Berubah

Oliver berdiri di ujung balkon sambil berbicara dengan seseorang di telpon. Pagi ini ia terbangun lebih dulu daripada ayah dan anak itu. Sebenarnya memang masih terlalu pagi untuk bangun, namun ia telah terbiasa bangun sangat awal meski terlambat tidur sekalipun.

Setelah mengakhiri panggilan, Oliver hanya diam sambil memeluk dirinya sendiri yang di selimuti udara dingin. Sebenarnya ia cukup kebingungan untuk melakukan apa setelah bangun terlalu pagi di rumah orang lain. Tidak ada pekerjaan kantor yang biasa ia kerjakan saat di rumah atau sekedar membereskan kamarnya sendiri.

Tidak mungkin ia pergi begitu saja, kan? Tidak sopan namanya. Liam juga akan mencarinya begitu bangun nanti.

"Apa yang kau lakukan di luar?"

Oliver tersentak di tempatnya begitu seseorang bicara dan menyematkan selimut tebal di tubuhnya. Tyler menatapnya dengan wajah kesal sekaligus— ya, wajah setelah bangun tidur.

"Kenapa diam? Disini sangat dingin."

"Aku tidak bisa tidur lagi," gumam Oliver acuh, sambil memalingkan wajahnya menatap keluar.

"Setidaknya jangan diluar. Kau ingin sakit seperti Liam?" Tyler menariknya pelan, kembali ke dalam dan menutup pintu balkon. Oliver tidak sempat protes.

"Padahal kau benci dingin." Tyler bergumam kesal lagi.

Oliver mengernyit sambil memeluk selimutnya. Ia mendekat pada Tyler tak kalah kesal. "Aku belum mengatakan apapun, tapi kau sudah mengomel padaku. Seharusnya kau tidur saja dengan nyaman. Kau selalu cerewet jika terbangun. Tidur saja sana!"

Sepertinya tidak ada yang berubah dari pria ini, kecuali statusnya!

"Hei ... aku sedang menasehatimu." Tyler menujuk-nunjuk Oliver.

"Tidak perlu. Telingaku tidak berfungsi padamu!" ketus Oliver, kemudian kembali ke ranjangnya dengan hati-hari agar tidak menganggu Liam yang masih tidur lelap di bawah selimutnya sendiri.

Sudah turun, batin Oliver mengecek kembali suhu tubuh Liam dengan tangannya. Wanita itu langsung bergelung dengan selimutnya dan memejamkan mata, melupakan Tyler begitu saja.

"Ck! Katanya tidak tidur." Tyler berdecak. Sekarang wanita itu tidur sangat nyenyak begitu dalam hitungan menit saja. "Besok dia akan bangun siang." Tyler menggeleng sambil kembali ke posisi asalnya juga.

Oliver selalu begitu. Itu sebabnya wanita itu selalu menghindari bangun lebih awal atau tidur lagi saat terbangun. Jika terbangun lebih awal, Oliver akan berusaha untuk tidak tidur dengan melakukan sesuatu karena jika ia tidur kembali, maka dipastikan ia tidak akan bangun tepat waktu pagi harinya!

Wanita itu bertarung dengan waktu! Tyler sudah hapal dengan kebiasaan itu. Ternyata bagian tersebut masih sama.

...***...

"Mommy sangat cantik, kan, Daddy?"

"Hm."

"Mommy pasti lelah sekali. Mom benar-benar akan bangun siang?" tanya Liam lagi.

"Hm."

"Aku akan menunggu mom bangun."

Sepertinya pernyataan Tyler tadi subuh, Oliver benar-benar masih setia menutup matanya dengan nafas teratur. Bahkan bunyi ponsel yang berdering sangat keras tidak mengusiknya sama sekali, namun berhasil mengusik dua laki-laki berbeda usia itu.

Liam yang mengangkatnya setelah sang ayah mengatakan jika telepon itu dari Oscar yang terkejut karena nona nya menghilang.

Sekarang kedua orang ini belum beranjak sama sekali. Keduanya sibuk memperhatikan Oliver yang masih terpejam.

"Hei, Nak," panggil Tyler pelan.

"What?"

"Kau benar-benar menyukainya?"

"Apa masih perlu ku katakan lagi?" tanya Liam kembali.

