Serangan Mendadak

Wulan memeriksa gaun yang akan dikirimkan kepada pelanggannya. “Lihatlah seperti ini, lalu bungkus sedikit tebal, agar barang tidak rusak di perjalanan, setelah itu berikan pada pengguna sihir untuk diamankan!” titahnya.

Gunanya sihir untuk apa? Itu sebagai tanda pengenal agar sihir jahat tak dapat menghalau, seperti pengiriman teror dan barang berbahaya lainnya.

Lima hari kemudian Wulan dihadapkan dengan banyaknya para budak yang sudah di beli, ini cukup menguras kantongnya untuk membeli mereka, dirinya sempat membatin, awas saja jika tak berguna ku bunuh saja kalian! Agak sedikit kejam tapi hanya perkataan saja.

“Sebelum melakukan pemeriksaan bakar, saya minta pada ketua pengurus untuk memanggilkan para tabib untuk memeriksa mereka, saya takut ada sesuatu yang tak diinginkan!” ucapnya mutlak, menatap mereka satu persatu.

“Memangnya kenapa tidak disuruh langsung bekerja saja duchess, jika seperti itu, kita tidak akan membuang-buang waktu!” sela seseorang begitu berani.

Wulan menyerngit tidak suka. “Saya membeli mereka mahal, dan saya tidak mau hasil pembelian saya di gunakan dengan jangka pendek!” tukasnya semakin membuat orang-orang yang berada di sana bingung.

Dirinya menghela nafas gusar. “Maksudnya, jika mereka bekerja dalam keadaan sakit itu akan semakin memperburuk keadaan, dan alangkah baiknya kita memeriksa kesehatan mereka terlebih dahulu, supaya saat pemeriksaan nanti mereka bisa berkonsentrasi dan tidak gugup, lemas akibat sakit yang mengganggu!” jelasnya panjang kali lebar.

Mereka mengangguk, duchess mereka ini semakin hari semakin mengagumkan saja, pikir mereka.

Sang jenderal yang berdiri di kejauhan tersenyum simpul akan kebijakan gadis itu, dirinya semakin bangga rasanya menyaksikan kebangkitan semangat anak dari sahabatnya itu.

“Duchess, maaf izin menyela?” bisik seseorang dari belakang.

“Ada apa?” tanyanya menoleh.

“Anda mendapatkan kiriman surat dari yang mulia raja!” bisiknya, lalu mundur beberapa langkah.

Wulan mengangguk, dirinya teringat dengan pengiriman kotak lobster kecil itu, hah betapa senangnya warganya mendapatkan makanan gratis dengan lauk lobster, mereka benar-benar menikmati dua hari lalu.

“Baiklah sampai di sini pembahasan kita, salam untuk kalian semua!” Wulan beranjak turun dan pergi dari keramaian, beberapa warga menyapanya dan memberikannya senyum.

.

.

Malam harinya, di atas perbatasan wilayah beberapa orang bercadar seperti ninja tanpa ragu menebas kepala prajurit yang tengah melakukan patroli, tak segan-segan pula mereka membakarnya menggunakan sihir mode api miliknya.

Mereka berhasil masuk ke kediaman kastil, karena saking banyaknya prajurit yang berjaga mereka harus lebih berhati-hati, pemanah ahli sudah bersiap di atas pohon, untuk membidik mangsa mereka, sekiranya mereka hanya membuat beberapa prajurit itu pingsan.

Seseorang masuk kedalam kamar yang cukup megah menatap ganas tubuh mungil yang terbalut kain tebal yang begitu menghangatkan tubuh di tengah dinginnya udara malam.

“Hahaha …! Tidur nyenyakmu akan berakhir malam ini nona!” senyum jahatnya terbit dengan megah hingga mengayunkan pedang untuk menebas langsung kepala perempuan itu hingga.

Bruk …!

Suara benturan tubuh yang terlapisi baju zirah besi terbentur dengan keras. “Sial, hampir saja aku mati dua kali!” gumamnya menegakkan tubuhnya yang sedikit kaku.

“Anda tidak apa-apa kan duchess, anda tidak terluka sama sekali kan?” panik Dahlia masuk dengan beberapa prajurit yang mengangkat tubuh pria itu untuk di interogasi di ruang bawah tanah.

