Hadiah Untuk Ratu

Wulan begitu sabar mengajarkan mereka cara bertanam, berbisnis, mengelola dan segala macam, makin hari wilayah Copatria semakin berkembang di atas kepemimpinan sang duchess Athenia yang tak lain si jiwa Wulan.

Bahkan sebagian pedagang ikan kini begitu untung besar setelah mengikuti arahan yang Wulan beri, terlebih lagi dengan kepiting laut yang begitu mahal harga jualnya, sempat tidak ada yang mau beli tetapi setelah mendengar rasa enak saat dimasak dari mulut ke mulut akhirnya hewan Arthropoda itu pun begitu sedikit diminati belum semuanya.

Pangeran Hansel saja yang berada di wilayah Copatria begitu terkagum-kagum dengan jalan kepemimpinan Wulan yang begitu cekatan dan tegas, apapun yang dilakukannya pasti ada timbal balik.

“Salam duchess, lady Yuna datang untuk menemui anda!” ucap seorang pelayan membungkuk sopan.

“Benarkah? Bawa dia ke ruang tamu, siapkan camilan ringan untuknya!” titahnya setelah meletakkan gelas teh miliknya.

“Baik duchess, mohon pamit undur diri, salam.”

Wulan mengangguk sebagai respon, dirinya mengingat bahwa sudah satu bulan lebih berjalan dan artinya gaun-gaunnya yang di nantinya sudah jadi?

“Ah, aku tidak sabar untuk melihat hasilnya.”

.

.

“Salam duchess, dewa memberkati anda selalu!” Yuna menunduk sopan, batu pertama kali dirinya bertemu langsung dengan sesosok duchess yang dulu begitu memiliki rumor buruk tak mengenakan.

“Salam juga untukmu lady Yuna,”

“Saya datang ke sini untuk mengantarkan langsung jahitan gaun yang anda minta duchess,” lady Yuna memberikan tiga lipatan sebuah gaun, hasil tangannya.

Wulan membukanya dengan antusias, lalu menyuruh sang pelayan untuk mengambil sebuah patung kayu yang khusus dibuatnya untuk menjadi pajangan gaunnya itu, sempat para seisi kastil merasa aneh pada dirinya karena telah meminta dibuatkan patung manekin kayu.

Mereka yang berada di sana cukup terkesima dengan gaun cantik tersebut, mereka baru pertama kali membuatnya. “Ya tuhan duchess, saya baru pertama kali melihat gaun secantik ini!” pekik seorang pelayan wanita begitu berbinar melihat gaun tersebut.

Wulan tersenyum bangga. “Haha, aku begitu puas dengan hasil tanganmu lady Yuna,” senyum Wulan. “Bagaimana, kau tertarik tidak untuk berbisnis denganku?” ajaknya.

Lady Yuna terlihat terdiam sebentar. “Jika saya menolak apa yang akan duchess lakukan?” tanyanya.

“Em …, pastinya saya akan mencari penjahit gaun yang lain,” jawab Wulan seadanya.

“Tetapi kenapa duchess memilih saya?” tanyanya sekali lagi untuk memastikan.

“Itu karena saya melihat potensi berdagang kamu yang begitu bagus berani mengambil langkah tepat lady, jika kamu berbisnis dengan saya tentu keuntungan yang kamu akan dapat lebih besar dari pekerjaan kamu yang dulunya!”

Lama berfikir pada akhirnya lady Yuna menyetujui ajakan kerja sama sang duchess, tidak ada salahnya kan mencoba? Mengingat kondisinya yang sekarang sangat tidak memungkinkan, ekonomi wilayahnya saja baru berkembang belum sepenuhnya pulih, tetapi setidaknya masyarakatnya tidak terlalu menderita seperti dahulu.

“Saya setuju duchess!”

Good! Ini yang dirinya inginkan. “Baiklah, sebagai pertanda kita sudah resmi menjadi partner kerja alangkah baiknya lady Yuna harus menandatangani surat ini,”

“Kenapa perlu tanda tangan duchess?” tanya lady Yuna sedikit ragu.

