Bab 10

Sesampainya di depan gerbang rumah mama, aku segera membunyikan klakson. Tak berselang lama, bibik keluar dari rumah sambil berjalan ke arahku dan membuka pintu gerbang. Wajahnya tampak lelah namun tetap ramah.

"Non Rea," seru bibik sambil tersenyum.

"Iya, bik," jawabku sambil menganggukkan kepala.

"Malam sekali non," komentar bibik sambil melihat jam di tangannya.

"Iya bik, baru saja sampai," seruku sambil menatap matanya yang tulus.

Aku melajukan mobilku masuk ke dalam halaman rumah mama, sementara bibik menutup pintu gerbang.

Tak lama kemudian, mama dan adekku, Kimberly, keluar dari rumah dengan wajah gembira. Mereka tersenyum manis ke arahku, seolah sudah menantikan kedatanganku.

Aku turun dari mobil dan membuka bagasi, lalu menurunkan koperku yang berat. Bibik segera membantuku mengangkat koper dan menggendongnya ke dalam rumah.

"Banyak banget, mbak kopernya," seru Kimberly sambil melihat tumpukan koper yang aku bawa.

"Iya, dek. Mbak mau pindah ke rumah mama"  jawabku sambil mencubit pipinya

Kimberly menatapku dengan pandangan bingung setelah mendengar ucapan tadi, seolah dia tidak tahu harus berkata apa.

Mama segera menepuk pundakku, memberi isyarat agar aku segera masuk ke dalam rumah.

Aku pun mengangguk dan segera melangkah masuk sambil menyeret koperku, diikuti oleh bibik dan Kimberly yang juga membawa koper-koper lainnya.

"Taruh di mana, Non?" tanya bibik dengan sopan, menunjukkan rasa hormat.

"Ke kamarku saja, Bik," jawabku sambil tersenyum.

"Baik," sahut bibik, lalu segera membawa koperku masuk ke dalam kamar.

Aku mengikuti bibik dan masuk ke dalam kamarku, menatap sekeliling dengan perasaan campur aduk.

Biasanya saat aku berkunjung ke rumah Mama, aku selalu tidur bersama suamiku di kamar ini. Namun kali ini, aku datang ke rumah Mama tanpa Hans, suamiku yang telah meninggalkanku.

Hatiku terasa berat dan sedih saat melihat tempat tidur yang biasa kami berbagi bersama. Aku merasa sepi dan hampa tanpa kehadiran Hans di sisiku. Namun, aku harus tetap kuat dan menjalani kehidupan aku.

Malam itu, suasana kamarku terasa begitu hening. Lampu tidur yang menyala lembut menciptakan suasana yang hangat.

Mama duduk di sampingku di atas ranjang, wajahnya penuh kekhawatiran saat menatapku. Aku tau ia mencemaskanku.

Sementara itu, Bibik pergi ke dapur untuk membuatkan minuman hangat untukku. Aku tau, minuman itu akan membantuku merasa lebih tenang.

Tak lama, Kimberly, adek perempuaku, keluar dari kamarku setelah mengucapkan selamat malam. Ia juga tahu bahwa malam ini adalah saat yang sulit untukku.

Mama mulai mengusap lembut rambutku, mencoba memberikan dukungan. "Apa yang terjadi, Rea?" tanyanya dengan suara lembut.

Aku menatap nanar ke wajah Mama, menghirup udara dalam-dalam sebelum mulai menceritakan semuanya.

Aku mulai menceritakan masalah yang baru saja terjadi di sekolah hari ini, bagaimana mas Hans menyakiti perasaan aku.

Wajah Mama berubah, tampak marah dan sedih sekaligus. Aku tahu, ia merasa kecewa melihat putrinya harus menghadapi situasi seperti ini.

Aku mencoba menahan air mata yang mulai menggenang di sudut mataku. Mama menggenggam tanganku, mencoba memberiku semangat dan dukungan.

"Kita akan menghadapi ini bersama, Rea. Kamu tidak sendirian," ucap Mama dengan penuh keyakinan. Aku hanya bisa mengangguk, merasa bersyukur memiliki Mama yang selalu ada untukku.

Mama langsung memelukku erat saat melihat wajahku yang pucat pasi. Aku merasakan hangatnya pelukan Mama yang selalu memberi kenyamanan, dan akhirnya air mataku tak bisa lagi kutahan.

Aku menangis sejadi-jadinya dalam pelukan Mama, merasa tak ada lagi tempat yang aman selain di sisi Mama.

"Apa boleh Rea kembali lagi ke rumah ini, Ma?" tanyaku dengan suara parau.

"Sampai kapanpun, ini tetap rumah kamu, Nak," jawab Mama dengan suara lirih dan penuh kasih sayang.

Perlahan aku melepaskan pelukan Mama dan mengusap air mataku yang masih mengalir deras.

Mama menatapku dengan pandangan sayu, lalu bertanya, "Rea, jadi kamu sudah memikirkan matang-matang dengan keputusan kamu?"

Aku mengangguk yakin, "Iya, Ma. Aku sudah memutuskan."

