Bab 18 ; Penyelidikan.

Setelah di rasa emosi Bram mulai mereda,lalu semua guru bermusyawarah untuk mencari tau pelaku di balik kasus Sovia bagaimana pun Sovia masih tetap siswi di sekolah ini dan juga sekaligus membuktikan bahwa kali ini yang melukai Sovia bukan lah siswa-siswi yang sekolah di sekolahan ini.

Bram lalu berpamitan pulang,sesampainya di rumah Bram yang baru berdiri di ambang pintu mau masuk rumah tiba-tiba di kejutkan dengan pemandangan haru karena istrinya sedang duduk di kursi dalam raut wajah sedih dan air mata membasah i pipinya.

pikiran Bram jadi semakin tidak karuan bingung campur khawatir menjadi satu.

ketika Bram mencoba mendekati istrinya malah isak tangis istrinya menjadi-jadi,lalu dengan sigap Bram segera meraih tubuh istrinya dalam pelukannya,sembari membelai lembut rambut istrinya.

setelah semua di rasa mulai mereda dan istrinya tidak lagi menangis,lalu Bram mencoba menggali informasi dari istrinya dan menanyai hal apa yang membuatnya menangis sampai ter isak-isak.

"coba ibu sekarang cerita kepada bapak,sebenarnya ada apa ibu sampai menangis seperti itu dan apa yang sedang terjadi ketika bapak tidak di rumah?..."

sejenak hening menyapa mereka berdua,keduanya saling bertatapan kosong seperti tidak ada yang di pikirkan,namun pada kenyataannya tatapan dua pasang mata dari mereka berdua tidak dapat di bohongi,keduanya saling sama-sama gelisah akan keadaan putrinya.

dengan suara terbata-bata sang istri menjawab dengan nada lirih dan jawabannya sangat mengiris hati.

"tadi waktu dokter periksa ke adaan Sovia,ia mengatakan bahwa Sovia masih dalam ke adaan tertekan mental,kemungkinan Sovia tidak dapat mengingat semua yang telah di alaminya dan kesempatan untuk sembuh sangat tipis,namun walau pun begitu Sovia masih tetep bisa menjalani aktifitas seperti biasanya hanya saja tidak boleh terlalu kecamatan dan terlalu banyak pikiran".

penjelasannya cukup detail cukup membuat Bram serasa di hempas dan di pukul habis oleh kenyataan,namun ketika di hadapan Sovia Bram harus terlihat kuat dan baik-baik saja agar Sovia tidak terlalu banyak pikiran dan fokus kepada kesehatannya.

sedangkan para guru sedang berusaha mencari informasi tentang keseharian Sovia melalui teman-temannya dan para tetangga terdekat.

sebelum memulai bertanya kepada tetangga Sovia,guru-guru mencoba mampir dan menjenguk Sovia terlebih dahulu,kemungkinan Sovia dapat di interogasi.

namun siapa sangka sampai di rumah Sovia,pemandangan haru menyelimuti keluarga Sovia yang menyaksikan Sovia terkadang di dekati orang tuanya saja merasa takut seakan akan sedang berhadapan dengan seseorang yang menyakitinya.

Sovia juga lebih banyak terdiam dan merenung sendiri seperti beban pikirannya terlalu berat sampai tidak ingin bertemu siapapun,sekedar untuk makan pun Sovia enggan menyentuh makanan yang telah ibunya masakan.

"seperti ini lah ke adaan putri kami pak bu...bukan cerita yang kami ceritakan kepada bapak dan ibu sekalian adalah fakta dan bukan rekayasa kami semata-mata ingin mendapat kan simpati kepada bapak dan ibu sekalian,kami pub sedang berusaha kerasa bagaimana caranya agara putri kami dapat kembali seperti semula,sedih tentu yabg kami rasakan sebagai orang tua melihat putri kami seperti ini".

dengan suguhan seadanya para guru menikmati hidangan yang di sediakan,namun seketika berhenti mendengar cerita kedua orang tua Sovia,mereka seakan dapat merasakan kesedihan yang sedang orang tua Sovia rasakan.

sesekali mereka menatap ke arah kamar Sovia yang tepatnya berhadapan dengan ruang tamu dan melihat Sovia seakan-akan harapan untuk mencapai impian masa depan Sovia seketika hilang di renggut kesedihan karena perbuatan manusia yang tidak punya hati.

