Bab 18

Rendra menghentikan motornya tepat di depan rumah Kaluna, dimana gadis cantik itu sudah berdiri di depan pagar dengan ekspresi datar yang tidak bisa terbaca oleh Rendra.

"udah jangan kesel gitu, cantiknya hilang nanti." Godanya seraya memberikan helm untuk Kaluna.

Tidak ada jawaban yang terlontar dari bibir gadis cantik itu. Diraihnya helm pemberian Rendra lalu dengan cepat Kaluna bergegas duduk di jok belakang motor Rendra.

"ayo jalan mas!" ucapnya dingin.

Rendra menghela napasnya sebelum tangannya menarik gas motor yang mereka tunggangi.

"Mau kemana kita?" Rendra setengah berteriak karena memang mereka sedang di jalan raya.

"Terserah." Jawab Kaluna dingin.

"Mau lihat paralayang?"

"Terserah kemana aja mas."

Rendra melirik sekilas dari spion motor sosok gadis yang sedang terlihat kesal tersebut sebelum memacu motornya ke arah Paralayang.

Flashback end

Suara ketukan pintu membuyarkan konsentrasi Kaluna yang sedang berfokus dengan kertas-kertas di hadapannya.

"Masuk!" Perintahnya cepat yang membuat seorang wanita cantik dengan rambut yang dikuncir rapi masuk ke dalam ruangannya.

"Presdir, ada tamu."

Kaluna melepas kacamata yang diiringi dengan helaan napas. "Kalau itu mas Hendra atau Theo, aku tidak mau bertemu." ujarnya dingin.

Ajeng, sapaan akrab wanita yang menjadi sekertaris sekaligus ajudan pribadi Kaluna selama hampir 2 bulan terakhir hanya tersenyum.

"Pak Rendra ingin bertemu." jelasnya kemudian.

Kaluna mengangguk, "biarkan dia masuk!" perintahnya kemudian.

Tidak berselang lama seperginya Ajeng, masuk sosok laki-laki yang sudah hampir 2 bulan tidak ditemui oleh Kaluna.

Ekspresi dingin dan tegas yang sering ditunjukkan oleh Kaluna seketika berubah menjadi ekspresi manis saat bertemu dengan laki-laki yang mangantarnya sampai ke titik dimana dia berdiri sekarang.

"Kok gak bilang kalau mau kesini?"

Rendra memutar bola matanya lalu tersenyum lembut. "Biar surprise." ucapnya singkat.

"Jangan duduk!"

Rendra yang sudah bersiap untuk duduk di sofa seketika mengurungkan niatnya. Tatapan tidak mengerti terlihat jelas dari sorot matanya.

"Kenapa sih?" tanyanya tidak mengerti.

Kaluna beranjak dari kursi kerjanya, wanita yang membiarkan rambutnya tergerai rapi itu berjalan mendekat ke arah Rendra.

"Sebentar ya mas." Ucapnya seolah meminta izin sebelum akhirnya memeluk Rendra.

Rendra hanya tersenyum tipis melihat Kaluna pelan tapi pasti kembali seperti dirinya yang dulu. Kaluna yang tahu kapan dia harus kuat dan kapan harus berkeluh kesah. Kaluna yang tahu kapan dia harus tegas kapan dia harus manja.

"Capek ya?" Rendra mengusap punggung wanita yang dengan nyaman menyandarkan kepala di pundaknya tersebut.

Kaluna mengangguk. "Capek banget ternyata ngurus sesuatu yang hampir hancur mas." Ujarnya.

"Nggak papa, kalau capek kamu bisa ke mas. Kan ada mas? Kamu bisa bergantung sama mas."

Kaluna melonggarkan pelukannya. Kepalanya sedikit mendongak agar bisa beradu tatap dengan Rendra.

"Kenapa? Kok sedih gitu wajahnya?"

Kaluna menggeleng. "Lagi bersyukur karena aku punya kamu di hidupku mas. Terimakasih ya." ucapnya lembut.

Senyuman manis terukir jelas di wajah Rendra dengan tangan yang terlihat merapikan anak rambut Kaluna yang sedikit berantakan.

"Mas yang terimakasih karena kamu mau kembali ke mas. Setelah ini membaik, kita menikah ya?"

Tatapan lembut Kaluna tiba-tiba berubah menjadi tatapan ragu saat Rendra menyebut tentang pernikahan.

"Kok ragu? Kenapa? Mas gak layak ya buat jadi suami kamu?"

Kaluna menggelengkan kepalanya dengan cepat. "Aku yang takutnya gak layak buat jadi istri kamu mas." keluhnya resah.

Rendra kembali merengkuh tubuh Kaluna. "Kamu sudah lebih dari cukup buat mas." jelasnya singkat.

