Marah Lagi

Setelah Ranis berhasil membujuk Vian, dia langsung pamit menuju kelas seperti yang lainnya, mempunyai sahabat baik itu adalah sebuah anugrah, Citra yang lebih dulu mengetahui jika mereka sekelas, tanpa di minta sudah mencarikan bangku kosong tepat didepannya, karena Citra tau kalau Ranis paling anti duduk dibelakang.

" Makasih banget ya sayang." Ucap Ranis sambil menoleh kebelakang.

" Happy bener kayaknya." Goda Citra yang melihat senyum cerah Ranis.

" Harus dong, gak ada alasan buat kita tidak bahagia"

" Emang gimana tadi sama kak Vian?"

Tanpa menjawab Ranis menunjukkan tanda tangan yang diberikan oleh Vian tadi dibukunya. Seperti tanda tangan calon orang sukses dikemudian hari tanda tangan yang indah dan tidak pasaran apalagi ada lope lope dibagian tertentu.

" Wuuiii! Gila, kan ada lambang hatinya, doi suka beneran kayaknya sama loe."

" Enggak, Jangan ngarang."

Setelahnya mereka langsung kembali fokus lantaran ada pengurus OSIS yang mulai memberi pengarahan untuk kedepannya, serta memberikan jadwal pelajaran, memberikan formulir untuk ekstrakulikuler agar semua bisa memilih kegiatan ekskul yang diminati.

Tak lupa juga ada form pendaftaran untuk menjadi pengurus OSIS periode baru. Ranis membaca dengan benar lembaran-lembaran kertas yang ada dihadapannya.

" Ran,Ranis." Citra memanggil Ranis yang ada didepannya dengan menarik baju seragam Ranis. " Apa?" Yang di panggil pun menoleh dengan memiringkan separuh badannya.

" mau ikut ekstra apa?" Suara pelan membuat Ranis berfikir " loe apa?" Pertanyaan yang dibalas pertanyaan yang sama oleh Ranis. " Ditanya malah balik nanya." Citra mengerutkan dahinya sebal. " Cheerleaders?" Citra mencoba memberi option.

" Silahkan, gue enggak." Dengan menyilangkan tangan didepan dadanya tanda Ranis tidak suka. Kembali Ranis menghadap lembaran di depan. " Sepertinya gue ikut KIS aja deh" Ucapnya pada diri sendiri.

KIS (Kegiatan Islam Sekolah) Salah satu organisasi yang masih dalam lingkup pengawasan OSIS, Organisasi ini membantu anak-anak muslim untuk lebih paham akan agama, didalam organisasi ini akan mengkoordinir beberapa kegiatan, seperti tahfidz, morotal dan biasanya akan ada ceramah agama di setiap event tertentu.

SMA GRAHTAMA bukanlah sekolah islam, namun hampir 80% siswa disini beragama islam. Untuk keyakinan yang lain tentu juga ada beberapa kegiatan yang akan menyesuaikan tentunya.

Setelah Semua pengarahan yang diberikan oleh pengurus OSIS, hari ini semua murid baru pulang lebih awal lantaran agar semua murid bisa mempersiapkan diri untuk sekolah besok. Tidak langsung pulang Citra dan Ranis melangkahkan kakinya menuju kantin, waktu masih menunjukan pukul 10 pagi, namun rasanya merontah ingin di isi, padahal sebelum berangkat tadi pagi dia sudah sarapan walaupun hanya dengan susu dan roti saja.

" Buk Bakso 2 " Citra yang memesan bakso lantaran Ranis sudah duduk di bangku yang ada, "Hai. " Sapa yoga dan Dimas secara bergantian dan langsung mendudukan dirinya di sisi bangku yang masih kosong, Ranis menatap kepada mereka gantian.  " Cit sekalian pesenin kita." Ujar Dimas sedikit keras agar Citra mendengarnya.

Sementara Citra menoleh dan memberikan isyarat dengan  jempolnya yang bearti OK. " Masalah loe sama ketua OSIS udah beres?" Kini Yoga yang bertanya sekedar membuka obrolan. " Alhamdulillah , sudah. Insha allah, semua akan berjalan lancar." Senyum bahagia itu terlihat setelah Ranis menyelesaikan ucapannya.

" Lancar lancar, yang lagi dapet jackpot bahagia sekali." Citra datang membawa dua mangkok bakso ditanganya. Memberikan satu untuk Ranis dan kemudian mendudukan dirinya disamping Ranis. " Jackpot apaan, suka gak disaring kalo ngomong" Ranis gemas dengan Citra, lantaran sedari tadi selalu saja Citra menggodanya dengan mengatakan jika Alvian menaruh hati kepadanya.

