Serangan Bandit

Keluarga istana begitu gempar akan masakan yang Wulan buat mereka menatap takut pada lobster kecil itu, apalagi warnanya yang berubah merah setelah direbus, para bangsawan saling melirik ragu untuk mencobanya.

“Apakah ini benar-benar aman?” bisiknya. “Aku takut melihat kaki-kaki kecilnya yang tajam itu!”

“Entahlah, siapapun tolong cobalah, kamu tidak ingin mencari penyakit!” tukasnya menatap jijik hewan Lobster tersebut.

Wulan yang melihat itu hanya mendesah malas, dasar kuno! Batinnya sedikit jengkel tapi tak apa dia memakluminya. “Izinkan saya memberi contohnya yang mulia raja, dan kaisar?” ucap Wulan lalu mulia mengupas kulit lobster itu dan mencocolnya pada saus yang telah di siapkannya.

Meskipun perbumbuan terbatas Wulan pun memasaknya ala Chinese food begitu, jadi cukup simpel.

Mereka menatap aneh pada Wulan yang begitu menikmatinya. “Apakah monster itu memang seenak itu?” tanya Marquez Daniel yang begitu penasaran.

“Di lidahku ini begitu enak, maka cobalah, aku tak sebodoh itu untuk memakan hewan yang beracun!” tukasnya dengan nada sindiran sedikit.

Sehingga suara seseorang membuat mereka mengalihkan perhatian, yakni sang putri yang entah sejak kapan ikut bergabung menikmati hidangan Lobster saus bawang putih.

“Duchess anda begitu hebat, saya tidak tahu jika hewan aneh ini sangat lezat!” serunya menyaksikan pelayannya yang tengah mengupaskan kulit lobster.

Setelah mengalami drama yang panjang kini mereka pun memakannya dengan lahap tanpa ada keraguan seperti sebelumnya, bahkan putra mahkota Hansel diam-diam tersenyum tipis akan perbuatan Wulan kali ini.

Bahkan selesai makan bersama Wulan kini di undang ke ruangan sang raja untuk membahas sesuatu pada yang mulia raja tak lupa juga yang mulia kaisar ikut serta, dia jadi sedikit tertarik dengan pengetahuan aneh Wulan.

.

.

“Salam yang mulia kaisar dan raja, dewa dan dewi memberkati!” Wulan menunduk sopan lalu segera duduk.

“Salam juga untukmu duchess,”

Raja Damian tersenyum lembut. “Sudah lama paman tidak mengobrol banyak bersama mu nak, kini kau tumbuh menjadi gadis yang kuat dan tangguh!” ucapnya berbasa-basi.

Wulan tersenyum menanggapi. “Terimakasih atas pujiannya yang mulia.”

“Saya sedikit tertarik denganmu nak,” celetuk kaisar Jayden tersenyum aneh.

Wulan mengangkat alisnya aneh. “Sepertinya telinga saya ketutupan batu emas …,” gumamnya sehingga membuat kedua pria itu tertawa lepas.

“Hahah …, saya hanya bercanda nak,”

“Syukurlah, jika itu benar saya hanya takut diamuk dan ditendang oleh yang mulia permaisuri, dan saya juga masih suka daun muda!”

Lagi-lagi mereka tertawa, sungguh anak ini begitu berani, pikir mereka tetapi tak apa mereka tak tersinggung jarang sekali ada anak gadis yang berani berbicara seperti itu, bukan jarang tetapi memang tak berani.

“Baiklah-baiklah, saya hanya ingin menanyakan perihal monster kecil itu, bagaimana kamu tahu jika monster kecil itu bisa diolah dan dimakan nak? Sedangkan selama ini banyak para petani yang sudah terkena gigit oleh para capit kecilnya yang tajam itu?” ucap raja Damian dengan pertanyaan yang panjang.

Wulan sedikit gugup. “Sebenarnya, saya mengetahuinya saat melakukan kunjungan di pantai selatan, dari situ saya mengetahui, sebenarnya masih banyak sekali hewan laut yang dapat dimakan dari mentah hingga matang, tergantung kita cara mengolahnya saja!” jawabnya.

“Hem …, tetapi itu terlalu banyak jika untuk dikonsumsi oleh keluarga Kerajaan, bisa jadi aku akan memusnahkannya sebagian seperti tahun yang lalu.” Gumamnya.

Wulan yang mendengar gumaman itu membelalak terkejut. “ Kenapa harus dimusnahkan yang mulia? Kita bisa mengolahnya dan membudidayakannya saja, Lobster air tawar itu cukup langka,” sahut Wulan membuat kedua pria itu menatap.

“Itu terlalu banyak nak, jika pun aku meminta untuk dikirimkan kekaisaran itu tidak akan mungkin, pasti akan membusuk di perjalanan, mengingat jarak tempuh kekaisaran ke kerajaan memakan waktu dua hari satu malam!” seka sang kaisar.

“Huh, maaf jika aku terkesan menggurui, tetapi Lobster tersebut bisa bertahan dua hari, tanpa air, nah sedangkan untuk cara pengirimannya kita akan menggunakan serpihan es dan di awetkan oleh sihir, saya sudah pernah melakukannya yang mulia raja,” ucap Wulan mengingatkan akan kepiting raksasa yang pernah di kirimkannya.

“Kenapa kamu yakin sekali akan perkataan mu itu nak? Bisa jadi itu akan gagal bukan? Dan jika pun saya membagikannya pada seluruh rakyat mereka semua pasti akan menolak sebab tidak pernah memakan hewan seperti itu!” sela raja Damian.

