Menghilang

S'TCY Company

Pagi ini, untuk pertama kalinya Liam menginjakkan kaki di gedung raksasa yang besarnya hampir menyamai perusahaan sang ayah. Liam mengikuti langkah Oliver yang menggandengnya begitu turun dari mobil. Bisa ia lihat bagaimana semua orang yang melihat Oliver spontan menghentikan langkah mereka, menunduk dan memberi hormat.

Bukan hanya itu, Liam juga memperhatikan ekspresi ibu barunya tersebut. Apa ia masih orang yang sama saat berada di rumah? Bahkan Oscar terlihat lebih dingin sekarang.

Saat melewati semua orang, Liam tahu bahwa mereka bertanya-tanya tentangnya. Siapa anak kecil yang bersama nona mereka? Begitu,kan? Namun, luar biasa tidak ada yang bersuara sedikitpun meski itu hanya bisikan samar.

Rupanya Oliver bukan hanya setara, namun sangat mirip dengan ayahnya! Liam semakin percaya diri. Jeremy bilang jika jodoh adalah cerminan diri. Berarti, ia tidak salah, kan?

"Tidak lama lagi pasti akan ada gosip!" Oscar menghela nafas kasar setelah mereka berada di lift khusus petinggi.

"Tutup saja mulut mereka," ujar Oliver tanpa ekspresi. Liam hanya mendengar decakan Oscar.

"Mommy ..." Menarik-narik blazer Oliver. Wanita itu langsung menunduk sambil tersenyum. Perubahan ekspresi yang cepat, bukan? Oscar ikut menoleh.

"Aku tidak mendengar mereka bergosip," katanya polos.

Oscar spontan tertawa. "Mana ada yang berani bergosip di depan bos mereka, Tuan muda Liam, tapi bukan berarti mereka tidak bergosip di belakang. Kau mengerti sekarang?"

"Mengerti." Liam mengangguk. "Apa mereka akan membicarakanku?"

"Jangan pedulikan mereka. Mereka tidak tahu apa-apa tentang kehidupan kita." Oliver melingkarkan tangannya di leher Liam.

"Ya, tidak usah pedulikan itu," celetuk Oscar.

"Tapi, Liam— jika ada yang mengganggumu suatu saat, kau tidak boleh membiarkannya. Balas mereka, ok?" Oliver sedikit berbisik di bagian akhir.

"Baik!" jawab Liam antusias.

Oscar terperangah di sebelahnya. Apa ini pelajaran pertama?

"Selamat pagi, Miss Stacy, Oscar dan—"

Eh? Siapa orang baru ini?

"Tuan muda Liam." Oscar menambahkan saat melihat sekretaris wanita itu kebingungan di tempatnya.

"Tuan mu— ah maaf! Selamat pagi, Tuan muda Liam," sapanya dengan cepat setelah melihat raut wajah Oliver yang mulai bosan.

"Selamat pagi, Audrey." Oliver membalas pelan sambil berlalu menuju ruangannya bersama Liam.

"Siapa?" Audrey menyikut Oscar.

"Jaga saja anak itu seperti menjaga nyawamu. Aku sudah kehilangan setengah nyawaku."

Sepertinya dia mulai gila, batin Audrey tidak peduli.

"Liam, kau boleh melakukan apapun yang kau mau di ruangan ini. Aku akan bekerja dulu. Wanita di depan tadi adalah sekretarisku. Kau bisa meminta apapun padanya," jelas Oliver.

"Baik, Mommy!"

-

-

-

"Sudah waktunya rapat, Miss Stacy." Audrey masuk sambil melirik Liam yang membaca buku di sofa.

Apa dia tahu buku apa yang dia baca?

"Audrey!"

"Yes, Miss!" Audrey segera tersadar.

"Aku pergi dengan Oscar. Kau jaga putraku selama aku rapat. Awas terjadi sesuatu padanya," ancam Oliver memicing.

"Baik, Miss!"

"Liam, tunggu disini, ok?"

"Aku akan diam bersama Audrey." Liam menurut.

"Anak pintar." Oliver mengelus kepala Liam. Audrey membeku di tempatnya setelah menyaksikan momen yang dianggapnya langka tersebut. Oliver bersikap manis?!

"Jangan khawatir, Miss Stacy! Saya akan menjaganya seperti menjaga nyawa saya!" ucapnya dengan semangat, mengulangi kalimat Oscar sebelumnya.

"Pfftt." Oscar muncul di belakangnya. Audrey melirik sinis.

Setelah kepergian keduanya, Audrey masih berdiri diam sambil mengamati Liam yang sibuk dengan dunianya sendiri. Gatal sekali rasanya ingin bertanya apa hubungannya dengan Oliver. Bosnya itu tidak benar-benar mengadopsi seorang anak, kan?

"Kau bisa melanjutkan pekerjaanmu saja. Jangan menatapku terus." Liam berucap tanpa menatapnya.

