Bersikap Baik

Oliver menutup matanya selama di perjalanan pulang. Tyler bertanggungjawab mengantarnya seperti menjemputnya.

Ting! Oliver membuka matanya, lantas mengambil ponsel dari tasnya.

Mommy ... apa aku boleh tidur dengan mom dan dad lagi?

"Liam punya ponsel?" tanya wanita itu.

"Dia memang punya," jawab Tyler seadanya. "Apa pesan itu darinya?" tebak kemudian.

"Dia ingin tidur bersama lagi," kata Oliver.

"Bagaimana jawabanmu?"

"Aku masih memikirkannya."

"Kau tidak perlu memaksakan diri. Aku bisa bicara pada anak itu."

"Sebenarnya— aku tidak menyangka akan terhubung lagi dengan kalian seperti ini," gumam Oliver. Bukankah semuanya sangat kebetulan? Anak yang ia temui di jalan ternyata anak dari musuh bebuyutannya sendiri selama di sekolah, lalu pria yang menjadi pacar pura-puranya ternyata ayah angkat dari anak itu juga. Apa takdir sengaja mempermainkannya dengan pilihan sulit?

Jujur saja ia takut akan kebodohan lama yang terulang kembali.

"Aku juga tidak menyangka— akan bertemu lagi denganmu," balas Tyler tanpa menatapnya. Pria itu juga fokus pada kemudinya.

Oliver tidak bersuara lagi. Ia ikut menatap ke depan.

"Aku penasaran." Tyler memecah keheningan.

"Untuk apa?"

"Apa kau membenciku?"

Oliver tersenyum tipis. "Aku akan menjawab iya jika kau bertanya apa aku marah padamu."

Tyler balas tersenyum. "Itu sudah cukup."

"Tyler ..."

"What?"

"Kenapa— kau tidak kembali padanya?" Oliver bertanya dengan nada pelan.

"Sudah kubilang, aku jatuh cinta pada orang lain."

Oliver tersenyum miris sambil membuang wajahnya ke luar jendela mobil.

"Lalu, kenapa kau tidak mengejarnya?"

"Karena gadis itu memintanya menjauh sambil menangis."

"Karena kau sudah membuatku kacau," tukas Oliver.

...***...

Pagi ini, Oliver telah siap dengan pakaian santainya. Sebastian juga menunggunya di ruang tengah dengan sebuah koran dan kopi. Seperti bulan-bulan yang lalu, mereka semua akan pergi mengunjungi panti asuhan untuk memberi bahan persediaan, juga hadiah untuk anak-anak disana.

Setelah Tyler mengantarnya semalam, tidak ada lagi pesan dari Liam yang berarti Tyler berhasil berbicara dengan anak itu. Namun, bodohnya ia mulai merindukannya sekarang. Padahal mereka pernah berjanji untuk pergi bersama lagi begitu hari ini tiba.

Sebastian merangkulnya setelah ia duduk sambil menunggu Ed selesai menata barang-barang bersama para pelayan.

"Tidak mau mengajak Liam?" Sebastian seolah mengerti kegusarannya.

"Aku mau, tapi—" Oliver bimbang.

"Kau khawatir terlibat terlalu jauh?" tebak Sebastian. "Dengar, Nak. Kau tidak harus bersama ayahnya untuk bersama Liam. Kalian bisa berteman dan kau bisa bermain bersama Liam."

"Tidak semudah itu, Dad." Oliver menggeleng pelan dengan senyum tipisnya.

"Apa yang tidak mudah? Karena putriku ini masih menyimpan perasaan?"

"Dad!" tegur Oliver. Sebastian lantas membuat gerakan mengunci mulutnya.

Oscar masuk dari luar, membawa beberapa dokumen untuk ditandatangani oleh nonanya itu.

"Kerja sama kali ini juga berjalan baik. Tidak salah daddy memberikan perusahaan padamu, Oliver." Sebastian berujar bangga.

"Kau tidak punya pilihan selain aku, Dad." Oliver memutar bola mata malas.

"Jangan terlalu kasar pada tuan, Nona," kata Oscar mengingatkan. Oliver hanya berdecak.

"Ya, lagipula Oliver memang benar." Sebastian menyetujuinya sambil menghela nafas.

"Kita kedatangan tamu," teriak Ed tiba-tiba dari luar sana, membuat ketiga orang tadi mengangkat kepalanya bersamaan.

Tak lama setelah itu, suara langkah kecil terdengar berlari memasuki ruangan. Senyum Oliver merekah begitu melihat siapa yang datang dengan wajah ceria nan segarnya pagi ini.

"Mommyy ...."

"Hei, Boy!" Oliver merentangkan tangannya setelah mendorong Oscar menjauh, pasalnya pria itu menghalangi jalan Liam kepadanya.

Kau keterangan, Nona! batin Oscar berteriak.

"Aku merindukan Mommy!" katanya memeluk leher Oliver.

"Mommymu juga merindukanmu." Bukan Oliver yang mengatakannya, melainkan Sebastian.

"Hello, Grandpa," sapa Liam biasa saja.

"Hello," balas Sebastian. Sesama pria, ok!

