2. Waw.

Seperti halnya kepala daerah atau kepala kampung, kini para Baron dan Viscount beserta Knight yang kini sudah datang ke kediaman sang duchess yang tiba-tiba sekali mengundang mereka.

“Ada apa dengan duchess bodoh itu? Mengganggu malam nikmat ku saja!” dengus salah satu Viscount yang kini mengusap jenggot panjangnya.

“Entahlah, menyebalkan sekali memang!” sahut mereka lalu masuk ke sebuah ruangan, mereka berenam sudah disambut dengan wajah datar tanpa ekspresi milik duchess Athenia atau si Wulan.

Tanpa memberi rasa hormat mereka langsung duduk di kursi masing-masing menatap malas pada duchess Athenia. Sehingga decakan kesal terdengar cukup keras. “Apakah begini cara orang rendahan bertemu dengan sang penguasa?” sindir Wulan membuka lembaran kertas coklat tempat laporan yang sudah dirinya dapatkan.

“Ada apa nona memanggil kami ke sini? Mengganggu sekali!” desisnya di akhir kalimat.

“Ada apa? Apakah anda keberatan dipanggil ke sini Viscount Deriel?” tanya Wulan.

“Sangat nona, anda begitu mengganggu waktu saya!” dengusnya dengan berani, mereka tidak takut dengan duchess muda ini, memangnya duchess muda ini bisa apa?

Wulan mengangguk singkat. “Baiklah jika begitu. Althan serahkan surat yang sudah saya siapkan, suruh mereka semua menandatanganinya!?” titahnya menatap mereka dengan pandangan remeh.

Mereka berenam tanpa membaca surat tersebut langsung saja menandatanganinya dengan malas. “Kena kau tikus-tikus sialan!” batin Wulan menyeringai sadis.

“Mulai besok posisi kalian bukan lagi seorang Baron, Knight ataupun Viscount karena kalian sudah setuju untuk keluar dari semua ini,” senyum Wulan menunjukkan kertas tersebut. “Kalian tidak bisa membantah sebab stempel Kerajaan sudah tertempel di sini!” Senyum Wulan begitu jahat lalu pergi meninggalkan mereka berenam. “Satu lagi, setiap penghasilan kalian akan di setor ke dalam keuangan wilayah untuk melunasi hutang kalian selama ini!” Seringai Wulan.

Brak ….

“Apa-apaan ini duchess, anda begitu lancang telah menipu kami! Apa kau ingin mati di tangan yang mulia raja karena telah berani menipu dan mempermainkan kami seperti ini, hah!” teriak seorang Baron menatap tajam duchess Athenia yang hanya tersenyum remeh lalu pergi dengan beberapa pengawalnya.

Mereka berenam menggeram begitu kesal sebab sudah di tipu oleh bocah ingusan itu, mereka tak menyangka akan seperti ini, bisa-bisa miskin mendadak.

“Sialan!”

.

.

Wulan pergi menemui jenderal Gariel yang kini sudah menunggunya di dalam ruang kerja miliknya. “Salam duchess!” Salam jendral Gariel begitu hormat kepadanya, tetapi bukan berarti dirinya gila hormat, terkadang itu bentuk sindirannya untuk orang yang tak tau malu, istilah anjing menjilat tuannya sendiri.

“Salam juga untukmu jendral Gariel.” Tukas Wulan. “Saya memanggil anda ke sini untuk urusan ini jendral,” tutur Wulan menyerahkan sebuah kertas yang sudah tertulis rapi oleh Wulan sendiri. “Anda tinggal mengaturnya setelah semuanya sudah datang, mulai saat ini kau jangan sungkan untuk mengatakan sesuatu jika ada yang kurang di kastil ini, sebab mulai sekarang saya akan mengambil alih semuanya!” tukas Wulan panjang lebar yang di tatap terkejut oleh jendral Gariel.

Jendral Gariel sedikit tidak percaya dengan anak sahabatnya ini, yang dulunya begitu bodoh sehingga banyak kerugian yang telah dibuatnya. Namun sekarang duchess muda yang itu kini seolah berubah seratus persen.

