Bab 6

Di hari yang lain, suara ketukan pintu di ruangan Kaluna berhasil membuat wanita itu menghentikan aktifitasnya mengoreksi laporan dari mahasiswa kedokteran.

"masuk,"

Seorang laki-laki tampak tersenyum manis ketika membuka pintu ruangan Kaluna yang berhasil membuat Kaluna menghela nafas dengan ekspresi malas.

"Ketua ada perlu apa?" tanyanya acuh pada Rendra yang sudah berdiri di balik pintu ruangan Luna.

"mau ajak makan siang," jawabnya seraya mengangkat bungkusan paperbag coklat yang ada di tangan kirinya.

"maaf, tapi saya tidak lapar Ketua."

Rendra menghela nafasnya sembari menyandarkan tubuhnya di sisi kiri pintu,

"bisa panggil mas aja gak kalau lagi berdua? Tua banget kesannya kalau dipanggil ketua sama kamu,"

Protes dari Rendra berhasil membuat Kaluna menarik ujung bibirnya walaupun sangat tipis.

"kamu cantik kalau senyum gitu Lun," ucapnya yang seketika membuat Kaluna membuang muka ke arah lain.

"Anda mau masuk atau tetap di depan pintu?" ucapnya dengan ekspresi kesal walaupun sebenarnya Kaluna menahan salting karena ucapan Rendra.

"ya gak dipersilahkan kok sama yang punya ruangan,"

Kaluna membuang napasnya kasar. Wanita itu beranjak dari kursinya lalu berjalan ke arah pintu ruangannya untuk membuka pintu yang sedari tadi hanya dibuka sepertiga bagian yang hanya menunjukkan kepala Rendra.

"silahkan masuk... mas"

Rendra tersenyum saat Kaluna memanggilnya dengan sebutan mas walaupun terdengar sangat lirih tetapi itu sudah cukup membuat hatinya berdesir.

Kaluna menatap bingung Rendra yang masih berdiri saat dirinya sudah duduk di sofa single yang di ruangannya.

"Nggak mau duduk?" tanyanya bingung.

Rendra menatap datar ke arah Kaluna yang menatapnya dengan sorot mata bingung,

"nggak dipersilahkan kok. Nanti kalau aku duduk tanpa dipersilahkan disangkanya gak sopan?" ucapnya dengan ekspresi menjengkelkan yang sering dia tunjukkan tetapi anehnya Kaluna tidak pernah marah karena dia tahu saat Rendra menunjukkan ekspresi tengilnya, lelaki itu berarti sedang bercanda.

"silahkan duduk" ucapnya dingin.

"gitu doang?"

Kaluna menaikkan satu alisnya dengan bingung,

"ya terus maunya gimana?" tanyanya tidak mengerti dengan kemauan Rendra yang terkadang di luar akal pikirannya.

"kan bisa bilang "silahkan duduk mas," gitu.."

Kaluna menatap Rendra dengan tatapan malas,

"mau duduk ya silahkan, gak mau ya sudah." Ucap Kaluna malas yang membuat Rendra akhirnya duduk di sofa panjang yang ada di sisi kiri Kaluna.

"mau minum apa?" tanyanya saat sudah berdiri di samping kulkas mini yang ada di ruangannya.

"air dingin aja." jawabnya singkat.

Kaluna kembali ke meja dengan membawa dua gelas berisi air dingin. Wanita itu melirik laki-laki yang sedang membuka makanan di sisi kirinya tersebut,

"banyak banget belinya?"

"ya kan kamu suka spaghetti sama dimsum pedas." Rendra menjawab tanpa melihat ke arah Kaluna. Lelaki itu masih sibuk membuka makan siang yang dia bawa untuk mereka berdua.

"Katanya kemarin keluar kota?"

Rendra melirik Kaluna sekilas sebelum kembali berkutat dengan makanan di depannya.

"kenapa? Kangen ya?" tanya Rendra yang berniat menggoda Kaluna.

Kaluna memandang Rendra dengan tatapan tidak percaya. "Aku? Kangen sama kamu? Gak kebalik?" tanyanya sinis.

Rendra terkekeh, "dulu kan waktu kita LDR, yang biasanya ngerengek kangen duluan kamu." cibirnya dengan ekspresi tidak mau kalah.

Kaluna menatap Rendra dengan sedikit salah tingkah saat laki-laki itu tiba-tiba membicarakan masa lalu mereka.

"dulu kan aku masih anak umur 20 tahunan," elaknya sembari membuang pandangan agar tidak bertemu tatap dengan Rendra.

Rendra memiringkan kepalanya, membuat Kaluna harus membuang pandangannya ke arah lain agar tidak bertatap mata dengan Rendra.

"memang kalau sudah 30 tahun gak boleh kangen?" godanya dengan senyuman yang membuat Kaluna semakin salah tingkah.

Melihat wanitanya salah tingkah, Rendra hanya tersenyum kecil.

"Nih sendok garpunya," ucapnya menyerahkan sendok garpu kepada Kaluna. Wanita di hadapan Rendra itu memang lebih senang menggunakan sendok garpu daripada sumpit saat makan mie. Kaluna baru akan menggunakan sumpit saat makan sushi atau makanan-makanan yang memang berasal dari rumah makan dengan konsep Jepang ataupun Korea.

Kaluna menerima sendok yang diberikan Rendra. "Terimakasih, tapi mas Rendra makan duluan aja, aku masih kenyang."

