Harapan Liam

Terdengar isakan lirih dari kamar Liam subuh ini. Beberapa pelayan terlihat mondar-mandir keluar dari kamar Liam dengan pengawasan kepala pelayan. Di dalam, terlihat Liam sedang di timang-timang oleh Tyler sambil berdiri dan berayun kecil.

"Aku yakin dia datang besok. Daddy berbohong tadi. Dia tidak marah." Tyler menepuk-nepuk punggungnya dengan pelan.

Sekarang saja anda baru sibuk untuk klarifikasi, Tuan. Seharusnya jangan berbohong sejak awal! batin Jeremy di samping kepala pelayan.

Mengejutkan sekali karena Liam tiba-tiba terserang demam. Tyler menyadarinya begitu mendengar tangisan kecil dari kamar Liam tengah malam tadi. Pria itu langsung tahu ada yang tidak beres. Liam bukan anak yang cerewet, namun akan sangat berbeda saat anak itu sakit.

Lihat saja seperti saat ini. Saat sedang sakit, anak-anak akan mengeluarkan naluri alami seperti ingin dimanjakan. Sepertinya tidak terjadi pada anak kecil saja. Mayoritas terjadi pada semua orang yang mengalaminya.

"Saya tidak tahu kenapa, tapi sepertinya saya tertinggal banyak berita," bisik Kepala pelayan, Henry, pada Jeremy.

"Nanti aku ceritakan semuanya," balas Jeremy. Henry memang baru kembali dari masa cutinya sehingga tidak tahu apa-apa.

"Setelah minum obat, Liam tidak akan sakit lagi. Ayo, minum dengan Grandma, ya?" bujuk Molina.

"Emphh ..." Liam setia mengatup mulutnya. "Aku tidak suka obat! Pahit!"

"Liamm, bagaimana kau bisa sembuh?" tegur Tyler. Liam tetap saja menutup mulutnya.

"Tidak mau, Daddyy," rengeknya lagi sambil menyembunyikan wajahnya di tengkuk sang ayah. Hembusan nafas panas dari Liam terasa di leher Tyler.

Jangankan Molina, Tyler, Jeremy atau Henry, bahkan dokter pribadi yang telah pergi satu jam lalu hanya mendapat rengekan Liam. Inilah yang Tyler maksud jika Liam berubah sangat berbeda saat sakit!

"Mommy ..." Tangisan kecil Liam terdengar lagi. Tyler dan Molina hanya bisa saling menatap dan menghela nafas. Baru kali ini Liam rewel sangat lama.

Sejak dulu, Liam memang tidak pernah melihat sosok ibunya sendiri. Namun, saat ini, sudah jelas dengan siapa panggilan itu tertuju. Hanya ada satu mommy yang di kenalnya.

Sekarang— Tyler berharap Oliver melupakan masa lalu sejenak demi Liam.

Seorang pelayan mendekat pada Jeremy dan Henry. Jeremy mengangguk, lalu mengikuti pelayan itu keluar. Sedangkan, Henry mendekat pada Molina.

"Sungguh?!" bisiknya cukup keras.

...***...

"Saya senang sekali anda datang, Nona. Tuan muda Liam tidak berhenti menangis sejak tadi. Sejujurnya, kami khawatir Nona tidak datang besok," oceh Jeremy di belakangnya.

Kenapa dia berisik sekali seperti Oscar! batin Oliver kesal. Kakinya melangkah cepat menuju kamar Liam yang ditunjukkan oleh Jeremy.

"Saya yakin tuan muda akan sangat senang melihat No—" Ucapannya terhenti, begitupun dengan langkah kakinya. Rupanya, Oliver berhenti mendadak di depannya, bahkan berbalik sambil menatapnya dingin.

"No— nona?"

"Lebih baik kau bawakan aku sesuatu untuk dipakai karena aku kedinginan," tekannya, kemudian membalikkan badan dan kembali berjalan.

Gila! Jeremy sempat berhenti bernafas.

Sedangkan, Oliver memang cukup kedinginan saat ini. Ia tidak sempat berganti pakaian karena terburu-buru sehingga hanya mengenakan tanktop tipis sebatas paha. Cukup membuat kulit putihnya terekspos serta rambutnya yang di cepol asal-asalan.

Hingga Oliver sampai di lorong yang cukup banyak orang di depan kamar seseorang. Itu kamarnya, kan? Beberapa pelayan berkumpul disana. Tanpa memperdulikan kebingungan semua orang, Oliver melewati mereka begitu saja.

"Mommy ..."

Deg!

Siapa yang mengira kau akan dicintai oleh seorang anak yang bukan darah dagingnya sendiri? Ia pun tidak pernah berpikir untuk mencintai siapapun lagi dalam hidupnya, kecuali orang tuanya, namun keadaan saat ini sangat berbeda.

Bagaimana bisa perasaannya menjadi kacau begini hanya karena anak yang sedang tidak berdaya itu memanggilnya. Ia peduli pada anak itu, kan? Buktinya ia berlari hingga ke rumah ini.

"Ollie!"

Oliver tersentak dari lamunannya. Seseorang langsung menubruk tubuhnya.