“Biar kelak kamu tidak berkhianat, saya hanya jaga-jaga saja, dan keuntungan di surat ini juga banyak silahkan kamu baca.”

Lady Yuna membacanya dengan teliti, saat beberapa kata yang dirinya tidak mengerti maka Wulan akan menjelaskannya secara rinci.

.

.

Wulan mengantarkan kepulangan pangeran Hansel, pria tersebut nampak tak rela tetapi ya sudah. “Terimakasih sudah mau datang dan bermalam di wilayah Copatria pangeran semoga perjalanan anda selalu lancar tanpa hambatan, sebagai hadiah oleh-oleh untuk yang mulia ratu mohon diterima pangeran.” Wulan memberikan sebuah bingkisan untuk oleh-oleh yang mulia ratu.

“Untukku?” tanya pangeran Hansel menatap Athenia datar.

Wulan mengangkat kepalanya bingung. “Maksud pangeran?”

“Ck, lupakan, pengawal bawa hadiah itu!” titahnya dengan nada sedikit kesal.

Wulan mengulum bibirnya. “Hadiah untuk anda akan saya berikan ketika anda sudah resmi menjadi putra mahkota pangeran.”

“Siapa yang ingin hadiah! Tidak usah berlagak kamu paling tahu!” sinisnya menatap sekilas duchess Athenia yang tengah menutup mulutnya.

“Maaf pangeran, saya tidak bermaksud!”

Para prajurit dan pelayan itu hanya menunduk mendengar obrolan atasan mereka masing-masing, tak lupa juga ujung telinga pangeran Hansel begitu merah tetapi beruntung tidak ada yang tahu.

“Sialan kau duchess bodoh!” Batinnya berteriak malu.

Wulan tak sepelit itu untuk tak memberikan sedikit hasil panen wilayahnya kepada sang pangeran meskipun tidak pernah membantu banyak dalam segala hal, bisa dibilang pangeran Hansel hanya datang untuk mengamati saja. Wulan memberikan hasil panennya seperti sayuran yang tak pernah mereka lihat dan untuk cara pengolahannya pun Wulan sudah tuliskan untuk para pelayan istana.

.

.

Pangeran Hansel menatap setiap rumah warga yang dilewatinya untuk menuju gerbang utara, dirinya merasa kagum berkali-kali lipat pada kerja kerasnya duchess Athenia yang begitu tegas mengatur masyarakat Copatria, huh, dirinya pasti akan rindu dengan masakan gadis bodoh itu, sangat enak!

Tiga jam perjalanan akhirnya dirinya sampai di kerajaan, banyak sekali sambutan untuk dirinya, begitu juga dengan ketiga saudaranya beserta raja dan ratu.

“Selamat datang kembali anakku!” senyum ratu Jennifer memeluk sang putra sulung.

“Salam ayahanda dan ibunda!” ucapnya membungkuk hormat.

“Kakak!” teriak sang adik perempuan paling kecil, begitu semangat.

“Putri Grizelle, jangan seperti itu, kasihanilah kakakmu, dia baru kembali dari perjalanan jauh!” tegur sang ratu begitu lembut pada anak perempuan satu-satunya.

“Maaf ibunda, putrimu ini terlalu rindu dengan kakak pertama.” Ucap putri Grizelle dengan nada sedih melepaskan pelukannya dari sang kakak.

“Dasar adik, kamu hanya kangen dengan kakak pertama saja!” sahut seorang pemuda yang tak lain adalah adik keduanya, yang sedikit tengil.

Raja Damian menggeleng pelan atas drama anak-anaknya ini, dirinya sungguh begitu terharu dan terhibur dengan anak-anaknya yang selalu rukun.

Mereka berpindah ke ruang tamu untuk berkumpul dan beberapa bawaan pangeran Hansel kini sudah terjadi di atas meja, mereka sedikit bingung dengan bawaan putra mereka ini.

