Bab 5

Dhira yang baru saja keluar dari ruangan Kaluna tiba-tiba di hampiri oleh Anggar, ajudan sekaligus sekertaris pribadi yang menggantikan Athar, suaminya.

"di lobby ada orang mencari Direktur Luna, Presdir." ucapnya dengan nafas terengah-engah setelah berlari mencari Dhira.

"usir mereka, jangan biarakan mereka menemui Kaluna!" perintahnya tegas.

Dhira dan Anggar yang masih ada di depan pintu sedikit terkejut melihat Kaluna keluar dari ruangan.

"Ada apa?" tanya Kaluna dengan ekspresi bingung.

"Mau kemana sih Lun?"

"Visite lah," jawabnya dengan mata yang masih tampak merah setelah menangis.

"Nanti aja ya, istirahat dulu gimana?" ucap Dhira yang coba membujuk sahabatnya.

"Gak bisa Ra, aku harus..." ucapan Kaluna terhenti saat dua orang tim keamanan berlari ke arah mereka bertiga.

"Pak Anggar, tiga orang di bawah bagaimana? Mereka terus berteriak di lobby mencari dr.Luna."

Anggar dan Dhira hanya bisa saling bertatapan, sedangkan Kaluna menatap ke arah tim keamanan yang mencarinya.

"siapa yang mencari saya pak?"

"di bawah ada 3 orang yang mencari anda. Mereka terus membuat keributan dengan mengatakan kakak anda adalah penipu. Kami harus bagaimana?"

Kaluna menatap ragu ke arah Dhira sebelum memutuskan turun ke lobby bersama tim keamanan.

"Pastikan kalau Kaluna aman." perintah Dhira yang langsung diiyakan oleh Anggar.

Kaluna menuju ke lantai 1 dengan tatapan bingung. Wanita itu sebenarnya takut dan ragu untuk menghadapi orang bank sendirian, tetapi tidak ada pilihan lain selain menghadapi orang-orang itu.

Kaluna menghela nafas sebelum melangkahkan kaki keluar dari lift.

"mana?" tanya Kaluna pada tim keamanan saat tidak menemukan siapapun di lobby.

"tadi ada yang mencari anda dokter," ucap Angger meyakinkan kalau tim keamanan tidak berbohong.

"saya tanyakan tim keamanan yang lainnya dulu,"

Angger bergegas menghubungi tim keamanan yang lain untuk mencari info. Tidak berselang lama, Angger kembali kepada Kaluna yang menunggunya di lobby.

"dokter, Ketua yang menyelesaikannya."

Kaluna melemparkan pandangannya ke arah Angger,

"maksudmu pak Rendra?" ucapnya mengkonfirmasi yang dijawab dengan anggukkan kepala.

"sekarang dimana orangnya?"

"sudah kembali ke kantor dokter." Angger menjawab dengan ekspresi bingung karena respon Kaluna yang tiba-tiba berubah menjadi marah.

Kaluna meninggalkan Angger yang masih berdiri di tempatnya. Emosinya benar-benar tidak karuan sekarang dengan semua keadaan yang ada di sekitarnya. Mas Hendra yang tidak tahu kemana, dia yang terus-menerus dikejar oleh pihak bank hingga Rendra yang selalu bertindak semuanya sendiri tanpa memikirkan Kaluna sama sekali.

"Ketua, saya ingin bertemu."

Kaluna mengirim pesan kepada Rendra dengan sorot mata marah yang sebenarnya dia sendiri juga tidak tahu harus marah atau justru lega saat Rendra berhasil menyelamatkannya agar tidak bertemu dengan orang bank.

[saya sedang tidak bisa bertemu, saya sedang bersiap penerbangan keluar kota]

Kaluna hanya bisa menghela nafas. Ekspresi frustasi benar-benar tergambar jelas dari matanya. Dia tidak tahu benar apa yang harus dilakukannya untuk saat ini.

Gheya berdiri di depan lift begitu Kaluna akan keluar dari dalam lift dengan wajah sayu. Di gandengnya tangan wanita itu menuju ke arah tangga darurat.

"Kenapa sih Ghe?" tanyanya dengan nada bicara yang sudah tidak memiliki tenaga.

Tanpa menjawab, wanita itu tiba-tiba memeluk Kaluna. Dalam diam Gheya hanya memeluk dan mengusap punggung Kaluna yang tiba-tiba seperti membeku saat Gheya memeluknya.

Dia tidak tahu lagi harus mengeluhkan apa, tetapi dia merasa dadanya cukup terasa sesak kali ini. Benar-benar sesak hingga membuatnya terasa sulit untuk bernafas.

