Dua hari berlalu Wulan tak bisa kembali ke kastil, begitu juga dengan putra mahkota yang tetap ingin disini dengan alasan untuk mengawasi dirinya.
Bagi seseorang yang kena keracunan makanan, efek sampingnya yang lain pun kini telah timbul bintik-bintik merah dengan ruam di sekujur tubuh, membuat para warga yang lainnya tak berani mendekat takut tertular oleh penyakit aneh itu.
Wulan mendekat ke seorang nenek-nenek yang sudah sangat renta terbujur tak berdaya di ranjang pesakitan tak ada keluarga yang menemani. “Bagaimana, apa sudah agak mendingan?” tanyanya sekedar basa-basi.
“Semuanya terasa gatal nak, aku tidak bisa menahannya.” Jawabnya tak berdaya, bahkan dirinya pun tak tahu jika yang menanganinya adalah seorang duchess.
Wulan tanpa jijik mengusap tangan hitam yang sudah renta itu. “Bersabarlah, kami akan berusaha menemukan obatnya untukmu, semoga kau dalam lindungan dewa dan dewi!” Wulan pergi keruangan tabib untuk menanyakan penyakit itu.
“Salam,”
“Salam juga duchess,”
“Paman, bagaimana perkembangannya, apakah paman sudah menemukannya masalahnya?” tanyanya.
“Dalam penelitian saya di kandungan makanan itu terdapat banyak mengandung zat-zat yang begitu berbahaya duchess, apalagi jika di konsumsi oleh orang tua yang renta dan anak-anak, bisa merusak pencernaan dan gagal jantung, maka dari itu saya mencoba mengalirkan sedikit sihir penyembuh untuk mereka, meskipun tidak bisa bertahan lama, sebab saya baru pertama kali menemukan penyakit langka ini!” tutur sang tabib berterus-terang pada Wulan.
Wulan mengangguk bingung, jujur saja dirinya’ bukan seorang lulusan kedokteran apalagi kuliah saja dirinya belum lulus, untuk pemikiran lainnya itu hanya pengetahuan dasar.
“Baiklah terimakasih atas penjelasannya, saya akan membawa surat ini, bila nanti saya menemukan sesuatu saya akan mengabari paman secepatnya, kalau begitu saya pamit pergi.”
.
.
Althan menatap rumit pada duchessnya yang hanya duduk menatap gambar bunga berwarna ungu apalagi dengan bentuk bunga yang cukup aneh itu.
“Althan apa kau tahu apa nama bunga ini?” tanya Wulan mulai membuka suara.
Althan menatap gambar bunga itu bingung. “Saya tidak tahu duchess, tetapi saya merasa familiar dengan bunga ini, sebentar saya ingat-ingat dulu!” pintanya lalu sedikit menjauh dan mondar-mandir untuk mengingatnya.
Wulan menghembuskan nafas kasar, dia kira pengawalnya itu tahu, ternyata sama saja.
“Saya tahu duchess!” serunya membuat Wulan terkejut. “Haha …, maafkan atas kelancangan saya duchess,” cingirnya begitu takut.
“Cepat jelaskan!?” sahutnya tak sabar.
“Bunga itu jika tak salah tumbuh di kerajaan Hombosis pesisir timur yang di mana tumbuhan bunga itu cukup berbahaya duchess orang-orang di Hombosis menyebutnya dengan nama Lefu yang berarti kematian,” jelas Althan.
Ia mengangguk lalu teringat. “Bidal! Good gue ingat!” serunya tanpa sadar membuat Althan cengo dengan dirinya yang seperti itu. “Khem! Jangan membicarakan itu pada orang lain!” ucapnya mengendalikan suasana.
“Itu apa yang mulia duchess?” goda Althan.
“Ck, kau ini!” bengisnya kesal membuat pengawalnya itu tertawa terpingkal-pingkal. “Apanya yang lucu dasar aneh!”
“Maaf duchess!”
Wulan diam tak menyahut dirinya malah berfikir bunga bidal tersebut, jika dalam ilmu kedokteran yang dirinya ketahui bunga purpurea digitalis bisa dijadikan obat juga seperti jantung, tetapi ini kenapa malah sebaliknya, pikirnya. “Digitalis bisa mengobati penyakit jantung tertentu dan kata paman tabib, bunga itu bisa menyebabkan gagal jantung?” Wulan pusing tak karuan, beginilah jika dirinya bukanlah seorang dokter pusing tak tertolong.
“Akhh …. Dewa Dewi kepercayaan para sesepuh di sini tolong sehatkan mereka semua!” batinnya lalu beranjak pergi, dirinya akan menyerahkan ke paman tabib saja dirinya hanya bisa menyembuhkan pereda demam bukan yang lain dirinya tak ahli!