“Sudah jangan seperti itu, aku baik-baik saja kok!” senyum Wulan membentuk tangan oke!

Dahlia bernafas lega, dirinya begitu khawatir jika terjadi apa-apa dengan duchessnya ini, huh, kebaikan duchessnya yang tak seberapa sungguh membuatnya nyaman, kapan lagi ada seorang bangsawan seperti duchessnya ini.

Ini waktunya bagi Wulan untuk mengetes langsung sebagian armor buatannya untuk melawan musuh yang asli, bukan hasil uji coba, mereka mempunyai rencana untuk sebagian para penyusup tak jelas itu.

Di atas pohon seorang pemanah hendak menembak ke arah Wulan yang sudah keluar tetapi ….

Ephmm hukkk!

Lehernya disebut hingga menyisakan setengah dengan darah yang membeludak keluar lewat mulut, mereka yang menyadari kekalahan akan datang terpaksa menyerang secara asal, menunggu perintah dari sang kapten itu terlalu lama.

Wulan yang tak memiliki sihir hanya menyerang saat musuh lemah saja, sempat dilarang oleh sang jenderal untuk tidak ikut karena ini terlalu bahaya.

Brak!

Wulan berhasil menumbangkan satu musuh dengan menikamnya di bagian tengkuk, entah mengapa sejak kedatangannya di dunia antah berantah ini naluri hidupnya sedikit demi sedikit menjadi liar.

Sang ksatria Jovin berhasil terkena serangan dari sihir api hingga membuatnya mundur beberapa langkah, tetapi efeknya tak begitu parah sebab armor yang di pakainya seperti memulihkan mana miliknya secara perlahan meskipun sedikit lambat.

Lama bertarung akhirnya selesai salah satu dari mereka berhasil kabur dan kini Wulan memasuki ruang bawah tanah untuk pertama kalinya, cukup menyeramkan tapi tak apa.

Wulan melihat pria yang ingin membunuhnya sudah bangun dan menatap Wulan dengan pandangan aneh ingin menghabisi. Wulan? Dia mana peduli. “Entah motif apa yang kau bawa untuk membunuhku, tetapi aku tak peduli, sebab aku begitu tertarik dengan ini!” senyum Wulan mengelilingi pria yang terikat di bawahnya.

Batu merah delima dengan gambar singa begitu menarik perhatian Wulan. “Beritahu aku, siapa yang menyuruhmu untuk membunuhku tuan tampan?” tanyanya berjongkok menatap mengejek pada pria tuan jelek dengan brewok di seluruh wajahnya.

Tak ada jawaban!

“Oke gue anggap Lo bisu!”

Wulan menendang dada pria tua itu hingga terlentang dengan tangan terikat dibelakang, bisa dibayangkan itu sangat menyiksa.

Para prajurit menyerngit aneh dengan kelima kalimat yang diucapkan oleh duchess mereka. “Kalian interogasi dia dua puluh empat jam! Jika sudah lebih dari itu dan tak mau menjawab kalian langsung saja bunuh!” perintahnya lalu pergi dari ruangan pengap dan bau darah itu.

Sesampainya di kamar Wulan langsung termenung, dirinya mengingat-ingat tentang kejadian pembunuhan kedua orang tuanya di masa lalu saat ada serangan bandit.

“Pusing, entah teka-teki apa yang dimiliki oleh keluarga ini, tak mungkin jika tak ada dendam terselubung pada keluarga duke Almod.” Pikirnya, dirinya berharap semoga jiwa Athenia di sana bisa mendengar keluhannya ini, dan bisa menjelaskan sedikit masalah apa yang menimpanya selama ini, dirinya tak puas jika harus mendengar dari rumor yang dibuat oleh para rakyat.

.

.

“Dasar tidak becus! Membunuh seorang bocah ingusan saja kau tak bisa sialan!” sentak seseorang menendang dan menghajar bawahannya hingga tak berdaya.

“Bunuh dia secepat mungkin, jika perlu hancurkan apapun yang berada di wilayah itu hingga tak tersisa!” titahnya menghadap patung singa yang menjulang tinggi.

Terpopuler

Comments

Sribundanya Gifran

Sribundanya Gifran

lanjut

2024-04-22

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!