Sebuah kereta kuda berjalan masuk kedalam sebuah wilayah sempat berhenti sebentar. “Apa yang kau lakukan? Kau menghalangi jalan pangeran!” Sentak prajurit istana yang dari baju zirah nya pun berbeda besi hitam baju warna merah tuan beserta lambang kerjaan di dada kiri.
“Kami hanya melakukan tugas, mohon maaf pangeran!” ucap prajurit dari pihak wilayah selatan yang di pimpin oleh duchess Athenia atau Wulan.
Para prajurit istana merasa terganggu akan itu tetapi melihat sang pangeran yang biasa saja akhirnya mereka mengalah, setelah melakukan pemeriksaan beberapa menit dan tak ada barang mencurigakan akhirnya sang pangeran berhasil masuk, perlakuan mereka cukup berani tetapi ini kebijakan baru yang sudah di sebarkan oleh sang duchess sendiri.
“Sebelum saya berangkat ke selatan, malam ini saya akan memberikan sebuah surat kebijakan untuk wilayah kita, setiap ada yang masuk ke wilayah kita wajib melakukan pemeriksaan walaupun itu dari pihak istana sekalipun!” tegas Wulan berdiri di panggung kecil di tengah lapangan.
“Bukankah itu terlalu berlebihan duchess?” tanya sang jendral menyela.
“Tidak ada yang berlebihan jendral, ini demi kebaikan wilayah kita, jika ada barang mencurigakan atau tidak punya identitas maka mereka di tolak untuk masuk ke wilayah ini!” tekan Wulan. “Jikapun itu sang raja sekalipun, ingatlah jendral musuh itu tidak jauh melainkan selalu dekat dengan kita tanpa kita sadari!”
Begitulah petuah yang Wulan berikan sebelum berangkat ke daerah selatan, rute menuju kerajaan berada di sisi Utara sebelah gunung Putih Liwh.
Dari dalam kereta Althan berbicara. “Duchess bukankah kita menyambut sebentar saja kedatangan sang pangeran?” tanya Althan.
“Jika sudah di sambut baik oleh para pelayan dan prajurit itu sudah cukup, jangan menyita banyak waktu, ingat Althan waktu adalah emas kita tidak bisa mengejar waktu!” ucap Wulan dengan Althan yang hanya diam.
Empat puluh lima menit akhirnya mereka sampai di daerah selatan yang begitu kering kerontang dan begitu bau, sebab sampah yang berada di pesisir pantai tersebut begitu banyak dan bau.
Langsung saja Wulan pergi ke balai desa dan di sambut oleh mereka dengan baik. “Salam duchess Dewi selalu memberkati anda!”
“Salam.”
Mereka duduk lalu meminum teh sejenak. “Anda pasti sudah tau bukan dengan maksud kedatangan saya ke sini?” tanya Wulan.
“Sudah di duchess!” jawab sang Baron.
Wulan terdiam sejenak, jika di pikir-pikir mereka pasti tidak mau untuk ikut membersihkan tumpukan sampah yang menumpuk di tepi pantai, Wulan berpikir lagi, andai ada sihir seperti kebanyakan para time travel lainnya yang bisa memiliki skil dan kekuatan. “Hah …,”
“Ada apa duchess, anda terlihat begitu tidak tenang?” tanya sang Baron, begitu berani.
“Di dunia ini apakah ada sihir?” gumam Wulan tak sengaja.
Mereka yang berada di sana saling melirik satu sama lain. “Duchess di dunia ini pasti ada sihir, sihirpun memiliki tingkat masing-masing, seperti Silver, Master, Grand Master dan Gold, keempat ini adalah tingkat kekuatan sihir, dan pemiliknya pun memiliki sihir yang berbeda-beda seperti, api, air, tanah, penumbuh, dan segala macam.
Wulan yang mendengar itu semakin antusias, apalagi mendengar sihir penumbuh? Ya tuhan jalan untuk dia sukses semakin terbuka lebar saja!
“Jika begitu, kumpulkan semua para warga, yang mempunyai sihir api suruh untuk menghadapku, mereka yang punya sihir harus di jaga dan di lestarikan!” gumam Wulan.
“Lalu bagaimana dengan yang tidak mempunyai sihir duchess?” tanya Althan pelan, dia takut sang duchess mengambil keuntungan di atas penderitaan rakyat.