Mama memegang erat tanganku, memberi dukungan tanpa harus berkata apa-apa. Tak lama kemudian, Bibik masuk ke ruangan sambil membawa secangkir teh hangat untukku.

"Di minum, Non?" ucap Bibik dengan ramah.

"Makasih ya, Bik," jawabku sambil menerima secangkir teh tersebut dan tersenyum lemah.

Aku meminum secangkir teh hangat buatan bibik. Setelah beberapa lama, Mama meminta bibik untuk membantu memasukkan pakaian dan barang-barangku ke dalam lemari di kamarku.

Sambil tersenyum, Mama mengajakku, "Malam ini kamu tidur sama Mama ya?"

"Iya, Ma," jawabku dengan antusias.

"Ayo, Nak. Kita ke kamar Mama dulu, biar bibik menata kamar kamu," ajak Mama sambil berdiri dan menggandeng tanganku.

Kami berjalan bersama menuju kamar Mama, sambil sesekali tertawa dan berbicara tentang rencana-rencana ke depan. Aku merasa sangat bersyukur karena Mama tidak terkejut dengan ceritaku dan penyakitnya tidak kambuh lagi.

Setelah sampai di kamar Mama, aku merebahkan tubuhku di atas tempat tidur yang empuk.

Mama duduk di sampingku, mengelus lembut rambutku, membuatku merasa hangat dan nyaman. Di saat-saat seperti ini, aku merasa sangat bahagia bisa kembali bersama Mama.

Keesokan harinya, mataku terbuka perlahan setelah tidur nyenyak yang seolah membuatku melupakan semua masalah dalam hidupku. Aku merasa segar dan bersemangat untuk menghadapi hari ini.

Mataku menatap sekeliling, mencari sosok Mama yang tidur di sampingku, namun tidak kutemukan. Dengan semangat, aku menyibakkan selimutku, turun dari kasur, dan melangkah ke kamar mandi untuk menyegarkan diri.

Setelah selesai mandi, aku merasa lebih segar dan bugar. Aku mengeringkan tubuhku dan berjalan menuju kamar Mama untuk melihat keadaannya, namun pintu kamarnya terkunci. Tanpa berpikir panjang, aku kembali ke kamarku untuk mengambil pakaian.

Ceklek.

Pintu kamarku terbuka, dan aku terkejut melihat kamarku sudah sangat rapi dan tertata. Sepertinya kemarin malam bibik sudah merapikan kamarku saat aku tidur di kamar mana,

Aku tersenyum menghargai usaha bibik, alu masuk ke dalam kamar dengan perasaan yang jauh lebih baik.

Aku membuka lemari pakaian, mengambil outfit yang akan kugunakan hari ini. Setelah memakai pakaianku, aku merasa percaya diri untuk menghadapi tantangan hari ini.

Hari ini adalah hari yang sangat penting bagiku, aku harus bertemu dengan Imas, teman sekaligus pengacara yang akan membantu suamiku Nanti dalam kasus yang sedang aku hadapi.

Aku merasa cemas dan takut, tapi aku harus tetap kuat. Dengan perasaan berat, aku mengambil ponselku untuk menelfon Titin, sekretarisku, agar ia memundurkan jadwal meetingku hari ini.

Aku [ "Titin, bisa tolong tunda meeting hari ini? Aku ada urusan penting yang harus aku selesaikan," ] kataku dengan suara serius.

Titin [" beres bos" ]

Aku mematikan teleponnya, Tiba-tiba, ponselku berdering. Aku melihat nama yang tertera di layar, Rena, istri kedua suamiku.

Hatiku berdebar, aku enggan untuk mengangkat telfonnya. Namun, setelah itu ia mengirim pesan padaku.

Rena [Hai istri pertama, kenapa kamu tidak ada di rumah? Aku sekarang ada di rumah kamu loh]

Membaca pesan itu, amarahku semakin memuncak. Aku mencoba menenangkan diri dan tidak membalas pesannya.

Namun, Rena tak berhenti mengirim pesan. Kali ini, ia mengirimkan foto dirinya yang sedang berada di dalam kamar ku dan mas hans. Aku merasa jijik dan marah, tapi aku harus fokus pada pertemuanku dengan Imas.

Aku menarik napas dalam-dalam dan mencoba mengabaikan pesan-pesan dari Rena. Aku harus tetap tenang dan fokus pada urusanku hari ini, demi kebaikanku dan keluarga kami.

Dengan tekad yang kuat, aku meninggalkan ponselku di meja dan segera bersiap-siap untuk bertemu dengan Imas di pengadilan agama..

**

Terpopuler

Comments

Hanipah Fitri

Hanipah Fitri

jajat banget itu si Rena, tunggu karmamu saja ya.
yg sabar ya Rea suatu saat kebahagiaanmu akan datang

2024-03-23

2

Ma Em

Ma Em

Rea semoga kamu mendapatkan kebahagiaan setelah pisah dari Hans dan semoga si Rena segera dapat karma yg sangat menyakitkan melebihi sakit yg kamu rasakan.

2024-03-11

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!