Selesai dengan acara makan malam yang cukup mengesalkan kini Wulan beralih ke kamarnya, malam seperti sebelumnya cukup membuat kepala sakit tak tertolong dengan nada beserta ocehan para tetua itu.
“Selamat malam yang mulia duchess saya undur diri!” ucap Dahlia lalu pergi setelah menutup pintu kamar tersebut.
Wulan merebahkan dirinya, di saat-saat seperti ini semua pikiran gila dan ide-ide yang tak masuk akal menyeruak masuk di otaknya. “Huh …, mungkin ini yang dirasakan oleh seorang pemimpin negara, tidak bisa tidur dengan nyenyak memikirkan para rakyatnya yang harus seperti ini dan itu!” gumamnya. “Padahal aku cuma jadi seorang duchess, ya lumayan bikin otak pusing!”
Hari esoknya dia akan langsung pulang ke Copatria, sebab ada yang harus dirinya urus, seperti mengajari cara mengola teh dengan benar, sebab jika di pikirkan zaman-zaman seperti ini, para bangsawan kelas atas sangat menyukai yang namanya minum-minum teh, apalagi bangsawan wanita!
Oke kita tidur terlebih dahulu!
.
.
Di sebuah ruangan terlihat dua orang putra mahkota duduk menikmati sebuah arak untuk menyambut pengangkatan gelar mereka yang beberapa jam lalu telah berganti.
“Kamu tahu kakak sepupu?” tanyanya. “Dia terlihat begitu tidak cocok dengan sifat dinginnya itu!”
Hansel meletakkan gelasnya. “Memangnya siapa yang kamu maksud?” tanyanya balik.
“Ck …! Apakah kamu lupa, yang ku maksud itu dia–”
Bruk!
Ck. “Malah pingsan!” desisnya lalu pergi meninggalkan putra mahkota Georgio yang sudah terkapar pingsan, Hansel tak peduli toh nanti juga para pengawalnya akan mengurusnya.
Dirinya berjalan di tengah gelapnya malam, semuanya tampak lenggang tidak ada para pelayan yang beraktivitas, huh ini membuatnya sedikit nyaman, sehingga dirinya menyerngit bingung kenapa dirinya bisa berjalan sejauh ini dan sudah berada di depan halaman penginapan para bangsawan yang datang ke pelantikannya.
“Kenapa bisa ada di sini?” gumamnya mengetuk kepalanya sebentar, siapa tahu dirinya kepalang mabuk? Tapi tidak.
Suara pintu kayu terbuka, dan menampilkan sesosok gadis cantik dengan gaun tidur yang begitu membuat para lelaki ingin melahapnya.
“God!”
“Apa yang anda lakukan di sini putra mahkota?” tanyanya dengan wajah kusut khas orang tidak puas tidur.
Hansel menggelengkan kepalanya menghalau pikiran jeleknya. “Dan apa yang kamu lakukan dengan gaun seperti itu duchess!?” geramannya yang sungguh menakutkan.
Birahinya sebagai lelaki naik seratus persen dengan hanya melihat tubuh molek milik gadis cantik di depannya ini, ya dewa, apakah ini yang dirasakan oleh para lelaki normal itu? Pikirnya.
Wulan menelisik gaun tidurnya yang berbahan satin. “Sial, pake lupa segala lagi!” rutuknya dalam hati melirik sekilas pada putra mahkota Hansel yang kini menatapnya dengan lapar. “Tolong kondisikan penglihatan anda putra mahkota!” tegurnya lalu pergi masuk demi menghindari bahaya yang akan datang.
Hansel merasakan bawahnya mengeras dan ngilu. “Ck! Apa yang harus aku lakukan?” gumamnya melirik miliknya yang sudah bangun.
Solo?
.
.
Keesokan paginya para bangsawan tak dibiarkan untuk pulang langsung, sebab kaisar Jayden mengajak mereka untuk melihat-lihat kerjaan yang dipimpin oleh raja Damian, mulai dari lingkungan dan beserta pertaniannya, semua pengawal sudah siap untuk memandu dan menjaga mereka.
Teruntuk Wulan, dia sungguh sangat kesal sebab acara kepulangannya tertunda di tambah dirinya begitu malu dengan kejadian semalam, pipinya sudah semerah tomat. “Ya tuhan, tolong jauhkan aku dari manusia satu ini!” batinnya begitu tak karuan.
Mereka sampai di sebuah lapangan dan menatap luasnya sawah yang ditanami oleh gandum, Wulan tak heran sebab pada zaman ini gandum menjadi bahan pokok utama makanan, untuk beras? Masih terbilang langka di zaman ini.
“Tanaman ini begitu subur, semoga dewi alam selalu memberi berkah terhadap kita,” ucap kaisar Jayden menatap bangga pada anak wilayahnya ini.
“Ameen yang mulia!” mereka serentak.
“Izin bertanya yang mulia, tempat itu untuk apa?” tanya Wulan begitu penasaran dengan danau kolam yang begitu banyak ditumbuhi tumbuhan liar.
Mereka melirik sekilas ke arah Wulan yang mengajukan pertanyaan.
“Itu tempat sumber air kami, tetapi semenjak kemunculan para monster kecil kami tidak lagi menggunakannya, sudah pernah kami memusnahkannya dengan sihir tetapi setiap tahun selalu ada.” Jelas sang penasihat raja Damian.
