Kedatangan Sang Raja

Sebulan berlalu, hari musim panen berlangsung seminggu ini, para warga berpesta pora menikmati hasil panen mereka, di setiap jalan Wulan selalu disambut dengan tarian khas daerah wilayah Copatria, mereka tak henti-hentinya mendoakan Wulan atas keberkahan dewa yang melimpahkan hasil mereka.

“Terimalah rasa syukur kami yang mulia duchess!?” ucap seorang kepala suku memberikan mahkota adat pada Wulan yang berkunjung.

Wulan menundukkan kepalanya setelah melepas riasan di rambutnya lalu menerima mahkota adat itu, mereka semua begitu senang. “Saya akan senang hati untuk menerimanya paman, semoga dengan hasil panen tahun ini dewa selalu memberkati kita dalam segala urusan dan kesulitan yang menimpa, dan saya sebagai duchess Athenia mengucapkan selamat untuk kita semua karena telah mau bangkit dan berjuang bersama, tentu jika tak ada kalian semua, saya tidak mungkin akan bisa menjadi seperti ini, dan ayo kita nikmati pesta kita ini …!” teriak Wulan di akhir kalimatnya.

Mereka menari, makan dan lain sebagainya, hari ini full senyum dan kebahagiaan warga Copatria atas keberhasilan mereka, para pedagang di luar pun sudah mulai masuk ke wilayah Copatria untuk melakukan bisnis dan lain sebagainya.

Selesai melakukan pesta perayaan, Wulan tak lupa mengajarkan tips and trik untuk menyimpan bahan pangan agar tak digondol oleh tikus yakni, menggunakan serbuk sihir, Wulan juga menjelaskan serbuk sihir ini hanya bisa bertahan tiga bulan, dirinya berjanji akan melakukan uji coba untuk serbuk sihir ini untuk bertahan lama.

.

.

Kedatangan raja Damian disambut begitu megah oleh para rakyat Copatria, setelah sekian lama tak pernah mendapatkan kunjungan dari pihak atas karena keadaan yang cukup memprihatinkan membuat sang penguasa malas untuk datang.

Para prajurit yang berjaga di perbatasan sempat gugup untuk melakukan pemeriksaan terhadap yang mulia raja, tetapi mengingat kembali perkataan Wulan akhirnya mereka dengan berani menyetop kereta kuda milik sang raja untuk diperiksa, sempat ada kebingungan dan penolakan dari para prajurit istana yang menilai ini seperti penghinaan.

“Maafkan kami sekali lagi yang mulia, tetapi ini demi keamanan wilayah kami.” Ucapnya dengan sopan.

Raja Damian mengelus jenggotnya sekilas, kepemimpinan anak itu cukup bagus. “Tak apa biarkanlah.” Tukas sang raja, mengingat sebagian besar prajurit yang berada di wilayah Copatria ini punya mendiang Duke Almod, untuk prajurit yang di istana ada sedikit di wilayah ini.

Bisa dikatakan mendiang Duke Almod begitu kaya raya sehingga mampu merekrut prajurit Copatria yang asli tanpa bergantung ke istana, maka dari itu Duke Almod mempunyai seorang jenderal, umumnya yang mempunyai seorang jenderal hanyalah sang raja untuk mengatur strategi perang dan lainnya.

“Sudah selesai yang mulia, maaf jika menghambat perjalananmu!?” ucap prajurit dari pihak Copatria menyuruh rekan lainnya untuk membuka gerbang kayu.

Raja Damian menatap rimbunnya pohon yang kini sudah di hias begitu cantik, bahkan ratu Jennifer tak henti-hentinya berdecak kagum, untuk keempat anaknya, mereka berada di belakang, mereka berempat memaksa untuk ikut, apalagi Hansel, setelah mengenal sedikit lebih dekat dengan Wulan dirinya begitu kesem-sem.

“Salam yang mulia raja dan ratu, selamat datang di wilayah kami!” sambut Wulan membungkuk dengan sopan.

“Salam juga untukmu nak!” ucapnya, melihat-lihat sekeliling, banyak sekali bangunan baru yang dulunya tidak ada di sini, pikirannya.

“Salam juga untuk putri, para pangeran dan putra mahkota!”

Para warga begitu antusias menyambut kedatangan keluarga raja yang menurut mereka ini begitu langka. “Aku tak menyangka seorang raja Damian mau berkunjung ke wilayah kumuh kita ini.” Bisiknya.

“Iya itu dulu, tetapi setelah duchess Athenia memimpin dengan benar dan bijak kehidupan kita menjadi berangsur-angsur membaik, aku sungguh berterima kasih sekali pada sang dewa yang telah membukakan pikiran dan pintu hati yang mulia duchess!”

