Desain Gaun

Setelah seharian berkutat dengan kertas dan kuas Wulan memandang puas pada desain gambar gaun yang dirinya buat, sangat amat bagus. “Althan tolong panggilkan pelayan Dahlia?” pinta Wulan menatap pengawal pribadinya yang kini selalu ikut serta membantunya dengan antusias.

“Baik duchess.”

Beberapa menit kemudian. “Salam dewa menyertai anda yang mulia duchess.”

“Salam untukmu Dahlia,” senyum Wulan. “Dahlia aku memintamu datang ke sini untuk dimintai tolong, apakah bisa?”

Dahlia tersenyum canggung duchessnya ini. “Bisa duchess,”

Wulan tersenyum. “Kalau begitu, tolong kirimkan kertas ini pada penjahit Yuna, ini atas permintaan langsung dariku,” ujarnya menyerahkan sebuah gulungan kertas.

Dahlia maju lalu mengambilnya dan membungkuk bermaksud untuk pergi, Althan menatap sekilas pelayan tersebut lalu kembali pada duchessnya yang kini tampak tersenyum cantik.

“Ada apa Althan?” tanyanya.

Althan tersenyum canggung karena kepergok. “Tak apa duchess, saya pamit undur diri.”

Tentang penjahit Yuna, darimana Wulan tahu? Tentu dengan banyaknya telinga yang dirinya punya dia bisa tahu sebagian orang-orang penting di wilayah Copatria ini, penjahit Yuna adalah seorang penjahit gaun yang begitu bagus bahkan jahitan gaunnya sudah sangat terkenal, tetapi sayang semenjak kematian Duke Almod semuanya berubah, dan kini demi menyambung hidup penjahit Yuna rela melakukan perjalanan jauh untuk pergi menjahit ke setiap wilayah dengan bayaran yang tak seberapa, ditambah dengan rawannya para bandit yang siap mengambil hasil mereka.

“Ada apa lagi Althan?” tanyanya bingung.

“Maaf duchess, di depan ada seseorang yang tengah mencari anda dengan bawaan rumput yang begitu aneh!” Ucap Althan.

Wulan berpikir sejenak, dia ingat bahwa dirinya pernah menyarankan sepasang paruh baya untuk menanam kubis dan diperbesar menggunakan sihir penumbuh. “Wah, aku tidak menyangka hasilnya akan secepat ini!” serunya begitu senang.

Sesampainya di depan dirinya dibuat terkejut dengan hasilnya yang begitu nyata dan memuaskan, sebagai orang di era modern tentu dirinya sedikit terkejut, kubis itu benar-benar cepat tumbuh dalam waktu kurun satu Minggu?

“Oh may God!” serunya mengambil kubis yang sebesar kepala manusia. “Bibi ini begitu cantik dan bagus!” senyumnya tak pernah luntur.

“Benarkah duchess?” tanya wanita paruh baya itu, pasalnya dirinya sempat takut pertama kali kubis itu berbentuk, bulat dia kira cara tanamnya salah sehingga bisa bulat begitu.

“Oh tentu, lihat ini sama besarnya dengan kepalaku?!” Wulan menyandingkan kepalanya dengan kubis membuat para pelayan yang berada di sana menutup mulut akan kelakuan duchessnya yang begitu lucu.

“Duchess sudahlah.” Ucap mereka menahan senyum.

“Apa memang benar kan?” sahut Wulan seperti anak kecil melirik mereka semua. “Althan kemari lah?”

Althan mendekat. “Ada yang bisa saya bantu duchess?”

Wulan mendongak, ck! Dia baru menyadarinya jika dirinya begitu pendek. “Menunduklah Althan aku tidak sampai!”

Althan merendahkan dirinya, sehingga dirinya dibuat terkejut akan perlakuan duchessnya ini, yang dimana Wulan menaruh kubis sebesar kepala itu ke atas kepalanya.

“Lihat? Bahkan kubis ini begitu besar dibandingkan dengan kepala pengawalku ini.”

“Ya tuhan, duchess ini terlalu lucu!” Batin mereka merona, di tambah pengawal Althan juga tampan, membuat pelayan muda disana sedikit merona.