“Tentu mereka harus di lindungi, maksudku, bagi yang mempunyai sihir mereka akan ku pekerjaan di tempat yang layak dan tentu dengan gaji yang besar, sedangkan untuk yang tidak mempunyai sihir mereka juga akan bekerja tetapi tidak terlalu berat, mungkin kalian menganggap ucapan ku ini hanya sebatas omong kosong, tetapi jika kalian mau aku akan berusaha untuk membangun wilayah ini lebih hidup dan makmur!” ucap Wulan penuh tekad, tanpa sadar ucapannya itu terdengar luas oleh para warga yang berdatangan.
“Jika itu demi kebaikan kami semua, kami sanggup duchess, kami akan mencoba untuk mempercayai anda sekali lagi, kami tidak tahan harus hidup seperti ini terus!” ucap salah satu warga, membuat Wulan sedikit terkejut.
Wulan tersenyum haru bahkan menitikkan air matanya. “Kalian begitu berhati mulia, aku jadi semakin semangat untuk memimpin wilayah ini, maaf jika dulu aku begitu mengacuhkan kalian!” ucap Wulan membungkuk di hadapan para warga membuat para warga terbelalak kaget.
.
.
“Salam yang mulia pangeran, dewa menyertai anda.”
Sambut para pelayan di kastil Duke Almod, begitu juga dengan para prajurit, pangeran Hansel hanya acuh menatap sekitar seolah mencari seseorang, tetapi tidak ada yang menonjol mereka semua para pelayan semua.
“Mati pangeran, saya akan menunjukkan kamar anda?” Ucap pelayan tersebut di ikuti oleh lima prajurit yang membantu membawa barang bawah sang pangeran.
Sedangkan Hansel dia hanya sibuk berpikir, bagaimana rupa anak dari mendiang Duke Almod? Kenapa tidak menyambut dirinya? Aneh, dirinya baru kali ini di acuhkan oleh tuan rumah!
“Kemana duchess mu pergi, kenapa dia tidak menyambut ku!?” tanya pangeran Hansel, menurutnya ini seperti penghinaan pada keluarga Kerajaan.
“Maaf pangeran, duchess kami pergi mengunjungi wilayah selatan untuk beberapa hari, jadi beliau tidak sempat untuk menyambut kedatangan anda.”
“Ya sudah pergilah!” usirnya.
“Hah, gadis bodoh itu membuatku kerepotan saja!” dengusnya, menurutnya anak mendiang Duke Almod begitu bodoh dan merepotkan dirinya yang harus jauh-jauh dari istana ke wilayah ini hanya untuk membantunya.
.
.
Pagi berganti siang, pantai yang begitu kotor kini sudah cukup bersih, Wulan pun harus rela memasak dua kali untuk mereka dengan di bantu oleh para warga, mereka lagi-lagi terkagum akan duchess mereka, mereka sempat berpikir jika itu hanya akal-akalan untuk menarik simpati mereka, tetapi jika di lihat dari gurat wajah sang duchess tidak juga.
“Jika pantai ini sudah bersih total, saya akan memberikan kalian saran untuk mengelola pantai ini, karena apa, pantai juga bisa menghasilkan pundi-pundi uang!” senyum Wulan pada para penyihir api dan air, mereka masih tingkat silver.
“Apakah itu mungkin duchess?” tanya mereka, mereka tidak canggung lagi untuk bertanya bahkan bertegur sapa, tetapi mereka juga masih ingat batasan. "Mengingat tidak ada orang luar yang mau datang berkunjung ke wilayah kami." ucapannya dengan nada pesimis.
“Bisa! Wilayah ini akan semakin berkembang dan akan banyak pengunjung yang akan datang untuk berlibur, di tambah pantai ini begitu bagus dan bersih air yang jernih, maka dari itu kalian harus menjaga pantai dan ikan-ikan di sini, dengan cara …?” tanya mereka yang saling melirik.
“Tidak membuang sampah sembarangan! Kalian mungkin tidak tau bahwa sampah itu sangat berbahaya, bisa menyebabkan virus dan bakteri!” ucap Wulan.
“Duchess virus dan bakteri itu apa? Aneh sekali.”
Wulan tepuk jidat.
“Alamak!”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 40 Episodes
Comments
Anita Jenius
Semangat thor..
5 like buatmu. lanjutin lagi ceritanya ya
2024-04-20
1
Ddyat37 Del*
semanggat thor ku tunggu lanjutnya 💪💪💪 ku bagi kopi ya
2024-03-03
1