"Capek ya Lun?" ucap Gheya lirih yang hanya dijawab dengan anggukan kepala. Ya, rasanya benar-benar lelah, bahkan Kaluna sudah tidak bisa menjelaskan di sisi mananya dia lelah karena memang rasanya sudah sangat lelah.

"Apa aku pulang aja ya Ghe?" tanyanya lirih.

"Aku gaplok ya kalau sampai pulang tanpa dijemput. Gak boleh! Kamu gak pengen lihat aku nikah? Kamu gak pengen apa lihat Atar sama Dhira punya anak? Kamu gak kasihan Rendra tiap hari masih usaha balikan sama kamu? Gak boleh pulang pokoknya kalau belum dijemput, ngerti?!" ucapnya tegas yang entah kenapa justru membuat Kaluna menangis di dekapan Gheya.

"Aku capek Ghe, semua yang aku tata hancur karena ulah mas Hendra,"

Gheya hanya bisa menghela nafas, tangannya mendekap erat tubuh Kaluna yang bergetar hebat di pelukannya.

"Nangis aja Lun. Ngumpat kalau perlu, jangan di tahan lagi." Gheya mengusap kepala Kaluna yang masih terisak di dekapannya.

"Nangis aja Lun, keluarin semuanya, jangan di tahan lagi."

Ucapan Gheya benar-benar seperti mantra bagi Kaluna yang semakin terisak di pelukan Gheya.

Di sisi lain, di bawah tangga darurat tempat Kaluna menangis dalam dekapan Gheya, Rendra hanya bisa menghela nafas dengan ekspresi tidak tega melihat wanita yang dicintainya menangis hingga meminta untuk pulang karena beban yang dipikulnya.

"Mas,"

Rendra mengalihkan tatapan ke arah Dhira yang memegang pundak Rendra.

"bisa keluar dulu?" tanyanya yang dijawab dengan anggukan kepala oleh Rendra. Lelaki itu ikut keluar dari tangga darurat bersama Dhira.

Rendra menghela nafas, "gimana ya dek caranya bantu Luna?" tanyanya dengan nada pasrah dan tatapan iba setelah mendengar tangisan Kaluna yang pecah di dekapan Gheya.

Dhira hanya menggelengkan kepala, wanita itu juga tidak tahu bagaimana cara untuk menolong sahabatnya karena Kaluna juga menolak semua bantuan dengan dalih tidak ingin memiliki hutang budi.

"aku juga gak tau mas, aku juga bingung. Yang bersangkutan sekarang tidak tahu dimana, semua beban ada di pundak Kaluna dan kakaknya. Rumah mamanya juga di pasang plang disita. Gak tau lagi aku mas harus gimana," jelasnya dengan ekspresi pasrah.

"boleh aku seret aja gak sih kakaknya Kaluna?" ucapnya dengan sorot mata emosi. Dhira hanya tersenyum tipis,

"jangankan kamu mas. Aku kalau bisa nemuin keberadaan Hendra juga bakalan aku seret ke bank orangnya buat menuhin tanggung jawabnya." ucapnya.

"Itu gimana sih bisa jadi sejauh ini?"

Dhira menatap ragu ke arah Rendra,

"Mas Hendra menjadikan rumah mamanya sebagai jaminan di bank dengan alasan untuk merintis usaha baru karena usaha mendiang ayahnya sedang collapse. Uangnya diserahkan semua ke temannya lalu di bawa pergi, sekarang temannya sudah ketemu tetapi uangnya sudah tidak ada."

"kenapa gak dilaporin polisi sih dek?"

"nggak ada bukti kalau Hendra menyerahkan uang 500M itu ke temannya mas. Gimana Kaluna mau ajukan gugatan kalau buktinya aja gak ada?"

Rendra mengusap wajahnya frustasi saat mendengar semua penjelasan adiknya.

"Kaluna bahkan sekarang tidak bisa mengajukan pinjaman di bank karena rumah ibunya dipasang plang di lelang. Aku dengernya aja udah hampir gila mas, apalagi Kaluna?" ucapnya dengan ekspresi frustasi yang juga membuat Rendra tidak kalah frustasi dengan adiknya.

Terpopuler

Comments

Vika Nurmalasari

Vika Nurmalasari

aku nangis thor baca nya
kenapa sih feel nya nyampe banget

2024-03-04

1

Ayangnya Junmyeon❤

Ayangnya Junmyeon❤

aku juga frustasiii masrennn😭😭😭 Baru ketemu kmu ko bntrrr bgtttt abisny😭😭😭 Yokkk thorr semangattttt biar ak dmpingiiiin masrendku trss🙏😭❤

2024-03-04

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!