Empedu Beracun

Wulan begitu sibuk membolak-balik kertas usang kiriman dari para kepala desa, yang begitu banyak dengan isian keluhan beserta rasa terimakasih atas sarannya, tampak sangat memusingkan.

“Huh, cukup melelahkan hidup di zaman batu ini!” gumamnya merapikan kertas-kertas penting itu, dirinya harus segera beristirahat, sebab besok ada banyak hal yang harus dirinya urus, mulai dari pembangunan toko gaun miliknya, lalu pergi berkeliling sejenak untuk melihat perkembangan lingkungannya, dan mengecek pembuatan baju zirah yang akan dilapisi oleh radiant armor, mereka akan sedikit digabungkan, serta pembuatan busur panah dan senjata lainnya, para pekerja ditambah berkali lipat.

“Bagaimana hari ini Althan?” tanyanya dengan memegang sebuah pisau hasil karya pemandi besi miliknya.

“Baik yang mulia duchess, belakangan ini begitu tentram, bahkan para pedagang di wilayah lain mulai tertarik untuk datang berbisnis ke wilayah kita!” jawabnya.

Wulan mengangguk cukup puas, dirinya berkeliling melihat sekumpulan bunga mawar berwarna pink yang cukup lebat di samping kastil, bahkan bunganya banyak yang berguguran. “Kau tahu Althan, bunga cantik ini tidak hanya menjadi hiasan semata saja, tetapi banyak kegunaannya,” ucapnya memetik salah satu bunga mawar tersebut.

“Memangnya bisa di gunakan untuk apa saja duchess?” tanya Althan begitu penasaran, huh jika sang duchess sudah bertanya seperti itu pasti ada hal besar.

Wulan melihat bunga mawar tersebut. “Manfaatnya begitu banyak, bisa menyehatkan kulit, bisa dijadikan vitamin, bahkan di makan pun bisa.” Senyumnya.

Althan menatap berbinar pada bunga mawar tersebut. “Apakah itu sangat benar duchess?” tanyanya.

Wulan yang menatap Althan penuh binar pada bunga mawar tersebut malah tersenyum pongah. “Tetapi Althan jika kamu tidak tahu cara mengolahnya jangan coba-coba, itu bisa beracun untukmu!” desisnya lalu berjalan keluar.

.

.

Wulan berjalan berkeliling kota Copatria yang sungguh bagus dan mulai mengalami peningkatan, bahkan harga jual beli mulai stabil tidak terlalu melonjak seperti bulan kemarin.

Wulan melihat pedagang ikan di pasar, yang sangat memprihatinkan menurutnya. “Paman, kapan ikan-ikan ini datang?” tanyanya, kini bahkan menjadi pusat perhatian.

“Kemarin duchess,” jawabnya sedikit gugup.

Wulan menunduk, dan mencium bau amis khas ikan, tetapi ada yang berbeda. “Althan, tolong panggilkan penyihir Danzi?” titahnya.

“Se-sebenarnya ada apa dengan ikan-ikan yang saya jual ini duchess?” tanyanya dengan gugup.

“Bukan apa-apa paman ada hal yang mengganjal saja!”

Seorang pria bernama Danzi datang memberi hormat kepada Wulan, lalu dengan sekali lirikkan dirinya tahu bahwa duchess muda ini membutuhkan sihir pelacak miliknya.

Danzi segera memeriksa ikan-ikan tersebut, benar ada aura aneh yang dirasakan. “Empedu beracun tingkat C!” ucapnya cukup terkejut.

“Maksudnya?” tanya Wulan, sial dunia barunya ini begitu banyak yang tidak dirinya ketahui.

“Empedu beracun tingkat C, adalah racun pencahar yang bisa membuat penderita mengalami kejang-kejang untuk beberapa waktu, dan racun ini biasanya ditaruh pada insang ikan.” Jelas Danzi, mereka yang berada di sana cukup terkejut.

Wulan mendesah lelah, sepertinya dirinya akan meningkatkan keamanan wilayahnya ini. “Bawa semua ikan-ikan ini ke kastil, dan kamu!” tunjukkan pada seorang prajurit tingkat. “Tanyakan pada paman ini sedetail mungkin siapa orang yang telah berani mengusik wilayahku ini!” desisnya.

Wulan juga telah menyerahkan uang kompensasi untuk paman pedagang ikan itu.

Para rakyat yang berada di pasar itu cukup terkejut dan begitu kagum akan sosok duchess manja mereka yang kini berubah menjadi begitu tegas dan berwibawa.

.

.