Rendra menaikkan satu alisnya, memandang Kaluna dengan tatapan penuh tanda tanya,

"Lagi mens?" tanyanya coba mencari tahu.

Kaluna menatap Rendra dengan tatapan terkejut untuk beberapa saat sebelum akhirnya mengangguk.

"Tau darimana?"

Rendra berpikir sebentar. "Bukannya dari dulu kalau lagi mens memang kamu jarang makan. Katanya perut kamu penuh kan rasanya?"

Deg!

Kaluna tidak menyangka kalau Rendra masih mengingat dengan sangat baik detail-detail tentang dirinya.

Rendra kembali menunjukkan ekspresi berpikir lalu mengangkat kedua pundaknya. "Tapi habis mens masalahnya kalau gak asam lambung naik ya meriang." ucapnya dengan ekspresi heran sembari memasukkan satu dimsum ke mulutnya.

Tanpa sadar Kaluna tersenyum kecil melihat ekspresi Rendra yang sebenarnya selalu kesal kalau Kaluna sedang mens.

"beli dimana dimsumnya?"

Rendra melirik Kaluna yang mengambil satu dimsum di hadapannya.

"Dimsum enak," jawab Rendra singkat.

Kaluna menghela napas berat, wanita itu kembali mengambil satu dimsum yang ada di depan Rendra padahal di hadapannya ada dimsum yang sengaja Rendra belikan untuknya.

Kaluna menatap dimsum yang ada di ujung garpunya dengan dalam. Melihat ekspresi Kaluna, Rendra mengernyitkan dahi.

"Kenapa? Gak enak?"

Kaluna menggeleng. Wanita itu masih menatap lekat dimsum yang ada di depan matanya.

"Rasanya sudah lama sekali saat aku bisa makan tanpa memikirkan masalahku mas."

Tatapan penasaran Rendra seketika berubah menjadi tatapan sendu saat melihat wanita yang dicintainya itu kembali larut dalam masalah hidupnya.

"Auu.." decak Kaluna sembari menjauhkan wajahnya saat Rendra mencubit pipinya.

"Makan dek, jangan dilihatin aja." ucapnya seraya membuka lagi dimsum yang tadi dibelinya.

Kaluna menatap Rendra dengan tatapan kesal walaupun ada sisi hangat dalam dirinya saat Rendra memanggilnya dengan sebutan "dek".

"kamu jaga sampai jam berapa hari ini?"

Kaluna menyipitkan pandangannya dengan ekspresi curiga. "kenapa? Mau suruh bayar hutang reparasi mobil? Belum ada uang aku."

"Dih, negatif terus sama mas." Decaknya dengan ekspresi kesal yang dibuat-buat yang tentu saja membuat Kaluna harus ekstra menahan tawanya.

Kaluna mendengus untuk menyembunyikan senyumannya karena ulah Rendra,

"Jadi? Mau ngapain tanya-tanya?" tanyanya ketus.

Rendra mengambil gelas di hadapannya yang ternyata sudah kosong.

"bentar, mas isi minum dulu,"

Kaluna mengambil gelas plastik di tangan Rendra,

"duduk aja, biar aku yang ambil." ucapnya seraya melangkah menuju dispenser yang ada di ujung ruangannya.

"calon istri idaman," gumamnya lirih seraya memandang wanita yang dicintainya itu.

Kaluna membalikkan badannya saat merasa mendengar suara Rendra.

"mas ngomong sesuatu?" tanyanya coba mengkonfirmasi yang dijawab dengan gelengan kepala oleh Rendra.

Kaluna memberikan gelas berisi air dingin itu kepada Rendra.

"jadi, jaga sampai jam berapa hari ini?"

"cuma sampai jam 12 siang."

Rendra mengepalkan tangan layaknya pemain sepakbola yang baru saja memasukkan satu bola ke gawang lain.

Dahi Kaluna mengerut. "Kenapa?" tanyanya tidak mengerti.

Rendra mengeluarkan sesuatu dari saku celananya. Dua buah tiket film dimana tertulis film akan dimulai pukul 6 sore.

"Maaf mas, aku.."

"Aku gak menerima penolakan." ucapnya tegas bahkan di saat wanita di sisi kanannya itu belum menyelesaikan kalimatnya.

"Kenapa mulai semaunya sendiri sih?" Kaluna tampak mulai kesal dengan Rendra yang tidak mau mendengarnya.

Rendra menatap Kaluna dengan tatapan yang tidak bisa di artikan oleh Kaluna.

"Sudah cukup selama ini mas kasih kamu waktu, sekarang mas gak akan pernah lepasin kamu lagi."

Kaluna terdiam disaat Rendra masih menatapnya dengan tatapan intens.

"If not with you, then I won't fall in love with another woman." ucapnya dengan tatapan intens yang saling beradu antara dirinya dan Kaluna.

Terpopuler

Comments

Lucya Handayani

Lucya Handayani

aduuuuuh romantis gak tuuh..semangat merebut hati kaluna lagi mas ren 🤗🤗

2024-03-07

1

Sarina Astriani

Sarina Astriani

jadii rindu dhira atar euuyy

2024-03-06

1

Santy_

Santy_

Authooorrr,, visual Mas Rendra tuhh siapa? Udah pernah di spill belum sii? /Slight//Slight/

2024-03-06

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!