Pembunuh Bayaran?

Sesampainya di perbatasan mereka langsung disambut dengan paniknya oleh para penjaga. Mereka tak bertanya banyak, karena itu tidak sopan. “Bawa semua orang yang luka untuk di obati, dan jika kondisinya belum pulih total jangan datang ke kastil, mengerti!?” ucap Wulan menatap para prajurit itu mengangguk patuh.

“Kalian antarkan mereka ke rumahnya masing-masing!”

Kereta kuda melanjutkan perjalanannya menuju kastil, prajurit pun diganti dengan yang sehat saat di perbatasan, Wulan memijat kepalanya pelan, hari ini begitu banyak kejutan, batinnya, entah bahaya apa lagi yang akan menimpanya nanti.

“Pembunuh bayaran?” Gumamnya, karena jika itu perampok kenapa tidak langsung menjarah barang bawaannya.

“Yang mulia duchess, kita sudah sampai!” ucap sang kusir.

“Terimakasih!”

“Sama-sama yang mulia.”

.

.

Empat hari berlalu, Wulan kini tengah berada di tepi sungai yang dikelilingi oleh hamparan persawahan yang begitu besar, penanaman padi yang masih segar dan hijau membuat mata sejuk memandang.

“Batu-batu ini begitu bagus!” gumamnya mengangkat sedikit gaunnya agar tidak basah. Hemm, dirinya memikirkan sebuah ide.

“Althan kemarilah, coba angkat batu ini?” pintanya.

Setelah mengangkatnya. “Untuk apa batu ini, duchess?”

Wulan terdiam sejenak, batu-batu di sungai ini memiliki tekstur yang lembut dan ceper, sangat cocok untuk sesuatu. “Ini seperti keajaiban, kau tahu Althan, batu ini bisa memberi kita jalan!” serunya.

Althan menggaruk tengkuknya yang tak gatal. “Saya tidak begitu mengerti duchess,” senyumnya canggung.

Wulan mengangkat batu itu lalu meletakkannya di atas jalan setapak. “Ini, cocok untuk pembangunan jalan, supaya jika musim hujan para warga tidak kesulitan membawa hasil panen mereka karena jalan yang becek dan licin!”

“Tetapi bagaimana caranya duchess, setahu saya batu hanya bisa digunakan untuk tembok saja!”

“Nanti aku jelaskan di kastil, lebih baik kita pergi melihat-lihat ke atas pegunungan itu, seperti ada yang cocok di sana!”

Althan hanya bisa mengangguk menuruti, duchessnya ini sangat sulit di tebak, ada saja ide pikiran yang di luar jangkauan otaknya ini.

.

.

Raja Damian menuruti apa perkataan Wulan tempo hari, untuk mengirimkannya pada Wulan, kini sudah terisi lima boxs lobster yang sudah di isi oleh pecahan es, awalnya mereka begitu takut saat disuruh mengumpulkan lobster tersebut, bahkan raja Damian begitu kesulitan mendapatkan es untuk lobster-lobster itu.

“Sepertinya bulan depan aku akan berkunjung ke sana!” gumamnya, dirinya begitu penasaran, dengan cara kerja duchess muda itu.

“Dia benar-benar berbeda dari yang lain, aku akan ikut bersamamu kakak ipar!” tukas kaisar tersenyum culas, lalu kedua pria itu tertawa lepas.

.

.

Dari atas Wulan bisa melihat rumah-rumah para penduduk dan sawah mereka, di sini cukup bagus dan tanahnya sedikit tandus, cocok untuk menanam pohon apel, mengingat harga buah-buahan begitu mahal menurutnya.

Nanti dirinya membicarakan ini dengan para petinggi yang lain, Wulan mengajak Althan untuk pulang, hari sudah menjelang sore, di perjalanan keadaan begitu hening dengan aning sore sepoi-sepoi, huh sangat menenangkan, jika begini Wulan jadi teringat keluarganya.

“Aku tak tau kalian selamat apa tidak, tetapi aku berdoa semoga tuhan selalu melindungi kalian.” Batinnya tak mau bersedih, dirinya harus bisa menghibur diri sendiri, mengingat dirinya di sini hanya orang asing yang kebetulan singgah.

Rencana tuhan tak ada yang tahu.

Hari semakin berganti, kedudukan Wulan sebagai duchess semakin dihormati, para bangsawan yang dari jauh pun semakin antusias dengan gaun-gaun keluaran terbaru miliknya, mereka memesan cod seperti di sini, awalnya mereka bingung dan takut tetapi berkata informasi dan penjelasan ramah Wulan akhirnya mereka berani mencoba.

