Dikit Dulu Ya

Malamnya tiba pada saat perayaan pelantikan kedua pangeran Hansel dan sepupunya Georgio Cole Ramashon seorang anak pertama dari kaisar Jayden, keduanya berjalan di karpet merah untuk menerima sebuah mahkota pertanda resminya seorang pangeran menjadi putra mahkota atau bisa disebut dengan prince.

Kotak hadiah sudah bejibun di sudut ruangan dengan beberapa pengawal yang menjaganya. Wulan dia begitu anggun dan cantik saat meminum anggur yang sudah difermentasi, banyak para bangsawan muda menatap minat ke arahnya.

“Pestanya begitu indah ya, nona?” ucap seseorang yang sudah duduk di samping Wulan, Althan menatap sengit seorang pemuda yang duduk di samping duchessnya.

“Menurutmu?” tanya balik Wulan menatap sekilas, cukup tampan tapi itu bukan tipenya.

“Indah dan megah, bolehkah kita berkenalan nona?” tanyanya lagi, tak henti-hentinya menatap wajah cantik yang begitu indah di matanya.

Wulan tersenyum, begitu malas, tetapi tidak sopan bukan. “Boleh tuan,”

Pemuda itu tersenyum, pesonaku memang tak bisa diragukan lagi' pikirnya. “Perkenalkan nama saya Andrew seorang putra dari Marquez Daniel!” ucapnya memperkenalkan diri dengan nada pongah.

“Saya Athenia, senang berkenalan dengan anda tuan Andrew.”

Pembicaraan yang tak berguna bagi Wulan terus berlanjut, dirinya sungguh bosan, dia tak menyangka acara seperti ini akan membosankan dan membuatnya mengantuk, mau menghindar? Tak enak rasanya.

“Duchess, kita harus segera memberi salam kepada yang mulia kaisar!” ucap Althan tiba-tiba datang.

Wulan mengangguk setuju. “Ah, maafkan saya tuan Andrew, sepertinya pembicaraan kita sampai disini dulu, saya izin berpamitan, salam.” Wulan membungkuk sopan lalu ikut pergi bersama para rombongan petinggi, teruntuk anak-anak mereka, mereka sudah dipersiapkan tempat untuk itu, sedangkan ini khusus untuk para petinggi saja.

Andrew melongo tak percaya, jadi dia seorang duchess yang dirumorkan bodoh dan buruk rupa itu. “Sial, siapa yang telah menyebarkan rumor jelek itu? Wajah dewinya berhasil membuat hatiku menjadi tak karuan!” gumamnya menenangkan diri.

Kali ini para petinggi dari berbagai kerajaan kini sudah ikut bergabung dan duduk di meja makan yang sudah begitu luas dengan hidangan yang sangat lezat, ruangan itu hampir di dominasi oleh para lelaki bisa dikatakan hanya Wulan seorang perempuannya.

“Duchess Athenia memasuki ruangan!” teriak seorang prajurit.

Wulan masuk dan memberi salam dengan hormat, mereka yang tidak tau merasa bingung, ternyata ada seorang perempuan yang berani memimpin suatu wilayah? Pikir mereka kebanyakan dari petinggi di kerajaan sebelah.

“Aku baru mengetahui bahwa di kerajaan ini ada seorang perempuan yang berani memimpin sebuah wilayah!” tuturnya melirik sekilas.

“Mungkin dia hanya menggantikan suaminya saja!” timpal yang lain.

“Kau tampak muda dan cantik, begitu lemah, siapakah orang bodoh yang memilihnya menjadi seorang duchess?”

Para petinggi itu begitu hafal dengan seorang perempuan yang sudah berumah tangga ataupun tidak dan dari segi penglihatan mereka Athenia ini belum menikah terbukti dari tanda segel yang berada di keningnya, pada zaman ini seorang perempuan akan diketahui jika sudah berumah tangga segel di dahinya akan berubah terbelah seperti kelopak mawar, jika tidak berarti perempuan itu masih segel dan belum membina sebuah rumah tangga.

“Apa masalahnya jika dia seorang duchess tanpa suami?” tanya seorang Duke muda dari kerajaan sebelah.

“Tentu itu melanggar peraturan istana!” sentak seorang grand duke di kerajaan sebelah yang turut menentang suara Duke muda itu.

“Itu hanya berlaku di istana kepemimpinan raja Edward, jika anda lupa ini adalah kerajaan atas kepemimpinan raja Damian!” sahut seseorang yang tak lain adalah seorang grand duka dari kerajaan Damian.

Mereka saling melempar tatapan tajam tak suka. “Bisakah kalian berhenti berdebat?” sahut seseorang yang tak lain si putra mahkota Hansel yang sangat jengah dengan perdebatan para orang tua itu. “Kalian merusak hati bahagiaku!”

“Benar! Apa kalian tidak malu berdebat di hadapan seorang kaisar!?” timpal Georgio ikut kesal.

Wulan? Dia masa bodoh, terbukti sekali dari pembicaraan para tetua itu, mereka seperti tak ingin diperintah oleh seorang perempuan meskipun pangkatnya lebih tinggi. “Patriarki sekali!”

“Dasar pengganggu!” bisik seseorang tepat di telinganya.

Wulan menolah. God dia baru sadar bahwa pria yang di sampingnya adalah putra mahkota Hansel. “Maaf jika anda terganggu, saya akan mengajukan diri pada yang mulia untuk pergi dari sini!” ucapnya menunduk hendak berdiri tetapi keburu di tahan oleh cekalan tangan yang mengeras.

“Tak usah banyak bertingkah, makan!” titahnya memaksa Wulan yang langsung di turutinya.

.

.

Selesai dengan acara makan malam, kini Wulan harus berhadapan lagi dengan putra mahkota yang memintanya untuk datang ke ruang kerja pria tersebut, ya tuhan dirinya sungguh mengantuk dan merasa lelah.

“Salam putra mahkota, se–”

“Masuklah!?” titahnya memotong ucapan Wulan.

Wulan masuk dan berdiri di depan Hansel dengan wajah lelah, ditambah dirinya belum berganti gaun, membuatnya kegerahan, di dunia ini tidak ada AC.

“Panas banget, mana ga ada AC lagi!” keluhnya menyeka keringat.

“Apa yang kau bicarakan?” tanya Hansel.

“Tak ada yang mulia,”

“Duduklah!?” suruhnya. “Tunggu sebentar ada yang harus aku lakukan sebentar!” titahnya.

Tanpa banyak bicara Wulan langsung duduk bahkan menyender di sopa empuk itu hingga beberapa menit dirinya malah kebablasan tertidur, entah bagaimana reaksi putra mahkota Hansel.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!