Bab 12

Rena mendekat dengan langkah cepat, matanya menyala-nyala, dan bibirnya terkatup rapat. Aku terdiam sejenak, merasa takut akan reaksinya.

Namun, keberanian yang tumbuh di dalam diriku mendorongku untuk melawan. Aku tetap melanjutkan langkahku, berusaha mengabaikan ejekannya.

"Sst, jangan begitu sombong, Rena," kataku sambil menghela napas. "Kamu tahu, hidup ini penuh kejutan. Suatu saat nanti, kamu akan merasakan apa yang kurasakan sekarang."

Rena tertawa sinis dan menarik lenganku, memaksaku untuk menoleh ke arahnya.

"Oh, kamu mau perawatan untuk dirimu sendiri, ya? Atau mungkin untuk mencari suami baru? Biar bisa melupakan Hans?" ujarnya dengan nada penuh ejekan.

Aku memandangnya dengan tajam, merasakan amarah yang semakin membesar di dalam dadaku.

"Rena, aku tidak peduli lagi dengan Hans. Kamu boleh sesuka hatimu bersamnya, menikmati kekayaannya, dan apapun yang kamu inginkan. Tapi, jangan pernah berharap aku akan kembali ke pelukan Hans."

"Bagus lah, kalo kamu mundur? Kalah saing ya sama aku? Yang udah bisa memberikan dia keturunan"

Nafasku naik turun tidak beraturan,.aku sangat sakit dengan ucapan Rena barusan dia sangat menyinggung perasaan aku.

"Rena, Rena aku cuman kasian sama kamu kalo aku mempertahankan Hans, yang ada perempuan pelakor seperti kamu pasti hanya bisa mengancam Hans" sinisku

Rena tampak terkejut dengan ucapan itu. Namun, ia segera kembali bersikap angkuh dan mengejekku.

"Kamu bilang aku pelakor? Aku tidak peduli, yang penting aku bisa hidup bahagia dengan Hans. Sedangkan kamu, hidup sendirian dan menderita." Hahahha

Aku merasa jengah dan muak dengan sikap Rena yang terlalu sombong. Dengan suara keras dan penuh emosi, aku berkata,

"oo, Kamu memang berhasil merebut suami orang, tapi apakah kamu tau arti kebahagiaan sejati? Suatu saat nanti, kamu akan merasakan apa yang aku rasakan sekarang, Rena. Dan saat itu, kita akan melihat siapa yang lebih bahagia."

"Ya jelas aku lah, punya suami tampan, kaya raya,dan yang pasti aku bisa ngasih dia banyak keturunan ! Tidak seperti kamu ! Uuh kasian kamu rea ! Sekarang aku menang banyak dari kamu"

aku meninggalkan Rena yang menatapku dengan raut wajah penuh kebencian. Aku tahu, perjuangan hidupku masih panjang. Namun, aku tidak akan pernah menyerah.

Aku berjalan dengan langkah gontai meninggalkan Rena yang telah menyakiti perasaanku.

Aku segera pergi untuk perawatan, mempertanyakan diri sendiri, apa salahku pada Rena? Dia ternyata selama ini hanya pura-pura baik kepadaku. Dia begitu lihai mempermainkan semuanya.

Air mataku tidak terasa menetes. Perempuan mana yang tidak akan sakit hati ketika mengetahui suaminya menikah lagi dengan temannya diam-diam?

Dan sekarang aku tahu bahwa Rena sudah dari dulu mencintai suamiku dan memang meniatkan untuk merebutnya dariku. Meskipun aku pergi untuk perawatan, hatiku sangat-sangat sakit.

Sementara itu, Rena tersenyum penuh kemenangan saat melihatku pergi. Ia tak menyangka rencananya untuk merebut suamiku akan berjalan dengan begitu mulus.

Kini, aku tinggal menunggu perceraian ku dan suamiku, memastikan bahwa aku tidak akan pernah kembali ke dalam kehidupan mereka.

Aku teringat saat suamiku sendiri tampak bingung dengan kejadian waktu itu yang terjadi.

Ia tidak menyangka bahwa pernikahannya dengan Rena akan diketahui olehku. Namun, rasa bersalahnya tidak mampu mengalahkan perasaan cintanya pada Rena.

Mereka berdua akhirnya memutuskan untuk menjalani kehidupan baru sebagai pasangan suami istri, meninggalkan aku yang sedang dalam perawatan dengan hati yang hancur.

Malam itu, aku terjaga sepanjang malam, memikirkan kejadian yang baru saja terjadi. Aku merasa telah dikhianati oleh orang-orang yang paling kucintai, suamiku dan sahabatku sendiri.

Namun, di tengah kepedihan hati ini, aku bersumpah akan bangkit dan menjalani hidupku sendiri, tanpa mereka yang telah menghancurkan hatiku.