Eh? Audrey terpaku. Tunggu! Apa ia masih anak yang sama? Saat ini Liam tidak terlihat seperti anak manis yang baru saja di elus kepalanya oleh Oliver, melainkan— tatapan macam apa ini sekarang? Audrey sedikit bergidik sekarang begitu Liam menatap kearahnya dengan pandangan cukup dingin.

"Ka— kalau begitu permisi, Tuan Muda." Audrey menunduk, kemudian keluar secepat mungkin dari ruangan. Jika tidak salah, bocah itu tidak suka ada orang lain di sekitarnya, kecuali— Oliver!

Nona tidak sedang tertipu, kan? Audrey duduk di kursinya, sedikit syok. Apa Oscar tahu? Sepertinya sudah tahu. Audrey berkutat dengan pikirannya.

Beberapa waktu berlalu, Liam mulai bosan. Sudah cukup lama ia menunggu ibunya yang cantik datang, namun belum ada tanda-tandanya. Beberapa buku cukup berserakan di atas meja. Semuanya sangat membosankan!

Liam berjalan menuju dinding kaca transparan yang menampakkan pemandangan kota New York dari ketinggian. Tidak sengaja pandangannya mengarah ke bawah, tepat di halaman menuju pintu masuk lobi, dimana matanya langsung membola karena terkejut.

"Daddy!"

Apa yang dilakukan ayahnya disini bersama Jeremy? Ah, bodoh sekali! Tentu saja mencarinya!

Buru-buru Liam menekan sebuah tombol di meja kerja Oliver. Audrey segera datang begitu mendengarnya.

"Ada apa, Tuan—"

"Aku haus! Aku ingin susu!" katanya cepat.

"Baik— lah! Tunggu sebentar, Tuan muda. Saya pergi buatkan." Audrey jadi terburu-buru.

"Cepat!"

Setelah wanita itu pergi, Liam segera pergi keluar, bahkan sangat berani untuk menuruni lift sendirian. Ia tidak bisa membiarkan ayahnya bertemu begitu saja dengan sang mommy tanpa persiapan, kan? Oliver sangat sensitif dengan emosinya sendiri. Bagaimana jika terjadi keributan? Apalagi keduanya memiliki sifat yang tidak jauh berbeda.

Tunggu aku dulu, Daddy!

Sedangkan di ruangan lain, lagi-lagi kesabaran Oliver Stacy diuji.

"Sepertinya kalian suka sekali membuatku kesal, ya?" Oliver berkata dengan nada rendah, namun matanya menyorot tajam kepada semua orang yang terlibat hari ini. Mungkin hanya Oscar yang bersikap santai saat ini karena ia pun tidak bisa berbuat apa-apa untuk menolong mereka dari amukan Oliver.

"Aku duduk hampir dua jam disini hanya untuk mendengar ocehan omong kosong kalian saja?" Mereka semua hanya menunduk.

Oscar menggeleng sambil berdecak. "Kalian seharusnya lebih hati-hati. Bagaimana bisa kalian menghilangkan desain baru ini? Waktu peluncuran sudah dekat dan kita belum menyelesaikan apapun. Tahu sendiri bagaimana kerugiannya, kan?" jelas Oscar. Mereka mengangguk.

"Sepertinya kalian mulai tidak kompeten," gumam Oliver malas. "Aku tidak menerima kata maaf kali ini. Tidak berguna aku menerimanya jika kalian hanya melakukan kesalahan berulang. Pecat—"

"JANGAN PECAT KAMI, MISS. STACY. KAMI AKAN BEKERJA KERAS LAGI DAN DAN TIDAK MENGECEWAKAN ANDA," ucap mereka serempak.

Cih! Bagaimana bisa mereka mengucapkannya bersamaan begitu, batin Oliver mencibir. Ia bahkan belum selesai bicara.

"Pecat manajer mereka, Oscar. Aku butuh tenaga kerja, bukan tukang tidur." Oliver berucap jengah.

"Apa?" Mereka mendongak serempak. Manajer? Bukan mereka?

"Kenapa? Kalian ingin di pecat juga?" sinis sang nona.

"TIDAK, MISS! TERIMA KASIH, MISS STACY. KAMI AKAN—"

"Tuan muda menghilang, Miss Stacy." Audrey yang menerobos pintu masuk tiba-tiba, membuat seisi ruangan menjadi tegang kembali.

"HILANG?!"

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Yeyy besok mommy sama daddy ketemu ya Liam😂 hayuk siapa disini yang ga sabar liat mereka ketemu?

Terpopuler

Comments

dewi

dewi

☝️☝️
moga aja pas ketemu mereka gak tukaran

2024-03-09

2

dewi

dewi

untung masih ada sisa setengah 😅

2024-03-09

1

Rifa Endro

Rifa Endro

waduh , anak ini benar2 menguji kesabaran dan adrenalin

2024-03-08

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!