Mommy Marah?

"Apa?! Itu sangat mengejutkan, Nona!" Oscar terperangah dengan fakta ini. Ia baru saja mengorek informasi dari sumbernya langsung.

"Kalian putus setelah membuat mantan pacarnya cemburu?"

"Sebenarnya tidak bisa disebut seperti itu. Sejak awal kami hanya berpura-pura saja." Oliver sedikit kesal saat menceritakannya.

"Kenapa Nona mau melakukannya?"

"Kenapa? Karena wanita itu musuhku. Kami tidak akur sama sekali. Jadi, aku setuju saja saat Tyler meminta bersandiwara," jawabnya, menyilangkan tangan di dada.

Caitlin dan dirinya, semua orang di kampus juga tahu bahwa mereka tidak pernah akur. Entah bagaimana semua bermula, yang jelas Caitlin selalu membuatnya kesal. Jadi, anggap saja sebagai balas dendam dengan menerima Tyler. Sangat puas rasanya melihat wanita itu keresahan.

"Tyler mendapatkan kembali Caitlin dan sekarang memiliki Liam." Oliver mengedikkan bahu. Oscar seperti mendengar nada kesedihan di balik suaranya.

"Nona tidak jatuh cinta sungguhan, kan, saat itu?"

"Tentu saja tidak!" hardik Oliver.

"Saya hanya memastikan!"

"Sudah, jangan memaksaku bercerita lagi!" Oliver meraih kotak susu di kulkas. Sebagai informasi, ia masih berada di vila dan Oscar menyusulnya kemari setelah Sebastian pulang.

"Tapi, Nona ... anda lupa saat melihat akta kelahiran tuan muda Liam, tidak tertera mr. Charles sebagai ayahnya?"

Sontak Oliver menghentikan tegukan susunya. Benar juga. Kenapa ia bisa lupa?

"Jika tidak salah ingat, nama ayahnya adalah Lohan Parrish, bukan Tyler Charles."

"Kau benar, Oscar." Sekarang Oliver menjadi bingung. Jika Tyler ayahnya, seharusnya sudah sejak awal ia mengetahuinya, kan?

"Astaga, Oscar! Jadi, selama dua bulan ini aku berhubungan dengan Molina Charles, ibunya Tyler." Namun, ia selalu memanggilnya mrs. Parrish. Bagaimana bisa ia lupa! Parrish adalah marga yang digunakan oleh Caitlin dan Liam bermarga Parrish, bukan Charles.

"Apa yang terjadi?" Oliver bertanya-tanya.

...***...

Mansion Charles

Liam terbangun dengan linglung di kamarnya. Tangannya menggosok-gosok matanya yang masih menyipit.

"Mommy ...," panggilnya begitu saja dengan suara serak khas bangun tidur. Anak itu sepertinya belum menyadari dimana dirinya sekarang, sampai akhirnya Liam melihat sebuah figura di atas meja belajarnya. Ini terlihat seperti di kamarnya?

Beberapa saat kemudian Liam langsung turun dari ranjangnya dan berlari keluar. Dirinya ingat saat tidak sengaja tertidur di tengah keributan antara ayah dan ibu barunya.

"Mommy ...!" panggilnya cukup keras sambil berlari menuruni tangga. Tyler pun mendengar panggilan Liam saat bocah itu melewati ruang kerjanya.

Sudah bangun ternyata. Sebentar lagi akan terdengar keributan, kan?

"TYLER!"

See?

"Sudah, jangan menangis, Liam. Nanti daddymu antar kau pada Oliver," bujuk Molina.

"Aku ingin mommy, Grandmaa ...," sunguknya.

Tyler hanya bisa memijat keningnya, pusing. Sekarang Liam sudah benar-benar berubah menjadi anak cengeng. Hanya hal seperti ini saja sudah membuatnya sesegukan begitu?

"Jangan berakting lagi, Liam. Lagipula, dia sudah tahu rencanamu!" kata Tyler kesal. Nenek dan cucu itu sedang bersandiwara lagi, kan?

"Sudah tahu?" Liam langsung berhenti menangis.

"Dia sudah tahu kau anak nakal yang menipunya!" Tyler tanpa ragu mengatakannya tanpa rasa bersalah.

"Mommy tahu?" Liam menggeleng. "Aku tidak nakal!"

Hell! Kemana air mata yang mengalir deras tadi? Sudah hilang, heh!

"Oliver kecewa padamu. Dia tidak menyangka telah ditipu oleh anak kecil."

"Apa yang kau katakan, Tyler!" Molina mulai berapi-api sambil berkacak pinggang.

"Bohong! Daddy bohong, kan?!" pekik Liam.

"Benar, ayahmu itu hanya mengerjaimu," kata Molina.

"Aku tidak bohong. Tanya saja pada Jeremy," tunjuk Tyler pada Jeremy yang membeku di dekat tangga.

Kenapa membawa-bawa aku, Tuannn! batin Jeremy menjerit.

"Daddy bohong, kan, Jeremy?!" teriak Liam. Tyler menatapnya dengan tajam di belakang Liam, membuat Jeremy meneguk salivanya kasar.

"Setahu saya ... miss. Stacy yang menyuruh untuk membawa anda pulang." Begini lebih baik, kan?