Dua hari lagi, hari pelantikan pangeran Hansel, dan hari ini Wulan akan berangkat ke kerajaan Varmix untuk menghadiri acara tersebut. Dengan otak licik miliknya dan demi keberlangsungan bisnis miliknya. Wulan membawa banyak sekali hadiah, mulai dari gaun untuk putri Grizelle dan baju zirah untuk pangeran Hansel tentu ini ekslusif untuknya.

Tak lupa pula, sabun batang yang dua hari lalu dirinya buat dari kelopak mawar, dirinya dibantu oleh beberapa penyihir di kastil sehingga pembuatnya berlangsung cepat. “Hadiah yang anda bawa begitu banyak duchess.” tukas Dahlia yang ikut di dalam kereta kuda.

“Demi bisnis Dahlia, kamu pasti akan mengerti, jika mereka suka dengan hadiah yang aku berikan, otomatis mereka akan menanyakannya ‘’dari mana kamu mendapatkan barang sebagus ini?”

Dahlia mengangguk seolah mengerti, otak duchessnya begitu encer, bahkan perlakuannya pun sulit sekali ditebak, tetapi dia suka dengan karakter duchessnya yang seperti ini.

Setelah empat jam perjalanan akhirnya rombongan Wulan tiba di kediaman istana, tidak begitu banyak orang yang menyambut kedatangannya, hanya sebagian, tetapi yang namanya Wulan mah bodo amat.

Malam harinya saat Wulan tengah beristirahat seorang pelayan datang mengabarkan bahwa tamu undangan disuruh menghadap yang mulia raja untuk melakukan perjamuan makan malam. “Dahlia bantu aku mengenakan gaun ini, dan jangan lupakan hiasi rambutku sebaik mungkin!” perintahnya, oh ayo lah omongan anak bangsawan di sini begitu pedas mengalahkan pedasnya netizen Indonesia.

Ditambah dengan rumornya yang memang sedikit tidak baik.

Seorang prajurit meneriaki kedatangannya yang memasuki aula ruang makan yang kini telah diisi oleh banyaknya para bangsawan yang ikut, mereka menatap Wulan dengan pandangan yang berbeda-beda, apalagi dengan para gadis yang merasa iri akan kecantikan dan kemewahan yang Wulan kenakan.

“Salam yang mulia raja dan ratu, dewa dan dewi memberkati yang mulia, maaf atas keterlambatan saya!” bungkuknya begitu sangat anggun dan berwibawa, mereka bahkan melupakan rumor gadis manja tak becus menjadi seorang duchess.

“Tak masalah, silahkan duduk!” titahnya menatap sulit pada gadis itu, perubahan yang sangat pesat!

Acara makan malam di mulai, banyak para anak bangsawan laki-laki yang mencuri-curi pandang kepada Wulan yang kini tengah makan dengan begitu anggun, sehingga sebuah suara mengalihkan atensi mereka.

“Bukankah anda adalah seorang duchess di Copatria itu bukan?” tanya seorang gadis cantik, menatap lembut pada Wulan.

Wulan tak merespon dia hanya melanjutkan acara makannya.

“Dasar tidak sopan! Berani sekali mengacuhkan anak seorang grand duke!” sinis seorang gadis lainnya.

Kini atensi mereka sepenuhnya pada ketiga gadis itu, bahkan sang raja dan ratu diam melihat, apakah akan terjadi keributan besar?

Wulan mengelap bibirnya dengan anggun, lalu melirik sekitarnya sekilas. “Khem, bukankah lebih tidak sopan lagi jika mengajak orang lain berbicara saat makan?” tanyanya menumpukan tangannya. “Lihatlah, bahkan mereka yang hendak makan dengan tenang harus keganggu dengan pertanyaan yang tak bermanfaat mu itu!”

Putri grand duke itu mengepalkan tangannya di bawah meja makan, sial baru kali ini ada yang berani menjawab pertanyaan.

Sebagian yang berada di sana merasa setuju dengan ucapan terakhir duchess Athenia itu. “Mohon maaf menyela, tetapi benar apa kata duchess Athenia, sangat tidak sopan jika melontarkan pertanyaan di saat yang lain tengah makan, jika saya sarankan lebih baik pertanyaan seperti itu harus ditahan dulu, hingga acara makan malam kami berhenti.” Sela seorang anak bangsawan Marquez, laki-laki manis itu begitu tegas mengatakannya.

Wulan mengangguk sekilas menatap wajah masam tak mengenakan milik putri seorang grand duke. “Ck, gak disana gak di sini, para gadis-gadis membosankan ini selalu saja merasa tersaingi.” batin Wulan jengkel.

GAYA RAMBUT ATHENIA/WULAN

Terpopuler

Comments

Ddyat37 Del*

Ddyat37 Del*

Thor up yg banyak ya

2024-03-29

1

Ibuk'e Denia

Ibuk'e Denia

up nya tambahin dong thor

2024-03-29

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!