“Karena saya sudah mencobanya yang mulia raja, jika anda berkunjung ke wilayah Copatria di sana anda akan menemukan hal seperti ini yang diperjualbelikan di pasar, mereka awalnya tak berani tetapi setelah saya yakinkan mereka akhirnya berani dan terbiasa, hingga kini Lobster air tawar tengah dalam tahap pembudidayaan.”

Raja Damian sedikit terkejut akan ucapan Wulan, tetapi dia tetap pada pendiriannya. “Ta–”

“Maaf menyela lagi, jika boleh kenapa semua lobster itu tidak dikirimkan ke Copatria saja yang mulia, di sana saya akan mengolahnya dengan baik, berhubungan Copatria lagi membutuhkan dana untuk bangkit kami di sana tengah mengangkat ekonomi masing-masing!”

Kaisar Jayden yang terdiam cukup lama merasa sangat kagum dan bangga dengan gadis di depannya, benar-benar duchess muda yang tengah mencoba untuk bangkit, dirinya tak tuli akan segala rumor buruk tentang gadis di depannya ini.

.

.

Selesai melakukan perbincangan dengan kedua orang penting itu, kini Wulan dapat menghela nafas lega, meskipun begitu dirinya sangat gugup, sebab orang-orang seperti mereka sangat gampang sekali tersinggung dan berujung pembuahan. Huh ngerinya ….

Wulan memberi salam hormat dan pergi dari istana kerajaan untuk pulang ke Copatria, dirinya sungguh rindu padahal dirinya di istana bisa dihitung cuma tiga hari. “Huh, rasanya sungguh melegakan pulang ke rumah!” Gumamnya bersandar dengan apik.

Hari sudah mulai gelap, yah mereka melakukan perjalanan pulang di siang hari jadi sedikit memakan waktu. “Apakah kalian lelah?” tanyanya membuka kelambu tandu melihat para prajurit dan kedua pelayannya.

Mereka saling melirik satu sama lain. “Tidak yang mulia duchess.” Jawab Dahlia menunduk sungkan.

Wulan mengangguk. “Istirahatlah sebentar, saya tidak mau direpotkan oleh orang yang sakit!” tukasnya, sehingga mereka beristirahat sejenak untuk memakan bekal yang tersisa, Wulan tak sejahat itu untuk membiarkan mereka yang hanya makan dengan nasi putih dan air saja.

“Cobalah yang ini, aku membawanya dari istana untuk kalian?” ucapnya menyerahkan sebuah rantang kayu berisikan lobster yang dirinya masak tadi siang.

Lagi dan lagi mereka sungkan dan terharu sekaligus, duchess mereka sungguh baik hati, bahkan kastanya begitu tinggi tetapi mau berinteraksi dengan mereka orang bawah.

“Apakah tak apa-apa duchess, takutnya–”

“Stt …. Kalian cepatlah makan, hari sudah mulai sangat gelap, di tambah kita berada di luar jangkauan istana!” kini Wulan mengubah intonasi suaranya menjadi kecil, dirinya ingat bahwa kedua orang tuanya mati karena diserang oleh bandit.

Mereka mengangguk dan makan dengan cepat. Wulan menatap sekitarnya yang sudah mulai gelap, hutan tampak mencekam bahkan bunyi burung sudah mulai terdengar.

“Kalian sudah selesai kan?” tanyanya.

“Sudah yang mulia duchess!” jawab mereka.

Wulan mengangguk. “Kalian berdua ikut aku naik ke dalam kereta, yang lelaki kalian sudah mempersiapkan senjata kalian kan?” tanyanya memastikan, firasatnya sudah tidak enak sejak tadi.

“Sudah yang mulia duchess, memangnya ada apa?”

“Ck, ini di hutan rawan bahaya, jadi kalian persiapkan diri kalian baik-baik, kita sudah jauh dari jangkauan istana, kalian berdua simpan belati ini baik-baik!” titahnya pada kedua pelayannya.

Mereka melanjutkan perjalanan dengan keadaan mencekam di tengah gelapnya malam, sehingga suara erangan salah satu prajurit membuat rasa was-wasnya semakin jadi, dirinya seperti peramal yang menebak keadaan dengan benar.

“Lindungi yang mulia duchess!” titah sang komandan yang berada di depan, beberapa anak panah menghujam ke arah mereka.

“Menunduk!” titah Wulan pada kedua pelayannya.

Suara dentingan pedang beradu dan pekikan orang kesakitan, Wulan mengintip di sela lubang yang terbuat oleh hujaman anak panah.

“Emphhh!”

Wulan menoleh terkejut melihat kedua pelayannya sudah di sekap dengan seorang pria bertopeng berdiri menatap dirinya dengan sebilah pedang. “Sial gue gak bisa berpikir!” kesal Wulan merasa panik dan pikiran buntu.

Dengan insting hasil menonton drama kolosal akhirnya dirinya terjatuh dari dalam kereta kuda dengan cepat mengambil tanah dan melemparkannya ke wajah pria bertopeng itu, memanfaatkan keterkejutan pria bertopeng itu Wulan segera mengambil belati miliknya lalu merangkak dengan cepat menusuk kaki pria itu hingga mengaduh kesakitan.

Para penjahat yang mendengar erangan kesakitan ketua mereka membuat fokusnya mereka teralihkan, tak membuang kesempatan para prajurit dari pihak Wulan dengan secepat kilat membantai mereka hingga sedikit memilih kabur membiarkan jasad teman mereka di sana.

“Cepat pergi, kita tak ada waktu!” seru Wulan tak membiarkan prajuritnya menghela nafas, istirahatnya nanti saja setelah tiba.

.

.

“Bocah sialan!”

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!