“Benda-benda apa yang kamu bawa ini anakku?” tanya ratu Jennifer menatap, sebakul sayuran beserta satu box kayu yang entah isinya apa. “Dan …, kenapa kamu membawa sebuah rumput-rumput aneh ini?”

Pangeran Hansel meletakkan gelas tehnya, dia memaklumi sifat mereka, toh dirinya juga pernah seperti itu. “Itu bukan rumput ibunda, tetapi sayuran, aku yang memintanya pada duchess!” jawabnya.

“Maksudmu duchess Athenia?” tanya raja Damian memastikan.

“Benar ayahanda,”

Sang ratu yang begitu penasaran dengan box kayu itu segera membukanya, alangkah terkejutnya dirinya. “Ya dewa, monster apa yang kamu bawa anakku!” teriaknya begitu panik sehingga berlari ke arah sang suami.

Begitu juga dengan yang lain yang sudah siap siaga mengarahkan pedang mereka ke arah hewan yang telah direndam balok es tersebut.

Sang raja baru saja ingin menghanguskan hewan Arthropoda tersebut tetapi urung saat dirinya di cegah oleh sang anak.

“Tenanglah, ini bukan monster tetapi hewan laut, yang biasa di sebut ke- keping- ping-” haduh dirinya kesulitan untuk menyebutnya. “Pokoknya itulah, dan ini dapat dimasak–”

“Aku tidak mau memakan monster jelek itu, ibunda pasti rasanya pahit seperti rupanya!” teriak putri Grizelle begitu histeris dan jijik melihat rupa kepiting tersebut.

“Sepertinya tinggal di wilayah kumuh Copatria, itu membuatmu aneh kakak!” celetuk sang adik pertama.

“Ck! Terserah kalian saja, yang intinya jangan di buang suruh para pelayan untuk memasakkan ku, jangan berani-beraninya kalian membuangnya!” desisnya menahan kesal, huh ... mereka belum merasakan sensasi manis pedas dari hewan aneh itu.

Diam-diam putri Grizelle membuka kotak yang cukup bagus lalu dirinya begitu terkesima begitu melihat gaun yang sangat cantik. “Kakak aku minta yang ini boleh kan?” tanya sang putri begitu antusias dengan mata berbinar, seumur hidupnya baru kali ini melihat gaun secantik ini.

Pangeran Hansel baru ingat bahwa itu untuk ibunda ratu. “Tidak! Itu untuk ibunda ratu,”

Air muka putri Grizelle seketika berubah drastis. “Ibunda …!” rengekannya meneteskan air matanya.

“Sudah-sudah gaun itu untukmu saja, ibunda yang berikan.” Sang ratu mengalah demi anaknya.

“Tidak bisa ibunda, ini hadiah langsung dari duchess!”

Sang ratu cukup terkejut mendengarnya, karena dirinya begitu penasaran, dirinya mengambil gaun itu lalu membukanya dan yah …. Begitu sangat cantik dan elegan campuran dari bunga berwarna biru dan pink muda yang begitu sangat cantik. “Tetapi nak, ini sangat kebesaran di tubuhmu, lain kali ibu janji akan memberikanmu yang lebih indah bagaimana?” tawar sang ratu, tak ayal dirinya juga sangat terkagum-kagum, bahkan toko gaun kerajaan saja kalah bagus dengan yang ini.

“Tanyakan pada duchess Athenia, dari mana dirinya membeli gaun seindah ini?”

“Setahuku dia tidak membelinya, melainkan membuatnya sendiri!”

God! Mereka sangat terkejut!

.

.

.

Hii, aku nulisnya panjang ya gaes 😁 bantu like ya gaes 😍 dan maaf telat up hehe 😀

Terpopuler

Comments

Ibuk'e Denia

Ibuk'e Denia

lanjut thor

2024-03-22

2

Cty Badria

Cty Badria

ya lumayan sedikit panjang ceritanya Dari y kmrn....kl bs up setiap hari

2024-03-19

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!