 "kami sangat memahami perasaan bapak dan ibu,kami juga merasakan kesedihan yang sedang bapak ibu rasakan,insya Allah kami akan berusaha membantu sebisa kami dan berharap Sovia dapat kembali seperti biasanya dan kami akan lebih berhati-hati lagi jika di sekolah untuk mengkontrol anak-anak ketika sedang berada di jam sekolah,kasus bullying ini akan segera berakhir".

mendengar ucapan kepala sekolah seketika membuat sedikit tenang hati orang tua Sovia,terkadang dalam tangisnya selalu berdoa yang terbaik untuk anaknya.

"terimakasih atas simpati bapak ibu sekalian,justru saya yang merasa tidak enak selalu merepotkan pihak sekolah,mungkin tanpa bantuan bapak ibu sekalian saya tidak tau bagaimana cara menyelesaikan permasalahan yang ada pada anak saya".

*

*

sedangkan di rumah Dika sedang sibuk mempersiapkan beberapa pakaian yang siap untuk di bawa dinas ke luar kota.

semula Maya tidak benar-benar curiga dengan tingkah laku Dika dan Maya mencoba mulai mempercayai semua yang di usulkan Dika.

namun seketika berubah ketika Maya mendengar informasi dari tetangganya bahwa ada sedikit gerak gerik Dika yang membuat mereka curiga dan tetangganya juga meminta Maya supaya mengawasi gerak gerik Dika.

"mbak Maya maaf ni ganggu waktunya sebentar,ada sesuatu hal yang penting yang mau tak mau harus saya sampaikan ".

mendengar tetangganya memanggil dari balik pagar rumah,Maya lalu bergegas menuju rumah tetangganya,seperti sesuatu hal yang penting.

"eh iya mbak Rina sebentar saya mau bantu suami saya siap-siap berangkat luar kota,setelah siap nanti saya ke rumah mbak Rina".

Maya lalu bergegas menyelesaikan pekerjaannya dan bergegas menuju rumah tetangganya,kebetulan Dika akan berangkat jam 4.00 wib jadi Maya bisa sedikit lebih santai.

setelah sampai di halaman rumah tetangganya,buru-buru tetangganya menarik tangan Maya dengan hati hati dan mempersilahkan Maya untuk duduk sembari menunggu Rina siap menyiapkan hidangan untuk Maya.

sebenarnya sedikit heran dalam hati Maya tidak biasanya tetangganya bersikap seperti ini kepada Maya,namun demi menghargai dan ingin tau hal apa yang ingin di sampaikan Rina,seperti bukan hal sepele.

"mbak Maya sebenarnya saya tidak ingin ikut campur urusan rumah tangga mbak Maya,tapi saya mau tidak mau harus menyampaikan hal ini,karena saya tidak ingin terjadi hal yang tidak di ingin kan dalam rumah tangga mbak Maya".

sambil menikmati hidangan yang sudah Rina hidangkan,Maya mencoba mendengarkan seksama sepertinya sangat penting bahkan menyangkut rumah tangganya.

"mbak Rina tenang saja cerita lah mbak apa pun yang mbak Rina ketahui,saya akan sangat berterimakasih karena mbak Rina perduli kepada saya dan saya janji saya tidak akan menceritakan kepada siapa pun tentang hal ini".

Rina yang mendengar antusias dari Maya menjadi tidak ragu untuk menceritakan aras apa yang ia lihat.

"sebenarnya mbak setelah kejadian kemarin yang tentang mas Dika melakukan kesalahan terhadap saudara mbak Maya,sebelum itu saya sempat memergoki Mas Dika sedang ngobrol oleh seorang perempuan yang sepertinya perempuan tersebut sangat marah terhadap Mas Dika,saya sempat juga mendengar perempuan tersebut meminta pertanggung jawaban kepada Mas Dika,namun saya tidak terlalu mendengar dengan jelas apa akar dari permasalahannya,jadi saya mohon dengan Mbak Maya supaya lebih memperhatikan lagi gerak gerik Mas Dika".

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!