"Malam ini kencan yuk, sudah 2 bulan kita gak kencan."

Kaluna yang masih di dekapan Rendra hanya bisa menghela napas. "Kerjaanku masih banyak mas. Besok pagi aku juga ada operasi." rengeknya manja.

Rendra melepaskan pelukannya, di tatapnya lekat wajah kekasihnya itu sebelum akhirnya sebuah kecupan mendarat di bibir mungil Kaluna.

"Mas temani lembur boleh?" pintanya lembut. Kaluna memutar bola matanya malas yang berhasil membuat Rendra tertawa lepas.

"Yang ada malah bercanda melulu kalau kerja sama kamu mas." Protes Kaluna sembari berjalan menuju kursi kerjanya.

"Kok balik kerja? Ayo makan dulu. Aku sudah bawain makanan tuh." Rendra menunjuk ke arah bingkisan yang dibawanya.

"5 menit lagi." ucapnya singkat sebelum kembali berkutat dengan kertas-kertas yang tadi sempat dia tinggalkan.

Rendra hanya tersenyum tipis, tidak ada protes atau penolakan apapun dari hal yang dilakukan kekasihnya. Satu per satu box makanan dia keluarkan dari paper bag warna coklat bertuliskan salah satu restoran mahal yang dulu biasa menjadi tempat kencan mereka berdua.

Sesekali lelaki itu mencuri pandang ke arah Kaluna yang beberapa kali terlihat menyibakkan rambutnya.

"Sayang ayo makan."

"Habis ini mas."

Lagi Rendra hanya bisa diam saat Kaluna masih terlalu asyik dengan pekerjaannya bahkan setelah hampir 30 menit waktu berlalu.

"1 jam kemudian..." Sindir Rendra saat menirukan suara yang ada di serial salah satu kartun di televisi.

Kaluna melirik Rendra yang pura-pura tidak melihatnya.

 "Iya deh iya." Kaluna menyerah. Di letakkannya lembaran yang sedari tadi di genggamnya ke atas meja.

"Maaf ya." ucapnya manis seraya duduk di sisi kanan Rendra yang sedang membuka satu per satu box makanan yang tadi dibawanya.

"Persiapan pencarian penulis baru bagaimana? Katamu kalau secara budget belum mampu untuk membawa kembali penulis-penulis mahal seperti yang sebelumnya."

Kaluna diam, sorot matanya menjelaskan kalau wanita itu sedang berpikir.

"Aku berniat mengadakan audisi."

Rendra yang sedang menikmati dimsum hany bisa mengernyitkan dahi tanda dia tidak mengerti.

"Audisi?" tanyanya bingung.

"Sayang, ini kan bukan agensi penyanyi. Kamu mau bikin audisi gimana buat penulis?"

Kaluna mengalihkan fokusnya ke arah Rendra yang memandangnya dengan tatapan bingung.

"Di website resmi aku mau buka audisi untuk para penulis baru. Hadiahnya, tentu saja kita terbitkan tulisan mereka secara gratis. Jadi para penulis-penulis baru akan mengirimkan naskah mereka sesuai genre yang ada. Setelah itu, kita pilah satu per satu mana yang sesuai dengan ketentuan." Jelasnya.

"Lalu kapan hari kamu minta bantuan ti**m IT buat apa?"

"Ow itu..." jawabnya santai seraya mengambil dimsum yang ada di depan Rendra.

"Aku mau buat aplikasi menulis. Dengan begitu, kita bisa menemukan banyak penulis-penulis berbakat yang mungkin belum punya wadah untuk mereka mengirimkan tulisannya. Kan kalau ada tulisan yang bagus, bisa kita kasih kontrak untuk kita terbitkan mas. Gimana?"

Tanpa sadar Rendra hanya tersenyum lalu mengangguk. Sorot mata antusias Kaluna benar-benar menjelaskan semuanya. Mungkin ini sebenarnya zona nyaman yang selama ini dia impikan. Tidak, wanita di depannya itu tidak pernah mengeluhkan soal pilihannya menjadi dokter, tetapi jauh di dalam hatinya, Rendra tahu kalau sebenarnya dia hanya ingin membuktikan ke kakak-kakaknya bahwa dia juga anak yang bisa di banggakan oleh keluarganya.

Terpopuler

Comments

Ayangnya Junmyeon❤

Ayangnya Junmyeon❤

busetttt thorrr makinn cintaaa dah aku sma masrenddd😭😭😭💙💙💙

2024-04-08

0

PemujaMu 😘😘😘

PemujaMu 😘😘😘

semangat lun......semoga selalu di sayang mas ren 😂😂🤣🤣🤣

2024-04-08

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!