Bab 9; Pengakuan

Setelah ayah Sovia mendatangi sekolahan kemudian para guru melakukan penyelidikan terhadap para siswa siswi,namun naas nya tidak ada satu pun dari mereka yang mau mengaku,akhirnya para guru mencoba untuk menjenguk dan mengintrogasi Sovia.

sementara Bram segera pamit dan menuju ke rumah sakit,namun di kala perjalanan meninggalkan sekolah di kala itu para siswa-siswi sedang dalam waktu istirahat dan suasana tentu ramai,akhirnya Bram mencoba mampir sebentar di kantin sekolah untuk membeli air mineral.

sesampainya Bram di kantin,Bram di suguhkan dengan pemandangan kangin yang sangat ramai tanpa di sadar ada beberapa pasang mata sedang menatap Bram berjalan.

setelah membeli air mineral Bram memutuskan untuk duduk di kursi yang kosong sekedar menghabiskan minumannya,siapa sangka sepasang telinga Bram mendengar suara-suara yang membicarakan tentang anaknya.

"aku dengar-dengar orang tua Sovia datang ke sekolah untuk minta pertanggung jawaban atas Sovia".

lalu di sahut dengan teman sebelahnya yang juga lagi menambah berita hangat saat ini.

"ya semoga aja orang tua Sovia tidak tau kalau yang telah memaksa Sovia makan sambal satu mangkok dan mengurungnya di toilet itu adalah kita"

"tapi bagaimana jika Sovia mengatakan yang sebenarnya,maka habis lah kita".

"aku kira Sovia tidak benar-benar sakit hanya ber pura-pura supaya mendapat kan bantuan dan simpati dari pihak sekolah".

"jika saja Sovia berani berkata jujur kepada orang tuanya maka besok kalau dia kembali ke sekolah kita siksa dia lebih dari ini".

layaknya raja yang tidak memiliki ke kewibawaan bisa seenaknya menyiksa rakyatnya,maka dari itu manusia seperti mereka tidak pantas di beri belas kasihan.

murka lah ayah Sovia saat itu mendengar kata-kata pedas dari mulut mereka anak ya suka menindas dan bener-benar moralnya sangat buruk.

"wihhh enek kayaknya seru ya cerita kalian boleh om ikut gabung?.."

seketika mereka melihat menoleh dari alah sumber suara mereka pun terkejut tenyata pemilik suara tersebut adalah ayah Sovia.

"eh om sudah dari tadi om berdiri di sini?.."

mereka harap ayah Sovia tidak benar-benar mendengar apa yang mereka bicarakan tadi,namun siapa sangka sepasang mata Bram tidak bisa berbohong jika Bram memang sudah mendengar semua yang mereka bicarakan,warna matanya seakan berubah menjadi merah menyalah ingin menatap tajam mata mereka satu persatu dalam waktu yang sama.

"oh tidak om baru saja sampai ini om juga mau pesan makanan dulu dengan dengan sambal satu mangkuk,kelihatanya kalian akrap yang dengan anak om Sovia".

lalu Bram bergegas pergi meninggal kan mereka dalam ke adaan sedikit ketakutan,benar saja dugaan mereka bahwa ayah Sovia sudah mendengar semua pembicaraan mereka,akhirnya mereka hanya bisa menyalah kan satu sama lain.

Bram kalau pergi tidak untuk memesan makanan tapi melainkan untuk menuju ke ruang guru dan memberi tau bahwa dalan di balik semua sakit yang Sovia rasakan saat ini adalah teman sekelasnya sendiri.

"maaf saya mengganggu saya mohon tolong bapak ibu periksa dari teman sekelas Sovia yang berteman akrab kemana-mana selalu ber empat bisa di bilang mereka adalah empat sekawan" .

seketika perkataan Bram menjadi pusat perhatian dari seluruh guru yang tadinya pada sibuk untuk mempersiapkan diri menjenguk Sovia kini jadi semakin sibuk dengan informasi yang di sampaikan oleh ayah Sovia.

beberapa guru dan wali kelas segera menuju ke kelas dan menekan bel tanda waktu jam istirahat telah usai dan para siswa-siswi di minta untuk memasuki kelasnya masing-masing.

setelah semua siswa-siswi kelas enam mulai duduk dengan rapi,kepala sekolah,wali kelas dan ayah Sovia masuk ke dalam kelas untuk memulai interogasi kepada beberapa siswi yang sangat di curigai oleh ayah Sovia.