Wulan pun mempersiapkan khusus pengantar paket gaun-gaun miliknya menggunakan prajurit bayangan yang akan nantinya di kirim lalu di titipkan pada penjaga kerajaan yang dituju, dan teruntuk pemesanan Wulan menggunakan burung dan surat lalu di beri stempel khusus kerajaan, jika tidak ada stempel khusus Wulan menganggap itu tipuan.

Pertama kali membuka jasa seperti itu, Wulan sempat was-was tetapi setelah mempertimbangkannya matang-matang akhirnya dirinya pun bisa.

“Duchess, ini ada sebuah surat?” ucap seorang prajurit penerima burung, yang mengantarkan surat.

Wulan membuka gulungan surat tersebut lalu membaca tulisannya, isi surat tersebut adalah sebuah pemesanan gaun dengan stempel Kerajaan yang cukup jauh dari wilayah Copatria, Wulan pernah mendengar tentang kerajaan tersebut yang dimana dirumorkan sebagai kerajaan termiskin di Bathelia.

“Hem …, cukup menarik,” mengingat gaun yang diminta cukup mahal. “Antarkan surat ini pada lady Yuna.” Suruhnya.

Lady Yuna menerima surat tersebut, dan segera mempersiapkannya tak lupa nama beserta alamat yang dituju, ini semua tentunya Wulan yang mengajarinya.

Wulan pergi ke barak pertahanan untuk menemui sang jenderal, Wulan hanya ingin melihat-lihat saja, banyak pedang dan senjata yang sudah tertata rapi.

“Wah …, ini begitu sangat cantik!” kagumnya meneliti setiap pedang yang tertata rapi.

“Ini semua tentunya berkat anda duchess, saya tidak menyangka bahwa anda begitu hebat dalam membuat pedang seperti ini!” kagum salah satu ksatria. “Dan juga teruntuk armor yang anda maksud ternyata itu begitu mempan duchess, saya jadi berharap semoga seluruh prajurit juga bisa mendapatkannya!”

“Saya juga berharap seperti itu ksatria Jovin, dan maka dari itu saya begitu membutuhkan begitu banyak tenaga pemandai besi dan juga seorang ahli sihir hijau!” ungkapnya.

Sihir hijau identik dengan pengobatan dan penyembuhan dan maka dari itu, sebelum pembuatan armor sihir akan dicampurkan dengan besi mentah yang masih diolah, lalu dilakukan pembuatan armor, dan armor yang dibuat oleh Wulan sendiri memiliki level, untuk meningkatkan kekuatan dan kekebalan terhadap serangan lawan.

“Saya sudah menemukan banyak pemandi besi dan banyak lagi tetapi …” perkataannya sempat terhenti, ragu untuk mengatakannya.

“Tetapi kenapa tuan?” tanyanya cukup penasaran.

“Mereka berasal dari tempat budak, duchess.” Jawabnya menunduk.

Wulan menyerngit, apa masalahnya? Dia tak peduli dari mana asalnya, yang terpenting mereka berguna dan tak menyusahkan, Wulan akan langsung mengajaknya bekerja sama!

“Memangnya kenapa? Selagi dia bisa dan berguna, jangan ragu untuk membawanya ke hadapanku! Dan … apa ada lagi selain pemandai besi?”

Mereka sedikit tersentak akan jawaban lugas dari duchessnya ini. “Ee …, nanti saya periksa kembali duchess, sebab tahun ini banyak sekali budak yang belum laku, pengiriman budak dari kerajaan-kerajaan lain begitu banyak!” tukasnya.

Wulan mengangguk tak mau memperpanjang, dirinya harus segera pergi untuk memeriksa lahan pertanian, sebab kata sang pengurus pertanian sebentar lagi mereka akan memasuki musim panen, mereka selalu berdoa agar musim panen mereka tak gagal seperti tahun-tahun yang lalu.

“Jika begitu saya izin pergi, salam untuk kalian!” tukasnya.

“Salam juga untuk yang mulia duchess!”

.

.

Terpopuler

Comments

Sena Ayumi

Sena Ayumi

behh bukan apa ya mnerima budak dari negara lain tkutnya ada mats2 yg iri. jdi maau buat kacau..

2024-05-22

0

Cty Badria

Cty Badria

LG dong

2024-04-19

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!