"Mbak rea" ucap kariawan yang sedang bersamaku

"Iya"

"Mbak rea dari tadi melamun saja sama nangis? Mbak lagi sedih?"

Aku menatapnya dengan mengusap air mataku yang masih saja mengalir,."aku tidak apa apa, lanjutkan saja treatmentnya"

"Baik mbak rea"

Setelah menjalani rangkaian perawatan di klinik kecantikan, akhirnya aku bisa bernapas lega.

Dengan perasaan puas, aku berjalan menuju kasir untuk membayar semua biaya perawatan yang telah kujalani.

Begitu selesai, aku mengucapkan terima kasih pada staf klinik dan melangkah keluar menuju parkiran mobil.

Aku menyalakan mesin mobil dan melajukan mobilku dengan kecepatan sedang menuju mall.

Tujuanku adalah untuk membeli beberapa pakaian kantor, mengingat aku tidak membawa semua pakaianku saat meninggalkan rumah Hans beberapa waktu lalu.

Aku masih merasa malas untuk menghubungi Hans dan memanggilnya dengan sebutan "Mas".

Perasaanku masih terluka saat mengingat kelakuan Hans yang membuatku kecewa. Tidak ada niat sama sekali dari dirinya untuk menemuiku atau berbicara denganku.

Ternyata, dia benar-benar sudah bahagia dengan kehidupan barunya bersama istri keduanya.

Semakin aku mengemudi menuju mall, semakin aku merasa marah dan kecewa. Namun, aku mencoba untuk menenangkan diri dan fokus pada tujuanku saat ini, yaitu membeli pakaian kantor yang baru.

Aku berharap dengan pakaian baru ini, aku bisa melupakan semua kenangan pahit yang pernah ada bersama Hans.

Aku baru saja menginjakkan kaki di mall, ketika ponselku berdering. Dilihatnya, ternyata ada panggilan masuk dari Kimberly.

Aku segera mengangkatnya, merasa ada yang tidak biasa.

Aku [  "Halo, Kim, ada apa?" ]

Kimberly [ "Kak, maaf mengganggu, tapi ini penting. Mama lagi di rumah sakit. ]

Aku [ "Kenapa, Kim? Ada apa dengan Mama?" ]

Kimberley [ "Mama kejang tadi pagi, asmanya kambuh parah. Aku takut, Kak." ]

Aku [ "Astagfirullah, tenang dulu, Kim. Aku segera pulang, ya. Jangan khawatir." ]

Kimberly ["Terima kasih, Kak. Aku tunggu ya." ]

Aku ["Baik, Kim. Sabar ya, sebentar lagi aku sampai." ]

Aku segera menutup panggilan telepon, mengurungkan niatku untuk berbelanja di mall.

Aku bergegas keluar dari area mall, merasa cemas dan khawatir akan keadaan ibuku. Langkahku semakin cepat, berharap bisa segera sampai di rumah sakit dan menemani Mama yang sedang sakit.

Melajukan mobil dengan kecepatan tinggi menuju rumah sakit, pasti mama terlalu memikirkan tentang aku dan Hans.

Maafkan aku mah, belum bisa menjadi anak yang seperti mama mau, menikah satu kali seumur hidup, nyatanya aku gak bisa mah.

Fikiranku terus berputar tentang mama, aku gak mau mama sampai kenapa kenapa, dia satu satunya orang tua yang aku punya.

Akhirnya aku sampai rumah sakit, langsung keluar dari mobil berjalan menuju ugd, di sana Kimberly sedang menangis sesenggukan bersama dengan bibik.

"Kimberly, mama mana?" Khawatirku

"Di dalam kak" Kimberly memelukku erat ia nangis sesenggukan

Aku mencoba untuk tenang dan menenangkan Kimberly, walaupun sebenarnya aku sangat khawatir saat ini tapi aku mencoba untuk tenang agar adek aku Kim juga tenang..

***

Terpopuler

Comments

Endang Supriati

Endang Supriati

mudah2an anaknya sirena, cacat mental, syarafnya putus tergsnggu. tdk bisa bicara. tidakk bisa jalan. krn otak anak itu soak.sama seperti ibunya.

2024-04-04

1

Sunarmi Narmi

Sunarmi Narmi

Semoga saja keturunanmu cacat krn di saat hamil kamu jahat...mendholimi sesama wanita Rena....Karma untukmu.
Rea semangat...semoga Author membuat perutmu ada baby mungil yg lucu biar Hans dpt pelajaran..Jadi wanita Kuat Rea 💪💪💪💪

2024-03-31

0

Hanipah Fitri

Hanipah Fitri

ya Thor, pakai ada acara mamanya Rea masuk rmh sakit, kasihan Rea nya

2024-03-23

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!