"oke selamat siang anak-anak perkenalkan ini adalah pak Bram ayah Sovia,Jadi tentu dari kalian telah mengetahui bahwa Sovia teman kita dengan mengalami sakit yang bisa di bilang cukup parah dan tentang sakitnya Sovia ini ada kaitannya dengan beberapa siswi-siswi di sekolah ini".

setelah wali kelas memberi pengertian dan mengenalkan ayah Sovia lalu tanpa basa basi ayah Sovia mulai angkat bicara mengenai kasus anaknya ini yang bisa di duga karena pembulian yang terjadi di sekolah.

"baik semua seperti yang sudah di katakan pak Al di sini saya ingin kalian semua mengatakan dengan jujur dan saya tidak akan memarahi kalian jika menang mau berkata jujur bagaimana bisa terjadi pada Sovia dan jika dari sekian anak tidak ada yang mau jujur maka terpaksa saya harus menggunakan jalur hukum dengan memanggil beberapa polisi untuk mengungkap kebenarannya".

mendengar ancaman dari Bram akhirnya empat sekawan tersebut mengacungkan tangan,setelah itu mereka di bawa ke kantor guru untuk di interogasi.

"kenapa kalian tega melukai teman kalian sendiri?..apa kalian pikir ini tidak menyangkut nyawa dan keselamatan?...lalu bagaimana cara kalian mengembalikan nama baik sekolah?.."

beberapa pertanyaan dari kepala sekolah seketika membuat mereka menjadi ketakutan,namun ketika kepala sekolah ingin menanyakan lebih detail tentang kejadiannya mulai di setop oleh Bram.

"ampun pak maaf kami memang salah kami sudah mencelakai Sovia,semua kami lakukan karena kami tidak suka dengan sifat Sovia yang pendiam,kami janji kami tidak akan mengulangi lagi,kami mohon jangan laporkan ke polisi ya pak".

rengek mereka meminta belas kasihan,sebenarnya jika di pikir-pikir Bram juga geram mendengar jawaban mereka tapi Bram sudah berjanji tidak akan memarahi mereka.

"sudah lah yang terpenting saya sudah tau siapa yang membuat anak saya sampai sakit dan seperti janji saya tadi tidak akan me marah i bagi siapa-siapa yang mengaku dan minta maaf,tapi pertanggung jawaban tetap lah pertanggung jawaban jadi saya mohon bantuannya untuk biaya rumah sakit anak saya masih kurang banyak,saya tidak membatasi berapa pun yang kalian keluarkan saya tetap menerima".

kemudian Bram melangkah untuk keluar dan menemui anak dan istrinya yang dari tadi menunggunya di rumah sakit.

setelah kejadian tersebut akhirnya wali dari empat sekawan di panggil untuk menghadap kepala sekolah.

"Ya Allah tolong sembuhkan anak ku jangan biarkan ia terus-terusan merintih karena kesakitan".

ibu Sovia tak henti berdoa untuk kesembuhan putrinya,setelah sampai di rumah sakit rujukannya,Sovia pun segera di bawa masuk ke ruang pemeriksaan untuk mengetahui hal apa yang perlu di tindak lanjutin.

sementara Bram yang baru sampai di rumah sakit yang sebelumnya tampak kebingungan mencari keberadaan Sovia dan ibunya,kalau salah seorang perawat memberi tau bahwa Sovia sudah di rujuk ke rumah sakit lain.

setelah menunggu satu jam akhirnya dokter keluar dari ruang pemeriksaan dan mengajak ibu Sovia berbincang-bincang sedikit mengenai Sovia.

"begini bu anak ibu ini mengalami pembengkakan pada usus besarnya,kemungkinan kita bisa jalan ni rawat inap terlebih dahulu dan nanti saya akan coba kasih obat untuk penghilang rasa nyeri dan bengkaknya bisa cepat berkurang,tapi jika besok tidak ada perubahan jalan satu-satunya anak ibu harus operasi".

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!