"Dengar sendiri, kan?" sahut Tyler.

Liam kembali berkaca-kaca sambil menatap Molina. "Grandmaa ..." lirihnya. Bibirnya sudah mencebik lucu menahan tangis selanjutnya.

"Sttt ... tenang saja, Nak. Grandma akan bicara dengan Oliver," bujuk Molina sambil menatap kesal Tyler.

Tyler ingin tertawa keras-keras, namun ditahan. Ini hukuman untuk bocah nakal itu karena membuat dirinya dipandang sangat buruk. Bisa-bisanya anak itu mengaku di siksa ayahnya sendiri, ck! Bahkan meninggalkannya selama dua bulan tanpa memberinya kabar.

"Bagaimana jika mommy tidak mau bertemu lagi?" katanya lirih. "Aku akan minta maaf."

"Mana mungkin! Cucu grandma sangat lucu. Oliver tidak akan marah."

"Cih!" Tyler berdecih. Anak itu terlalu dimanjakan.

Molina langsung mengambil ponselnya untuk menghubungi Oliver, namun berkali-kali di hubungi pun tidak ada jawaban dari wanita itu.

Tyler sendiri mengernyit. Wanita itu benar-benar marah? Padahal ia hanya mengarang tadi.

"Berikan aku nomornya," kata Tyler. Hal yang sama terjadi padanya.

"Mungkin nona sedang sibuk, Tuan, Nyonya." Jeremy menebak.

"Mommy selalu mengangkat telepon meski sangat sibuk," kata Liam masih dengan bibir mengerucut. "Mommy pasti sangat marah."

"Aku mau ke kamar saja." Liam berdiri dan berjalan menuju kamarnya tanpa menoleh lagi.

"Bagaimana ini? Lakukan sesuatu, Tyler. Lagipula ini ulahmu!"

"Kenapa jadi salahku? Kalian berdua yang bermain-main."

"Kau ini ..." kesel Molina.

Semuanya sama saja! batin Jeremy yang menjadi pengamat saja.

...***...

Oliver cukup puas seharian ini. Wanita itu menghabiskan waktunya dengan bersantai dan berolahraga bersama Oscar. Keringat sudah mengucur deras di tubuhnya saat ini. Nafasnya masih naik turun cepat setelah menghabiskan banyak tenaga dengan berlatih tinju.

Tentu saja hari ini juga bukan hari yang akan digunakannya untuk bekerja karena ia akan memanfatkan waktu istirahatnya sebaik mungkin. Seperti tidak menerima telepon apapun misalnya. Jangan khawatir, Audrey yang akan menghandle semuanya selama Oscar menemaninya.

"Kau bisa kembali sekarang. Aku akan berendam sambil melihat matahari terbenam." Berdiri dan melepas sarung tinjunya.

"Nona tidur disini malam ini?"

"Yup! Aku pulang besok pagi."

"Baik! Saya sudah menyuruh koki membuat makan malam anda. Jangan lupa untuk makan."

"Pergilah," kata Oliver acuh sambil melambaikan sebelum tangan, membelakangi Oscar.

Air hangat langsung merilekskan tubuhnya begitu mereka menyatu dalam bathup. Saat ini, memang paling enak untuk berendam, bukan?

"Aku akan tidur sebentar," gumamnya cukup mengantuk. Ia sempat berpesan pada pelayan agar membangunkannya jika ia tertidur nanti.

Cukup lama ia tertidur disana begitu ketukan pelayan terdengar dari luar.

"Maaf, Nona. Ponsel anda berbunyi sejak tadi."

Hah ... siapa yang menghubungi di jadwal kosong seperti ini? Tidak banyak yang memiliki nomor pribadinya karena ia sudah memisahkan antara pekerjaan dan kehidupannya, tentu saja!

"Biarkan saja. Bawakan aku makan."

"Baik, Nona."

Setelah menyelesaikan mandinya dan makan, Oliver melanjutkan kembali tidurnya di ranjang. Sampai jumpa hari ini. Aku ingin bermalas-malasan! Sambil memejamkan matanya.

Oliver kembali terbangun saat merasakan getaran ponsel tepat dibawah bantal yang ditidurinya. Ia menatap jam di atas nakas yang menunjukkan pukul dua pagi.

"Siapa yang mengirim pesan di tengah malam?" Meraih ponselnya di bawah bantal. Astaga, ada beberapa panggilan tak terjawab dari mrs. Parrish dan nomor tak dikenal.

Ollie ... ini aku, Tyler. Aku mendapatkan nomormu dari ibuku. Aku ingin memberitahumu jika Liam sakit sambil menyebut namamu. Mungkin kau bisa datang sebentar untuk melihatnya saat kau bangun besok.

"Bagaimana bisa aku menunggu besok saat aku sudah membacanya sekarang!" Tanpa pikir panjang Oliver segera beranjak mengambil tas serta kunci mobilnya.

Anak kecil memang sensitif!

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Terpopuler

Comments

Rifa Endro

Rifa Endro

waaah ... sesayang itu ya si ollie

2024-03-11

3

luzy_rm

luzy_rm

berharap othornya khilaf trus crazy up ...

2024-03-10

1

rofik

rofik

monggo dilanjut thor ceritanya,akoh tunggu😉

2024-03-10

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!