Begitu juga dengan Althan yang memerah malu, pipinya sangat menggemaskan sayang sekali Wulan tak menyadarinya.

.

.

Malam harinya Wulan menghidangkan masakan sayur kubis yang dirinya masak, sempat-sempat mereka sedikit ragu, sebab ini seorang duchess turun langsung memasak di dapur yang kotor, sungguh keajaiban yang luar biasa.

“Cobalah aku jamin kalian pasti akan menyukainya!” senyum Wulan.

Mereka tampak ragu-ragu untuk mencicipinya. “Duchess ini sungguh enak, bahkan hasil olahan jurus masak kastil saja kalah!” serunya, mereka yang berada di sana mengangguk setuju.

“Aku baru tahu bahwa, rumput bulat ini bisa dimasak!” celetuk Althan begitu lahap mencoba masakan duchessnya ini.

“Ck, bukan rumput Althan tapi kubis, atau sayur kol! Ingat rumput dan sayuran itu beda, sayuran tidak akan enak jika cara kalian mengolahnya tidak benar, nanti kapan-kapan aku akan memperkenalkan kalian dan manfaat beserta kegunaan sayur-sayuran pada tubuh!”

“Hehe maaf duchess.” Cengir Althan nampaknya sudah tidak canggung lagi.

“Baiklah-baiklah kalian tolong bawakan juga ke meja makan, sebentar lagi pangeran Hansel akan datang untuk makan malam,”

“Baik duchess.”

“Oh satu lagi, jika kalian suka sisihkan saja sedikit,” tukasnya memandang mereka.

“Tak usah duchess, kami tidak berani, takut pihak pangeran Hansel mengetahui!” jawab mereka menunduk lalu segera menghidangkan sayur kol yang telah di masaknya.

Sebagai bentuk kehormatan kepada pangeran Hansel, Wulan duduk menemani sang pangeran makan seorang diri, karena tak mungkin para prajurit yang lain ikut bergabung.

“Bagaimana dengan hidangannya pangeran? Maaf jika hidangannya sedikit kami terlambat untuk memasak makan malam,” ucap Wulan sembari bertanya sedikit.

“Tidak buruk, tetapi aku suka dengan yang ini, rasanya aku baru pertama kali memakannya!” Pangeran Hansel tak ragu untuk menjawab, entah kenapa dirinya sedikit suka dengan pembawaan duchess Athenia yang ini daripada yang dahulu, terlalu pemalu.

“Syukurlah, izin menjawab pangeran ini adalah kubis yang dikirimkan oleh kedua pasangan paruh baya tadi siang, jika yang ini namanya sup sawi putih, saya merasa terhormat jika pangeran suka dengan hidangannya.” Senyum Wulan begitu anggun bahkan cara menunjukkannya sangat elegan.

“Sial, wanita ini sekalinya berubah membuatku sakit jantung!” Batinnya membuyarkan pikirannya.

“Khem sudahlah, ada hal yang lebih penting yang harus aku tanyakan, bagaimana kelanjutan wilayah Copatria ini duchess Athenia?” tanyanya.

Wulan tersenyum. “Yang jelas saya akan membangun wilayah Copatria ini agar semakin maju, mungkin keterdengarannya sangat mustahil bagi anda, tetapi bagi saya sebagai pemimpin menggantikan ayah saya, saya akan pasti akan berusaha keras untuk wilayah ini! Bahkan jika itu dengan nyawaku sendiri!”

Pangeran Hansel terdiam menatap penuh ketertarikan pada gadis yang dulunya sangat dirinya benci lantaran begitu bodoh dan pemalu, tetapi kali ini melihat keseriusan dalam tekad gadis itu membuatnya tertarik.

“Jika begitu saya pamit undur diri pangeran, malam juga semakin larut.” Ujar Wulan lalu berdiri pergi dari ruangan makan yang begitu luas.

Terpopuler

Comments

Cty Badria

Cty Badria

thor jgn lm donk up ny....saya suka ceritany kl bs up setiap hari

2024-03-14

1

Ddyat37 Del*

Ddyat37 Del*

waduh x sabar Thor lanjutnya aku bagi vote ya agar makin semanggat 😘😘😘

2024-03-13

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!