" Loe kalo dibilangin suka nggak percaya." Citra sudah mulai menyuapkan satu sendok makanan kemulutnya. " Mana ada ketua osis ngasih tanda tangan di kasih lope lope segala." Masih dengan mulut yang penuh Citra berusaha menjelaskan.

" Makan jangan sambil ngomong, nanti setannya ikut ikut" Tegur Ranis.

"Permisi neng, pesenanya " Datang petugas kantin yang mengantarkan bakso pesenan Citra untuk kedua cowok didepan mereka. " Iya pak, punya mereka tu." Bakso pun diletakkan secara bergantian kepada Yoga dan Dimas. Setelahnya petugas kantin tersebut langsung pergi setelah megucapkan kata permisi.

" Emang bener ya,Nis. Kalo kak Vian suka loe.?" Kini Yoga yang mulai penasaran. " Tidak " Jawabnya ringan " Kalian jagan suka gosib kayak Citra, kalian itu cowok" Sambung Ranis. Kini dia juga sudah memakan bakso didapannya.

" Jadi kalau kita cowok nggak boleh gitu gosip?" Yoga masih saja berceloteh, rasa rasanya Yoga ini sefrekuensi dengan Citra, suka ngawur kalau bicara.

" Alhamdulillah" Dimas tiba-tiba berucap Syukur dengan lantang sehingga membuat ketiga temannya menoleh bersamaan.

" Astagfirullah." Kini gantian Ranis ber istigfar melihat Dimas, sementara Citra dan Yoga melongo dibuatnya.

" Loe makannya gimana Dim?" Citra tidak percaya jika mangkok bakso yang baru saja masih penuh sekarang sudah habis tak bersisa."

" Yah di kunyah lah.".

" Maksud Citra, cepet banget anjir " Yoga mencoba memberi penjelasan.

" Kalian makan ribut mulu, ya nggak kelar kelar, makan itu dinikmati, dan jangan banyak ngomong" Protes Dimas.

" Walaupun makan nggak pake ngomong Dimas, tapi loe cepet banget, sumpah " Ranis juga ikut berkomentar.

" Sudah - sudah, kalian lanjutin makannya keburu dingin." Dimas ingin mengakhiri intimidasi dari teman-temannya.

" Loe langsung pulang?" Pertanyaan itu Citra tujukan kepada Ranis. " Iya, mau bareng? Ayok" Ranis mencoba menawarkan tumpangan kepada sabatnya itu yang hanya dijawab dengan anggukan kepala. " Tapi gue ke rumah Ammar dulu ya." Lanjut Ranis.

" Ngapain sih kesana terus? Orangnya nggak ada, loe jangan kayak orang gila Ranis." Citra benar-benar tidak suka dengan tingkah sahabatnya itu.

" Ya barang kali ketemu Camer gue, kan bisa silahtur rahmi." Dengan bahagia dan tanpa beban Ranis tersenyum lepas.

Sementara Citra melihat ada gelagat yang tidak beres antara Yoga dan Dimas. Entah sejak kapan Alvian berdiri dibelakang Ranis dan Citra,  Citra mengikuti arah pandang kedua teman laki-lakinya itu dan menoleh kebelangan. Matanya sedikit melebar melihat sosok Alvian berdiri dengan sorot mata yang tajam melihat Ranis yang masih sibuk senyam senyum, mungkin dia masih membayangkan pertemuannya dengan calon mertuanya.

Senggolan kecil Citra tujukan kepada Ranis, Ranis yang merasa lengannya disenggol langsung menoleh kearah Citra. Barulah dia melihat kearah belakang. " Kak Vian." Sapanya namun pelan lantaran Ranis takut dengan tatapan Vian.

" Siapa Ammar?" Tanyanya penuh penekanan dan menuntut. Lama tak ada jawaban, Ranis bingung harus menjawab apa, hingga akhirnya Vian pergi begitu saja membawa emosi yang masih bergemuru didadanya.

Vian tidak rela jika cinta pertamanya menyukai orang lain, itu tidak adil. Selama ini Vian tidak pernah merasakan cinta, tidak adil bukan jika baru pertama jatuh cinta sudah ditolak.

Sementara Ranis dan Citra sama terpaku diam bingung dengan keadaan yang baru saja terjadi.

*TBC*

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!