“Kapan anda memesan semua ini duchess? Maaf jika saya merepotkan anda,” sesal jendral Gariel sebab telah merepotkan sang duchess.

“Anda tidak perlu tau jendral, anda hanya tinggal mengurusnya saja, dan satu lagi besok para pelayan baru akan masuk, saya minta tolong dengan salah satu prajurit mu untuk menyeleksi mereka, agar kualitas di kastil ini tidak suram seperti dahulu!” pungkas Wulan meminum tehnya.

“Baik duchess, jika begitu saya izin untuk berpamitan!?” jawab sang jendral lalu bangkit dan pergi tak lupa berpamitan juga dengan keponakannya yang menjadi pengawal pribadi duchess yang tak lain si Althan.

Setelah dirasa semuanya beres, Wulan kembali memeriksa peta wilayah selatan yang kini di urusnya, total ada enam desa dengan sembilan ratus penduduk dari masing-masing desa. “Sebelah Utara gunung Putih Liwh yang begitu cantik namun tak terurus.” Gumamnya lalu melihat ke sebelah barat yang hanya diisi pegunungan tandus dan beralih ke selatan yang kini di isi oleh pantai yang cukup indah namun tercemar oleh mereka yang tak bisa menjaga lingkungan.

Beralih ke timur ada sebuah sungai yang mengalir dari gunung Putih Liwh ke timur sehingga mencipta air terjun yang begitu tinggi, sebab di wilayah Utara dan Timur bisa di bilang pegunungan tinggi dan curam namun begitu indah. “Bodoh jika tak memanfaatkan semua ini, sulit jika tak mau berusaha, selagi bisa kenapa enggak!” Gunanya menatap penuh rencana pada peta tersebut, dia akan menjadikan wilayah ini paling populer dan terkenal, dia akan membuka pusat bisnis dan industri di wilayahnya ini.

Wulan sudah banyak mendapatkan surat laporan dari masyarakat yang mengeluh atas kepemimpinannya yang tak becus, maka dari itu dirinya akan merubahnya mulai sekarang.

.

.

“Pangeran anda mendapatkan panggilan dari yang mulia raja?” Ucap seorang pengawal.

Pangeran tersebut bangkit dari duduknya lalu pergi keruangan ayahandanya. “Salam ayahanda dewa dan dewi selalu memberkati.”

“Sudah-sudah bangunlah anakku,” titah sang raja tersenyum dengan wajah yang sedikit keriput di makan usia. “Ayah hanya ingin berbicara sedikit denganmu anakku,” tukas sang raja menatap sendu ke arah pangeran yang sebentar lagi akan diLantik menjadi putra mahkota.

“Saya tau ayahanda tidak suka berbelit-belit untuk mencari topik pembicaraan, jadi …?” tutur sang pangeran yang sudah mengetahui watak sang ayahanda.

Sang raja tersenyum culas menanggapi perkataan sang anak. “Baiklah-baiklah, ayah hanya ingin menyampaikan langsung bahwa sebelum hari pelantikan mu tiba, ayah akan mengirimmu ke wilayah selatan, sebab di sana sudah terjadi banyak perubahan semenjak kematian sang Duke Erasmus, jadi ayah mengutusmu untuk membantu anaknya di sana.”

Hansel pria tampan itu menyerngit tidak suka. “Kenapa tidak orang lain saja ayahanda?” tolak Hansel, dirinya begitu malas untuk datang ke wilayah kumuh tersebut, satu tahun terakhir dirinya ke sana keadaan benar-benar kacau semenjak meninggalnya sang Duke tersebut.

“Ayah hanya ingin melihat kinerja mu sebelum kau diLantik untuk memegang satu wilayah anakku.” Jawab sang raja tersenyum lalu pergi dari ruangan tersebut.

Hansel mendesis kesal.

Terpopuler

Comments

Defrin

Defrin

keren....
ayo thor beri gebrakan pada Wulan

2024-05-19

1

Alfaris Crispy

Alfaris Crispy

mc nya bagus satset....ga cm makan tdr n main doang...biarpun transmigrasi

2024-03-30

3

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!