Bertemu

Oliver menekan tombol lantai satu lift berkali - kali dengan Audrey yang terus mengoceh di belakangnya. Adapun yang Oscar yang juga sibuk memintanya agar tenang dan tidak terburu - buru. Tahu bagaimana isi kepala Oliver sekarang? Rasanya ingin sekali menutup mulut keduanya agar diam selamanya!

Kenapa Lift ini lambat sekali! batin Oliver kesal.

"Nona, maafkan saya. Tuan muda sungguh meminta saya membuatkannya susu. Itu sebabnya saya pergi dan dia tidak ada saat saya kembali."

"Tenanglah, Nona. Tuan muda tidak akan jauh. Dia mungkin bermain di sekitar sini," bujuk Oscar. Mereka sendiri belum mengecek cctv. Ia akan melakukannya jika Liam memang tidak ditemukan. Lagipula, Ia yakin seratus persen jika Liam masih ada disini. Bocah itu sudah jatuh cinta pada ibu barunya, tahu!

"Kau lupa bagaimana kita menemukannya, hah?! Jika terjadi hal sama—"

"Tidak akan!"

"Cih!" decih Oliver sinis.

Audrey sudah menutup mulutnya begitu perdebatan keduanya dimulai. Menurutnya, itu bukan lagi ranahnya untuk ikut campur. Selama ini hanya Oscar yang mampu menghadapi sang nona.

Begitu lift terbuka, Oliver langsung keluar dari sana.

"Kau kembalilah. Biar aku bersama nona," kata Oscar pada Audrey. Wanita itu mengangguk patuh dengan wajah sendunya.

Lantai satu adalah lantai pertama yang terpikirkan oleh Oliver hingga membawanya kesini. Petugas keamanan segera membuka acces control begitu melihat kehadiran Oliver sehingga wanita itu bisa melewatinya begitu saja.

Tak lama setelah melewatinya, pandangan Oliver langsung mengarah ke satu tempat yang membuat sorot matanya menjadi semakin dingin. Oliver melangkah cepat menuju sesuatu yang menjadi perhatiannya saat ini. Bunyi langkah heels Oliver sangat kontras di lantai satu yang di huni oleh sedikit orang saat ini. Sebelum itu, ia sempat melempar ponselnya kepada Oscar yang seketika kalang-kabut menangkapnya.

Nonaa ...!

"LEPASKAN PUTRAKU!" teriak Oliver yang lagi-lagi membuat jantung Oscar hampir keluar dari tempatnya.

...***...

Datang tanpa membuat janji? Ya, ini memang kesalahan yang seharusnya tidak dilakukan, namun kesabaran Tyler telah menipis sebanyak batas kesabarannya karena Jeremy yang bodoh itu menyuruhnya menunggu satu hari lagi untuk pergi!

Cukup lama tertahan di lobi karena tidak sembarangan orang bisa masuk tanpa izin meski dengan identitasnya sekalipun. Apalagi mereka ingin bertemu langsung dengan pemimpin tempat ini.

"Berapa lama lagi?" Jeremy bertanya. Sejak tadi kedua resepsionis berjenis kelamin wanita itu seperti sibuk menghubungi seseorang.

"Tunggu sebentar, Sir." Mereka tersenyum canggung sambil memegang telepon.

"Nona sedang mengamuk." Keduanya saling berbisik.

"Bagaimana ini? Orang itu mr. Charles." Berbisik lagi. Memangnya siapa yang tidak kenal orang itu? Pria dengan kesempurnaan nyata yang di idamkan banyak wanita, serta orang terkaya yang jauh lebih kaya daripada pemilik perusahaan ini sendiri! Sayangnya, peraturan tetaplah peraturan.

Telepon berdering dan segera dijawab.

"Maaf, Sir. Keadaan saat ini tidak memungkinkan untuk bertemu." Kedua resepsionis baru saja mendapat kabar dari Audrey jika keadaan tidak baik-baik saja sekarang. Emosi Oliver sedang lepas saat ini.

"Kalau begitu katakan saja jika Tyler Charles yang ingin bertemu." Jeremy membujuk sekali lagi sambil melirik Tyler yang terlihat semakin kesal.

"Masalahnya nona sedang tidak baik—"

"Daddy!" Suara itu mengalihkan atensi mereka.

Daddy?! Keduanya resepsionis itu saling menatap, tercengang. Bukankah ia anak yang dibawa sang nona tadi pagi? Apakah ada hubungan antara mr. Charles dan miss. Stacy?

Sedangkan, Tyler sudah berkacak pinggang di tempatnya berdiri. Ini dia anak nakal! Menatap Liam dengan tatapan tajam nan menusuk.

"Tuan muda! Syukurlah anda sehat." Jeremy menghela nafas lega.

"Jeremy, cepat bawa daddy pulang! Mommy bisa marah nanti."