.
.
Putra mahkota Hansel terpaksa harus pulang terlebih dahulu, sebab tanggung jawabnya mulai sekarang begitu banyak dari yang sebelumnya, termasuk raja Damian dia juga harus pulang, dirinya juga pun harus melakukan perjalanan jauh untuk menjalin kerjasama.
Para pelayan dan Wulan pun mengantarkan keluarga istana tersebut untuk masuk ke dalam kereta kuda. “Hati-hati yang mulia ratu!” ucap Wulan membantu memegangi tangan sang ratu untuk naik.
“Hah …, lain kali kita harus bertemu dan mengobrol lebih banyak lagi,”
“Baik yang mulia,” ia menatap sekilas kearah putri Grizelle dan tersenyum manis begitu juga si empunya.
“Kakak, aku pasti akan merindukan masakan kakak yang enak itu!” seru sang putri terlihat cemberut lalu kembali senang.
“Jika kamu datang lagi aku pasti akan memasakkan mu sesuatu yang sangat!” jawabnya tak kalah semangat.
“Nak, kami pergi dulu, jaga dirimu baik-baik.” Tutur sang raja mengakhiri pembicaraan.
Wulan membungkuk sebagai penghormatan begitu juga yang lain setelah kereta kuda itu berjalan pergi. Mereka hanya menginap satu malam dan kembali pulang.
Raja dan ratu dikawal begitu ketat apalagi dengan penjaga bayangan, seseorang menyelinap masuk kedalam kereta barang dan duduk di sana untuk menghindari pemeriksaan terhadap dirinya.
.
.
Malamnya Wulan seperti biasa makan lalu kerja hingga larut malam, semua barang-barang yang akan di produksinya sudah jalan sebagian, seperti toko gaun misalnya, lalu ada pembuatan armor, ini sedikit sulit tetapi timnya berkerja dengan baik dan giat, ditambah para budak yang dibelinya sudah mulai bekerja di bidang masing-masing.
Rencananya lagi Wulan akan membuat sabun dan wewangian mengingat banyak sekali tumbuhan bagus di dunia ini, apalagi ada sihir, hem …, semakin mudah saja rasanya, tetapi sayang sekali, kenapa dirinya tak memiliki sihir.
“Huh, kira-kira apa ya masalahnya, kenapa aku gak punya sihir?” molongnya bertumpu tangan.
“Duchess!?”
“Hah?”
“Maaf mengganggu, jenderal dan yang lain menunggu anda di lapangan?” ucapnya memberitahu.
“Memangnya ada apa, malam-malam begini kump–”
Sebuah pisau berhasil tertodong di lehernya, ia tak bisa bergerak karena tubuhnya tertahan, sial- dirinya tertipu bisa-bisanya dirinya tertipu seperti ini. “Siapa–”
“Diamlah!” bisiknya semakin mengeratkan pegangannya pada leher Wulan membuatnya susah bernafas.
Wulan panik seperti ingin pasrah saja, dan kenapa kediamannya seperti sepi begini, pikirnya tak karuan panik menyerang. “Huh …, tenang jangan panik, tenang Wulan, tenang ….” Batinnya mencoba bernafas teratur.
Saat akan berbelok dengan insting tajamnya Wulan mengumpulkan tenaga lalu menyikut perut pria itu hingga pelukannya menggedor dan lengah untuk beberapa saat, Wulan tak menyia-nyiakan waktu lalu segera berlari.
Sebelum sihir api menyembur hampir membakar dirinya hidup-hidup nafasnya memburu. “Ya tuhan! Ku kira tak akan terkena musibah seperti ini!” batinnya bergemuruh.
“Ap–”
“Shuttt,” ucap seseorang itu menginterupsi Wulan untuk tidak berbicara.
Sesampainya di tempat yang aman Wulan melihat pria yang menolongnya. “Althan!” tangis Wulan, dirinya seperti akan mati barusan.
“Duchess, tenanglah, ayo kita pergi di sini sudah tidak aman!” bisiknya menggendong belakang Wulan, sebab Wulan tak punya tenaga untuk berjalan.
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 40 Episodes
Comments
Sena Ayumi
tak kira dia bisa bela diri diawal dia bisa dan mau bljar biar lbih kuat ternyata kbur mulu
2024-05-22
0
Amriati Plg
Musuh mendiang ortu nya itu
2024-05-07
3
Thiack Bado Sukiman
perasaan si wulan dpt masalah mulu
2024-04-29
2