Janji!

Mendengar tentang Oliver, Liam hampir menyaksikan sendiri bagaimana rumor tentangnya terbukti satu-persatu. Ia telah merasakan sendiri bagaimana sifat lembut dan manis seorang Oliver. Kini rumor bahwa wanita itu menyeramkan dan temperamental sepertinya juga benar. Intinya, Oliver sangat cepat sekali berubah tergantung kondisinya.

Namun satu hal yang pasti— wanita itu memiliki sifat yang dermawan.

"Kenapa wajah kalian seperti melihat hantu begitu? Katakan masalah apalagi sekarang." Oliver berbicara santai seolah sudah terbiasa.

"Begini, Miss Stacy ..." Salah satu dari mereka berbicara dengan gugup. Oliver menompang kepalanya malas di kaca mobil dengan sebelah tangan.

"Begini, lalu begitu. Kemudian seperti ini, lalu seperti itu. Begitukah, Nona kepala bidang?" jengah Oliver yang membuat semua orang jadi ketakutan.

Wanita yang disebut nona kepala bidang itu jadi menatap kesal pada orang-orang di dekatnya.

"Miss Stacy ..." Lagi-lagi ucapannya tidak selesai. "Maafkan saya! Saya akan bersikap lebih keras lagi pada mereka!" serunya kemudian. Oliver mengangkat sebelah alisnya.

"Aku bertanya ... ada masalah apa? Bukan itu yang mau ku dengar," ulang Oliver dengan nada rendah yang membuat mereka merasa tercekik.

"Mereka belum menyelesaikan desain kerja sama kita dengan perusahaan korea. Saya mendapat laporan dari departemen pengembangan," sahut Oscar di kursi kemudi membuat mereka semua menjadi pucat pasi.

"Oh." Raut wajah Oliver berubah seketika. Meski jarang sekali bahkan hampir tidak pernah marah dengan keras, tapi nada bicara dan raut wajahnya mewakilkan semuanya. Percayalah, diam seseorang yang marah lebih mengerikan.

"Maafkan kami, Miss Stacy!" Semua orang serempak menunduk dengan keringat dingin.

Hari ini mereka bertiga, ya bertiga yang terdiri dari Oscar, Oliver dan Liam! Jangan lupakan bocah itu, sedang menuju suatu tempat di Seattle, sebuah kota di Washington setelah melakukan perjalanan selama kurang lebih enam jam dari New York.

Meski begitu, Oliver tidak melupakan pekerjaan yang sanggup dibawanya kemana-mana. Contohnya seperti saat ini, melakukan rapat di mobil menggunakan panggilan video di tab-nya bersama departemen desain yang ketakutan.

Liam disamping Oliver mengamati semuanya. Bukankah daddy nya akan sangat cocok dengan sang mommy? Watak keduanya pun hampir sama. Sedikit perdebatan tidak akan jadi masalah, bukan?

Mengingat sang daddy, kira-kira sudah seminggu ia bersama Oliver. Sebenarnya aneh sekali jika daddy-nya belum menemukannya, namun jika dipikirkan kembali, bukan hal aneh juga mengingat status ibu barunya bukan orang sembarangan.

Tetapi, bisa saja daddynya sudah mengetahui, namun tidak bisa bergerak sembarangan. Biar ia ulangi sekali lagi, Oliver Stacy bukan orang yang bisa disinggung atau diusik sembarangan!

Daddynya pasti tahu hal itu. Mereka berdua adalah seorang CEO dari perusahaan raksasa terbesar di Eropa. Keamanan ketat jelas adalah hal utama. Jika memikirkan keduanya, Liam jadi tidak sabar untuk mempertemukan mereka.

"Besok," ujar Oliver singkat yang langsung di mengerti oleh mereka.

"Thanks, Miss Stacy! Kami tidak akan mengecewakan anda."

Rapat dengan pangggilan video itu akhirnya berakhir. Raut wajah Oliver seketika berubah begitu bertemu pandang dengan Liam yang berkedip polos menatapnya. Wanita itu langsung tersenyum sambil memberi elusan di kepala Liam.

Oscar di kursi kemudi hanya menghela nafas. Hanya Oliver yang memiliki banyak wajah begitu.

"Kita ada di Seattle. Kau pernah kesini sebelumnya?" Oliver mengalihkan perhatian. Liam mungkin terkejut setelah melihat sikapnya tadi.

"Tidak pernah. Aku tidak pernah kemanapun," jawab Liam menggeleng.

"Tidak apa-apa. Nanti akan kutemani berkeliling."

"Apa kita akan tinggal disini?" tanya Liam polos.

"Iya, tapi hanya dua bulan saja. Kita akan pulang karena aku harus bekerja."

Liam hanya bisa mengangguk patuh. Entah bagaimana keadaan ayahnya sekarang setelah dirinya menghilang. Apa dua bulan itu akan membuat ayahnya gila?

...***...

"Oliver Stacy?" Tyler mengulangi perkataan Jeremy dengan alis menukik tajam, sedangkan Jeremy menunduk di tempatnya. Pada akhirnya pria itu mengaku karena sama khawatirnya dengan Tyler yang telah kehilangan putra satu-satunya selama seminggu ini.