Wulan menyerngit bingung, monster? Monster macam apa itu, sangat kuat kah? Pikirnya begitu penasaran. “Jika boleh tahu, monster seperti apa itu yang mulia?”
Mereka saling melirik ikut penasaran juga. “Sebenarnya monster itu kecil tetapi jika digigit akan sangat sakit! Sehingga membuat para petani tak berani menggunakan air di danau kolam itu untuk air sawah mereka.
Wulan semakin penasaran, di sepanjang jalan dan saat akan melewati kolam yang katanya memiliki banyak monster kecil terdengar suara pekikan dari pria tua seorang petani yang terduduk di pinggir sawah mengerang kesakitan.
“Apa yang terjadi?” tanyanya.
“Monster! Segera musnahkan!” perintah seorang pengawal melindungi para bangsawan yang ikut membantu menggunakan sihir mereka.
Bahkan putra mahkota menahan Wulan di belakangnya seolah-olah melindungi. “Aku ingin melihat monsternya! Menyingkirlah putra mahkota!?” suruh Wulan begitu jengkel.
“Jangan gila duchess, aku mencoba melindungi mu!” tegas putra mahkota memusnahkan monster itu dengan sihirnya.
Wulan terjangkit kaget. “Althan, mana pengawalku?!” teriak Wulan tak memperdulikan mereka.
“Duchess!?” panggil Althan di rombongan prajurit.
“Althan kemarilah?” panggilnya.
Althan mendekat lalu Wulan menyuruhnya mengambil ember kayu punya seorang pria tua yang kena gigit oleh monster, sebagian dari para bangsawan menyerngit bingung ada apa dengan duchess muda ini?
“Bantu aku ambil semua ini Althan, kamu pasti tau kan? Jangan bilang kamu lupa? Aku pernah menjelaskan dan mengajarimu!?” pekik Wulan sehingga mereka menatap aneh Wulan yang sudah gersak-gersuk di tepi kolam.
“Jangan kesana duchess di sana berbahaya!” seru seorang prajurit, tetapi kepanikan mereka terhenti akan keheranan dan kekaguman mereka kepada Wulan.
Wulan mengambil lobster air tawar itu dengan semangat, dirinya baru menyadarinya bahwa monster yang disebut adalah lobster kecil ini? Sungguh keberuntungan yang begitu memihaknya.
“Apa yang akan kamu lakukan dengan semua monster itu duchess?” tanya raja Damian cukup terkejut dengan gadis ini, berani sekali, pikirannya.
“Mohon maaf yang mulia, ini bukanlah monster melainkan lobster sebuah hewan laut tetapi hidup di air tawar, jika di masak–”
“Kau gila! Bagaimana kamu akan memakan monster menjijikan itu?” sergah putra mahkota Georgio.
Wulan berdecak malas. “Di masak dulu putra mahkota baru bisa dimakan,” jawabnya dengan lugas lalu kembali mengumpulkan lobster kecil itu, Wulan jadi berpikir pasti para warganya di Copatria akan sangat senang jika dirinya membagikan hasil tangkapannya ini.
Perlu diketahui semenjak penemuannya beberapa bulan lalu tentang kepiting Wulan juga menjelaskan spesies hewan laut lainnya, contohnya seperti lobster yang bisa hidup di air tawar, Wulan juga mengajarkan mereka menggunakan sarung tangan untuk menangkapnya jika tak berani.
“Aku tak yakin dengan perkataanmu itu!” ucap seorang grand duke menatap lamat pada hewan tersebut.
“Tak masalah grand Duke, saya menangkap ini untuk warga saya–”
“Kau memberi rakyatku monster untuk dimakan? Lancang sekali dirimu duchess! Apa kau ingin membunuh rakyat ku secara perlahan!” sentak kaisar Jayden dengan nafas tersengal menahan amarah.
Wulan menaruh sedikit kasar lobster yang didapatnya. “Maafkan saya yang mulia kaisar, tetapi perkataan yang mulia sungguh menyakiti hati hamba, saya sebagai pemimpin wilayah yang ditunjuk secara paksa mencoba untuk melakukan yang terbaik untuk para warga ku dan lebih mengenal hewan-hewan yang dapat dimakan dan tidak dapat dimakan,” ucap Wulan panjang lebar.
“Bahkan putra mahkota Hansel pun pernah mencobanya, bahkan lebih besar dari yang ini,” ucapnya menunjukkan kepiting kecil di depannya sembari duduk bersimpuh.
“Tunggu–” raja Damian memastikan penglihatannya. “Ini begitu mirip dengan hewan aneh yang kamu kirimkan bukan? Tetapi yang itu lebih besar dan ini sangat kecil!” ucapnya.
“Jelas itu berbeda yang mulia raja, yang saya kirimkan itu hanya terdapat di laut dalam dan dingin sedangkan yang ini hanya bisa di temukan di perairan air tawar seperti ini.”
“Apa maksudmu dengan semua ini kakak ipar?” tegar sang raja menatap tak suka pada raja Damian.
“Nanti saya jelaskan yang mulia kaisar, sepertinya kita harus segera kembali, mengingat para bangsawan yang lain akan segera pulang ke kediaman masing-masing.”
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 40 Episodes
Comments
Ibuk'e Denia
up nya lambat banget thor
2024-04-12
1