“Aku lihat, banyak sekali bangunan baru, untuk apakah itu?” tanya sang raja, mereka berjalan menuju kastil dengan para warga yang berbaris rapi di tepi jalan rumah mereka.

Bahkan raja dan ratu terlihat menikmati jalannya mereka, tidak merasakan adanya mara bahaya dan anarkisnya para warga, mereka hanya terlihat menyapa seadanya tanpa ini dan itu.

Sebuah tarikan kecil di gaunnya membuat Jennifer menoleh. “Ada apa sayang?” tanyanya lembut pada putri manisnya ini.

“Mama aku ingin itu?” rengekannya pada pedagang sesuatu yang dengan asik mengipas apapun itu dengan asap mengepul.

Ratu Jennifer terlihat ragu, Wulan yang menyadarinya segera ikut menyela. “Maaf lancang, apakah putri menginginkan sesuatu?”

“Duchess, aku menginginkan yang di kipas itu?” tunjuknya.

Wulan mengangguk. “Baiklah, aku akan membelikannya untukmu, sesekali juga kamu harus mencoba jajanan di daerah kami ini!” senyum Wulan lalu segera membelikan cumi-cumi bakar dengan saus ala dirinya, dan sekarang pun pedagang itu cukup untung banyak dengan dagangannya itu.

Di perjalanan putri Grizelle tak henti-hentinya memuji cumi bakar yang dibelikannya oleh duchess Athenia, dirinya berkata baru pertama kali mencoba hewan aneh itu.

“Beristirahatlah dengan nyaman, dan anggaplah ini seperti rumah sendiri, berhubung kalian baru sampai kalian beristirahatlah sejenak!?” tukasnya tersenyum hasil, pelayan yang ditugaskan memandu mereka dengan baik dan sopan.

Wulan bernafas lega hingga dirinya dikagetkan oleh suara seseorang. “Alamak!” batinnya mengelus dada. “Putra mahkota, kenapa anda belum masuk? Apakah anda membutuhkan sesuatu?” tanyanya.

Hansel menggeram kesal, selalu seperti ini, formal, tidak bisakah gadis di depannya ini berbicara santai saja?

“Tidak, aku hanya ingin menemuimu saja!” ucapnya membuat Wulan menyerngit bingung.

“Oh, begitu,” timpalnya sedikit canggung. “Kalau begitu saya harus pamit pergi dulu putra mahkota, pekerjaan saya belum selesai.” Lanjutnya membungkuk hendak pergi.

“Aku ikut denganmu!?” spontannya membuka Wulan lagi-lagi diam tak mengerti.

'Sebenarnya apa yang di inginkan oleh laki-laki ini?’ pikirannya kebingungan.

“Bolehkah?” tanyanya lagi memastikan.

Dengan terpaksa Wulan tersenyum mengiyakan, lalu mereka berdua berjalan berdampingan, banyak para pelayan tersebut malu akan kedekatan mereka, malu dalam istilah geli, bukan yang memalukan.

“Duchess kita sepertinya sudah dewasa!” bisiknya tersenyum geli.

“Sepertinya begitu, mereka tampak begitu serasi!”

.

.

Wulan melupakan kecanggungannya terhadap putra mahkota, bahkan kini keduanya tengah duduk berhadapan di ruang kerja butik tempat Yuna beraktivitas, ada sebuah pesanan lagi yang kini dari wilayah kekaisaran langsung, dari seorang anak grand duke.

“Untuk apa itu?” tanya Hansel begitu penasaran, dengan apa yang Athenia tulis.

“Oh … ini, ini tuh alamat,” jawabnya selesai menulis, lalu dengan cepat dirinya ambil untuk di lihat, Wulan tak masalah akan itu.

Hansel semakin menyerngit bingung, untuk apa menulis dan mencatat alamat lengkap kediaman grand duke di Bathelia? pikirnya. “Untuk apa alamat ini?”

“Untuk info prajurit ku, yang mulia,”

Karena tak ada kegiatan lebih, Wulan ikut membantu di butik saja, kebetulan yang lain tengah mengemasi benang pesanan mereka, beserta kain, maka dari itu dirinya di sini saja.

“Untuk apa prajuritmu ke sana? Kamu tak akan melakukan hal yang aneh-aneh bukan?” selidiknya menatap Athenia dalam dan mengintimidasi.

“Ck, kamu jangan menuduhku seperti itu, aku hanya ingin mengantarkan pesanan ini saja!” sengitnya tak suka di intimidasi seperti itu, jika iya tanyakan baik-baik langsung, dari pada seperti itu, dirinya seperti penjahat saja.

Terpopuler

Comments

Sribundanya Gifran

Sribundanya Gifran

lanjut thor💪💪💪💪

2024-04-23

0

IndraAsya

IndraAsya

next

2024-04-22

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!