"Kau datang dengan siapa?" tanya Oliver kemudian. Liam mengangkat kepalanya, menunjukkan deretan giginya yang bersih.

"Daddy," jawabnya.

"Wahh ... kebetulan sekali. Sudah lama aku tidak melihatnya." Sebastian berdiri dari sofa.

"Kau mau apa, Dad?" Oliver memicing. "Jangan macam-macam," ancam Oliver sambil menunjuk sang ayah.

Pria paruh baya itu mengangkat keduanya tangannya. "Hanya menyapa, sungguh." Sebastian meninggalkan ruang tengah setelahnya.

"Aku ingin menelepon Mommy semalam, tapi daddy melarangku. Katanya, Mommy sedang lelah," keluhnya.

"Maaf, aku punya banyak pekerjaan." Oliver mengelus kepalanya.

Kau melihatnya diatas sana kali ini, kan, Caitlin? Dulu pacarmu, sekarang anak laki-lakimu juga menempel padaku. Berhubung kau sudah meminta maaf, aku tidak akan perhitungan lagi, batinnya.

"Mommy ... kau tidak marah padaku, kan?" cicitnya pelan.

"Untuk apa aku marah padamu? Tentu saja tidak."

"Mommy yang terbaik!" soraknya.

Oscar hanya menunggu dengan sabar di sisi sofa lainnya. Ia sudah sadar jika Liam bukan sembarangan bocah. Anak itu sebenarnya cukup licik juga. Jelas sekali tatapannya sangat berbeda saat menatap Oliver dan orang lain.

Namun, bukan masalah baginya. Toh ia melihat sisi lain dari seorang Oliver berkat anak itu. Mustahil ia tidak senang saat melihat Oliver tersenyum tanpa paksaan seperti biasanya.

Di sisi lain ...

Dua orang dewasa akhirnya bertemu. Seperti ucapannya— Sebastian hanya menyapa!

"Aku suka caramu untuk memikat putriku lagi," katanya tiba-tiba hingga Tyler yang menunggu di teras terkejut karena kehadirannya.

"Mr. Stacy?"

"Yup! Mr. Charles, right? Bocah tengil yang merayu putri kesayanganku," katanya lagi sambil tersenyum.

"Haha ... sepertinya kau masih kesal padaku, Mr. Stacy." Tyler juga tersenyum.

"Tentu tidak. Senang bertemu denganmu lagi." Sebastian menjulurkan jabatan tangan dan disambut oleh Tyler juga.

"Senang bertemu denganmu juga. Maaf tidak mengenalimu waktu itu, Mr. Stacy." Masih dengan senyum yang— dipaksa.

Ed memperhatikan dari samping dengan heran. Dari luar keduanya memang terlihat tersenyum dan saling menerima dengan baik, tapi dari dalam— seperti dua orang itu tidak akur, namun mencoba bersikap baik.

"Berhubung kita sudah bertemu, semoga kau tidak keberatan aku mendekati Ollie."

"Ollie?" Sebastian tersenyum paksa lagi.

Aku bahkan tidak memanggilnya seperti itu, batinnya geram.

"Tergantung pada putriku sendiri, tapi sebenarnya— aku tidak suka dia menjadi pilihan kedua," sindirnya secara tidak langsung. Beraninya bocah tengil ini datang pada Oliver setelah memiliki anak dengan wanita lain.

"Jangan khawatir, Mr. Stacy. Ollie tidak pernah jadi pilihan kedua."

Ed hanya menghela nafas saja melihat kedua orang yang sedang bersandiwara untuk terlihat baik, tapi tidak baik ini. Meski bicara sambil tersenyum, semua orang juga tahu mereka seperti musuh lama. Namun, tidak boleh ada keributan di saat ada Oliver yang bisa menjadi lebih mengerikan saat marah.

"Sampai kapan kalian akan berjabat tangan?" tanya Oliver tanpa ekspresi sambil menggendong Liam yang menatap keduanya dengan polos.

Dua pria dewasa berbeda usia itu pun tersadar dan segera menjatuhkan tangan masing-masing.

"Sejak kapan kau disana, Oliver?" Sebastian tersenyum lagi. Untungnya, ia menahan diri dengan baik.

"Baru saja. Kami akan pergi sekarang. Kalian akan ikut?"

"Ya/Tidak!" Bersamaan. Keduanya saling menatap.

"Kau ikut?" Sebastian terkejut.

"Aku harus menemani putraku, Mr. Stacy."

"Kalau begitu kami pergi dulu, Dad," kata Oliver. Belum sempat Sebastian menjawab, Oliver sudah lebih dulu meninggalkannya.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Terpopuler

Comments

Rifa Endro

Rifa Endro

hari yg indah... atau mood yg rusak

2024-03-19

3

Tri Tunggal

Tri Tunggal

yah terlalu kacau ya ollie karna si tyler ngga peka n kadar kepekaannya masih dibawah normal waktu itu 😁😂😂 emang bener yah klo dah jauh baru terasa......semangat buat perjuangin cinta ya mr charles cintamu jg bersambut ko tp.... agak berusaha keras lg memulai dr awalnya 😂😄😄

2024-03-19

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!