sementara bunda ada di dapur sedang sibuk dengan aktifitasnya.

" Kak, ngapain sih? Pulang sana." Usir Ranis, Vian tak ambil pusing dengan ucapan Ranis yang tentunya tidak sungguh - sungguh.

" Kamu dari mana kok baru pulang?" Tanya bunda.

" Bukannya bunda sudah tau, kan bunda sekarang ada mata-mata." Jawab Ranis dengan melirik Vian, namun Vian masih tidak menghiraukan.

" Iya, tapi kok sampek sore gini?"

" Biasa bun, nengok calon mantunya bunda." Jawabnya dengan senyum merekah.

Vian tiba-tiba berdiri dan menenteng tas ranselnya. " Vian pulang bunda." Langsung Vian pamit tanpa melihat ke arah Ranis.

Ranis sampai bengong dibuatnya, sekarang apa lagi kenapa dia marah?

" Kamu itu Ranis, lihat Vian jadi ngambek." Tegur bunda sambil mendekat ke Ranis.

" Salah Ranis dimana bun?"

" Coba lebih menghargai perasaan Vian , ya nak. Bunda tidak bisa memaksa perasaan kamu tapi apa salahnya kamu sedikit memikirkan perasaan Vian." Ranis terdiam.

Bunda Desi memang sudah tau jika Vian menaruh hati kepada Ranis, disamping bunda Desi sudah menganggap Vian sebagai anak, bunda Desi juga tidak bisa memaksa Ranis untuk menerima perasaan Vian.

" Ranis ke atas dulu bun." Pamitnya.

" Istirahat lah."

Ranis membersihkan diri agar pikirannya tenang, dia juga mulai merasa bersalah. Bukan, bukan Ranis yang salah seharusnya, kak Vian lah yabg terlalu sensitif jika menyangkut Ammar. Cemburunya begitu besar kepada sosok yang tidak pernah bertemu dengannya.

*TBC*

Hay. . . Hay,

Author akan tetap mengingatkan, jagan lupa lopenya dan juga komentarnya sebagai dukungan untuk author ya, supaya author semangat untuk menulis bas selanjutnya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!