"Benar, Tuan. Sepertinya tuan muda sedang mencari wanita untuk Tu—" Jeremy tidak jadi melanjutkan ucapannya karena tatapan Tyler sudah seperti peluru yang ingin menembus kepalanya.

"KATAKAN DENGAN JELAS!" Tyler berteriak marah.

"Saya tidak sengaja menyebut miss. Stacy saat tuan muda bertanya karena menurut saya hanya beliau yang sesuai dengan kriteria yang Tuan sebutkan!" ungkapnya cepat.

"JEREMY!" bentak Tyler membuat Jeremy terkejut lagi hingga tubuhnya tersentak.

"Maaf, Tuan!"

Tyler menahan diri agar tidak semakin meledak. Padahal ia sengaja mengatakan dengan asal waktu itu agar Liam tidak memikirkannya lagi. Ia sendiri tidak ingat jika masih ada wanita yang hampir menandingi posisinya sebagai orang terkaya di Eropa.

"Jadi, Liam bersama wanita itu sekarang?" geram Tyler tertahan."

"Demi memastikan dugaan saya benar, saya memeriksa cctv di sekitar jalan menuju S'tcy Company dan tuan muda memang pergi ke sana, tapi jejaknya menghilang lagi setelah memasuki mobil miss. Stacy."

"Mobil? Kenapa dia masuk kesana?"

Jeremy tidak berani membuka mulutnya. Alasannya Liam masuk kesana karena hampir tertabrak! Tidak mungkin ia berkata begitu sekarang atau kepalanya akan benar-benar menghilang dari tempatnya.

"Tuan muda sengaja menarik perhatian miss. Stacy."

"Anak itu ..." Tyler menggeram. "Bagaimana jika dia wanita seusia ibuku? Dia mau aku menikah dengan wanita tua?" Tyler tak habis pikir dengan kenekatan Liam. Ia saja tidak tahu bagaimana keadaan anak itu sekarang.

Bukannya tidak tahu, justru ia sangat mengenali nama yang sangat tidak asing itu lagi, namun sama seperti yang lainnya, Tyler hanya mengetahui nama dan status yang dimiliki wanita itu. Meski sama-sama berselancar dalam dunia bisnis, mereka belum pernah bertemu sama sekali sebagai rekan maupun investor.

"Dia wanita muda, Tuan. Saya pernah melihatnya. Dia sangat menawan!" celetuknya, kemudian menunduk lagi setelah mengatakannya.

"Pikirmu aku peduli?" datar Tyler.

"Tidak, Tuan." Sambil mengatup bibirnya.

"Ayo temui dia. Aku harus mengambil anakku lagi."

"Saya juga berniat begitu, Tuan. Tapi, ternyata miss. Stacy tidak berada di New York selama dua bulan ini."

"APA KATAMU?!"

...****...

Hatchii!

"Aku tidak sakit," celetuk Oliver langsung sambil menggosok hidungnya pelan.

"Mungkin ada yang membicarakanmu," sahut Oscar.

"Sudah banyak yang membicarakanku, tapi aku baik-baik saja."

"Mungkin yang ini sedang sangat kesal padamu," kata Oscar asal.

"Cih! Memang aku berbuat apa." Oliver berujar sinis sambil menyilangkan kedua tangannya di dada, kemudian menatap ke luar jendela mobil yang masih bergerak. Sedetik kemudian ia menoleh dan menatap Liam.

"Astaga, kita lupa mantelmu. Meski salju sudah berhenti, tapi masih hujan dan dingin. Jangan sampai kau terkena flu juga," katanya segera melepas mantel miliknya sendiri untuk dipasangkan pada Liam.

"Aku baik-baik saja, Mommy. Nanti kau terkena flu."

"Aku sudah terkena flu. Kau dengar sendiri tadi, kan? Jangan khawatirkan aku. Aku sangat kuat." Menutup rapat-rapat mantelnya di tubuh kecil Liam kemudian memelukmu dari samping.

Liam tersenyum dalam rengkuhan Oliver.

"Mommy ...."

"Yes, Dear?"

"Aku senang bertemu, Mommy. Teman-teman bilang memiliki ibu sangat menyenangkan, tapi aku tidak punya. Aku hanya bersama daddy sejak dulu." Liam berkata dengan nada sendu.

Oliver terpaku di tempatnya. Matanya menatap Oscar yang menatapnya juga dari spion tengah.

"Sekarang Liam sudah punya, kan? Jadi jangan bersedih lagi." Oliver tersenyum seraya mengelus kepalanya.

"Apa Mommy akan bersamaku terus?" Liam mendongak. "Tidak akan pergi?"

"Tidak akan."

"Janji?" Memberikan jari kelingkingnya yang kecil.

Oliver tidak langsung menerimanya. Lagi-lagi ia menatap Oscar dari spion tengah. Pria itu menggeleng.

Oliver kemudian tersenyum. "Janji!" Sambil menautkan jari kelingkingnya pada jari Liam dengan Oscar yang menghela nafas pasrah.

Bisa gila aku, batin Oscar.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Terpopuler

Comments

Rose 19

Rose 19

resiko jadi asisten harus siap di segala kondisi. keremi sama Oscar semangat

2024-03-10

2

dewi

dewi

kasian kamu OS... nasibmu sama kaya Jeremy 😅😅🤭

2024-03-09

1

dewi

dewi

masih memikirkan ayahnya 😅

2024-03-09

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!