"Sebenarnya— Dad juga menyukainya." Tyler sedikit berbisik.

Liam membola menatap ayahnya. "Daddy tidak bohong lagi, kan?" Tyler menggeleng serius.

"Kita harus bekerja sama jika ingin mendapatkannya," bisik Tyler lagi. Liam langsung menyodorkan tangannya. "DEAL!" Dan kesepakatan terjadi.

...***...

Oliver sudah terduduk di ranjang Liam sambil mencengkram rambut di kedua sisi kepalanya. Ia kelepasan! Padahal dirinya hanya berniat menutup mata sebentar subuh tadi. Begitu bangun dan melihat jam, ternyata sudah pukul 11 siang.

Ayah dan anak itu juga sudah tidak ada di tempat. Hanya ia sendirian sebagai orang asing disini!

Tok, tok, tok ...

"Permisi, Nona. Saya Henry, kepala pelayan."

Oliver mengangkat kepalanya. "Masuklah, Henry."

Pria paruh baya muncul setelahnya. Henry tersenyum ramah, mengingatkannya pada Ed yang mungkin juga seusia orang ini.

"Asisten anda datang tadi pagi dan memberikan ini untuk keperluanmu, Nona."

"Oh, baguslah." Oliver segera menerimanya. Berguna juga pria itu, ya! Pakaiannya, make up ... Nice!

"Tuan, Tuan muda dan nyonya ada di ruang keluarga. Nona bisa bergabung setelah makan." Henry menunjukkan sarapan yang tidak cocok lagi untuk disebut sarapan. Pelayan meletakkannya di atas meja.

"Well, thanks, Henry."

Baru saja Oliver beranjak setelah pria itu pergi, panggilan lain langsung memasuki pendengarnya.

"Mommy!" Kepala Liam muncul dari luar pintu. Oliver langsung tersenyum di tempatnya.

"Hei!" sambut Oliver seraya merentangkan tangannya. Liam segera berlari masuk ke pelukannya. "Kau merasa sehat?"

"Hm! Aku sudah sembuh, Mom! " jawabnya bersemangat.

"Baguslah." Oliver mengelus kepalanya.

"Aku ingin makan siang dengan Mommy!"

"Makan siang? Ah! Kalau begitu sekalian saja. Tunggu aku mandi dulu, ok?"

"Liamm ... Oliver belum makan apapun sejak pagi." Tyler juga masuk tiba-tiba.

"Kau sudah puas tidur, kan? Sekarang, makanlah dulu." Menarik lengan Oliver dan meletakkan tubuhnya di sofa.

"Kenapa kau tidak membangunkanku?" desis Oliver berbisik.

"Kau tidak bilang," santai Tyler.

"Untuk apa aku bilang? Kau seharusnya sudah ta—" Oliver menghentikan ucapannya.

"What?" Tyler tersenyum menggoda sambil mendekatkan wajahnya. "Teringat masa lalu?"

Kening Oliver mengkerut bingung. Ia sendiri tidak sadar melakukannya. Hei! Kenapa rasanya masa lalu tidak terasa seperti masa lalu sekarang? Bahkan dirinya tidak secanggung awal pertemuan mereka kemarin.

"Aku senang kau masih sama," bisik Tyler, menyadarkan Oliver. "Makanlah!" katanya kemudian.

"Liam, makanlah bersama grandmamu. Daddy akan menjaga tamu kita." Menunjukkan senyum menggodanya lagi pada Oliver.

"Aku ingin bersama mommy!"

"Liam."

"Ish!" Liam menghentakkan kaki seraya keluar.

"Kenapa kau keras sekali padanya?" Oliver mengambil garpu dan menusuk potongan buah di piringnya.

"Aku mendidiknya."

"Ya, kau sudah jadi orang tua, sementara aku masih sibuk dengan diriku sendiri."

"Kau luar biasa," kata Tyler.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Terpopuler

Comments

Rifa Endro

Rifa Endro

cinta yg terpendam dan kayaknya belum kelar....🙈

2024-03-13

2

Tri Tunggal

Tri Tunggal

teringat masa lalu ollie.. 😁😁

2024-03-13

1

dewi

dewi

liam ini sebenarnya anaknya siapa sih?....

2024-03-13

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!