"Astaga, ini memang Ollie." Molina menyentuh wajahnya dengan mata berkaca-kaca. "Maaf, bukan waktunya untuk ini." Molina tersadar.

"Mommyy!" Liam memberontak dari gendongan ayahnya dan berlari menuju Oliver. Wanita itu segera bergerak cepat untuk menggendongnya sebelum anak itu terjatuh.

"Astaga, kau panas sekali, Liam."

"Mommyy ..." Liam menangis cukup keras.

"Ssttt ... aku disini." Oliver mengusap-usap punggungnya.

"Maafkan aku, Mommy. Jangan tinggalkan aku lagi," lirihnya. Tangannya melingkar erat di leher Oliver.

"Aku tidak akan pergi."

"Lihat, Ollie sudah datang, kan? Liam harus berhenti menangis sekarang dan minum obat," bujuk Molina lagi. Liam langsung menyembunyikan wajahnya lagi. Molina lagi-lagi menghela nafas.

"Dia sudah di periksa, kan?"

"Sudah, tapi dia tidak mau minum obatnya."

"Kenapa begitu? Kau harus minum obat agar sembuh, Liam." Oliver merasakan gelengan di lehernya.

"Pahit!"

"Namanya obat memang pahit! Aku juga minum obat pahit saat sakit." Nada suara Oliver terdengar marah bagi Liam.

"Apa aku boleh tidur disini?" tanya Oliver tiba-tiba.

"Tentu saja!" Molina segera menjawab.

"Thanks! Berikan saja obatnya padaku. Kalian bisa beristirahat. Aku akan menjaga Liam."

"Tapi, Ollie—"

"Istirahatlah, Mom. Semua bisa kembali." Tyler angkat suara setelah diam cukup lama.

"Kau juga," tambah Oliver.

"Aku tetap disini." Tanpa penolakan.

Molina tidak menyia-nyiakan kesempatan, segera menyuruh semua orang pergi termasuk Jeremy dan Henry. Sebelum itu, Jeremy lebih dulu memberikan sebuah rompi untuk Oliver pada Tyler yang mengernyit bingung.

Brak! Pintu di tutup dari luar.

"Baiklah! Saatnya minum obat!" kata Oliver, berusaha mengabaikan kehadiran Tyler.

"Emphh." Liam menutup mulutnya dengan tangan.

"Liam." Oliver menatapnya. "Aku akan pergi jika kau tidak mau."

"Don't!" pekiknya.

"Kalau begitu minum." Oliver hendak menurunkan Liam di ranjangnya, namun bocah itu menempel seperti prangko.

"Butuh bantuan?"

Oliver langsung meliriknya sinis. "Apa masih perlu bertanya? Dasar tidak peka!"

"Ck!" Kenapa wanita selalu begitu, padahal ia sudah menawarkan bantuan.

Tyler mendekat, mengambil botol dan sendok obat, sedangkan Oliver duduk memangku Liam. Tyler duduk di sebelahnya.

"Kita seperti satu keluarga, kan?" goda Tyler berbisik, namun Liam juga mendengarnya. Bocah itu diam-diam tersenyum. Hap! Ia segera melahap sesendok obat cairnya.

"Liam pintar sekali!" Oliver berucap bangga, lalu berbisik pada Tyler. "Gila!"

Tyler terkekeh kecil. Dia hampir lupa jika Oliver adalah wanita yang memiliki banyak wajah. Ekspresinya juga sangat unik karena mampu berubah dalam hitungan detik saja.

"Kita akan jadi keluarga?" tanya Liam kemudian.

"Liam, ayo istirahat saja." Oliver merebahkan tubuh mereka. "Aku akan tidur denganmu, ok?"

"Yeyy!"

"Aku juga!" Tyler ikut merebahkan tubuhnya. Jadilah Liam berada di tengah-tengah keduanya.

Liam tidak berhenti tersenyum. Rasanya sangat membahagiakan sekarang.

"Jadi begini rasanya tidur dengan mommy dan daddy. Teman-temanku selalu bercerita tentang orang tua mereka. Aku selalu ingin tahu rasanya. Sekarang aku juga punya!" katanya senang. Liam seolah melupakan kondisi sakitnya.

"Aku harap selalu memiliki mommy dan daddy!"

Namun, sangat berbeda dengan dua orang di sebelahnya yang kini saling menatap. Seolah mereka sedang merasakan rasa sakit yang sama akibat ucapan Liam.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Terpopuler

Comments

dewi

dewi

kenapa gak ngomong langsung kamu jer jer...

2024-03-11

3

Tri Tunggal

Tri Tunggal

masih penasaran knp mereka putus ka trus knpa mereka pacaran hnya pura pura kyaknya alasan ollie masih ada lanjutanya yg blm bisa diungkap 😁😁

2024-03-11

1

Tri Tunggal

Tri Tunggal

di antara para bos yg dingin dikelilingi asisten yg kadar kecerewetanya ngalahin mak mak ghibah 😂😂😂 padahal dirumah tyler g ada oscar eehhh ternyata ada kembaranya si os 😆😆
ahh liam jgn ngomong gitu mommy n daddy jd mengenang masa lalu sblum kamu dicetak loh

2024-03-11

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!