"Mommy?" desis Tyler. "Apa yang kau lakukan, Liamm ... cepat pulang denganku!" hardiknya. Liam langsung waspada begitu ayahnya mendekat.

"TIDAK MAU!" Bersiap lari, namun Tyler lebih dulu menangkapnya dan menahan kerah belakang lehernya.

"MOMMY!" Liam berteriak.

"Sir, anda tidak boleh kasar pada—"

"Diam kau!" Jeremy sontak mengatup mulutnya rapat.

"Dia bukan mommy-mu! Berhenti bermain-main dan pulang!" Tyler sudah menggendongnya di pundak seperti memikul karung, sedangkan Liam mengayun-ayunkan kakinya dan mulai menangis.

"Kenapa kau menangis, Liamm ..." Tyler memijat keningnya. Sejak kapan anak ini jadi cengeng!

"Mommy pasti mencariku!"

"Kau tidak berpikir begitu saat meninggalkan Daddy, hah?"

"Pokoknya aku mau mommy!"

"Yang benar saja. Ayo pergi, Jeremy."

"DADDY!" Tangis Liam semakin menjadi.

"Diamlah, Liam."

Kedua resepsionis tadi terlihat kebingungan. Keduanya sampai menggigit jari mereka karena bingung. Apa ini benar? Bagaimana jika ini kejahatan? Mereka akan mati jika benar, kan? Masalahnya, anak itu juga bersama bos mereka.

"LEPASKAN PUTRAKU!"

Hening.

Jeremy membulatkan mata di tempatnya berdiri sekarang. Bagaimana bisa ada malaikat di tempat ini?! Begitu isi pikirannya sekarang. Pasalnya, seorang wanita dengan sorot tegas dan tajam serta aura dingin di sekitarnya sedang berjalan ke arah mereka.

Jangan lupakan parasnya yang mampu menandingi banyak wanita cantik! Lihatlah kharisma dan keanggunan yang muncul meski wajahnya terlihat marah begitu.

Dua kata langsung terlihat di pikirannya. "Oliver Stacy."

"Nona tenangkan diri anda." Oscar mengingatkan dari belakang.

"BERANINYA KAU MENCULIK PUTRAKU!"

Jeremy yang sempat tenggelam dalam lamunannya tidak sempat mencegah Oliver yang menarik jas Tyler dan membalik tubuh pria itu dengan kasar.

"Mommyy ..." Liam terisak kecil, sedangkan wanita itu mulai terpaku di tempatnya bersama Tyler yang juga terdiam menatapnya. Jeremy dan Oscar jadi terdiam juga, saling menatap bingung satu sama lain.

"Ollie?" Tyler akhirnya bersuara dengan kening mengkerut, sedangkan Oliver segera menggeleng cepat untuk menyadarkan dirinya.

"Berikan Liam!" Tanpa persetujuan, mengambil alih bocah itu. Liam langsung menyembunyikan wajahnya di leher Oliver.

Tyler seolah melupakan Liam karena fokusnya mulai teralihkan oleh Oliver sepenuhnya.

"Ollie?" Lagi-lagi menyebut nama itu. Kali ini dengan senyum miring yang tampak menggoda.

"Jadi, kau?! Kau pria brengs*k yang menyiksa Liam-ku!" Oliver mengabaikan pesona di depannya.

"What?" Kening Tyler mengkerut lagi. Pria itu menatap putranya yang mengintip di leher Oliver sambil memeletkan lidahnya, kemudian bersembunyi lagi.

Bocah ini ...!

"Kau salah paham. Aku tidak pernah menyi—" Bruk!

"Arghh!" Tyler meringis memegang kakinya karena wanita itu tanpa aba-aba langsung menendang tulang keringnya.

"Tuan!"

"Nona!"

Oscar dan Jeremy terkejut bersamaan.

"Kau tahu berapa lama aku menunggu untuk melakukan ini?! Kau pantas mendapatkannya!"

"Ollie, apa yang kau lakukan—"

"Jangan menyebut namaku!"

"Ok, baiklah! Biar aku jelaskan. Dia putraku, bukan putramu. Jadi, kembalikan padaku."

"Jangan harap!"

"Jangan harap?" Tyler terkekeh. Kenapa jadi dirinya yang seolah berusaha menculik anak orang lain. "Dengar ... kau mengenalku, kan? Aku tidak melakukan hal kotor seperti itu."

Tunggu ... mengenal?! Jeremy dan Oscar saling menatap kembali. Sepertinya hal ini lebih serius dari yang mereka duga.

"Begini, Tuan dan Nona. Sebaiknya kita bicarakan ini di ruangan saja," tawar Oscar.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

...ups🫢...

Terpopuler

Comments

Tri Tunggal

Tri Tunggal

kayaknya ollie punya dendam masa lalu nih sama tyler 😁😂😂

2024-03-11

3

dewi

dewi

🤣🤣🤣👍👍👍👍

2024-03-09

1

dewi

dewi

🤣🤣🤣🤣

2024-03-09

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!