Bab 12

"Mampir dulu mas?" Kaluna coba berbasa-basi setelah turun dari motor Rendra.

Rendra menggelengkan kepala. "Kapan-kapan aja Lun, sudah sore." ucapnya sembari menerima helm yang diberikan oleh Kaluna.

Dua anak manusia itu tiba-tiba saling diam. Sesekali manik mata mereka bertemu dengan canggung karena tidak tahu lagi harus membahas atau melakukan apa.

"Ya udah kalau gitu mas balik ya? Udah sore." Ucap Rendra canggung.

Kaluna hanya mengangguk, gadis cantik itu benar-benar tidak memiliki apapun untuk dikatakan.

Flashback end

"Ini kita mau kemana sih mas?" Kaluna bertanya dengan sorot mata malas.

"Car free day sayang." ucapnya seraya membukakan pintu mobil untuk Kaluna.

"Tapi nanti beli jajan ya?" Tanyanya dengan sorot mata berbinar.

Rendra hanya tersenyum lalu mengangguk. Rasanya sudah lama sekali lelaki itu tidak melihat sisi manja dari Kaluna. Beberapa tahun belakangan ini yang dia lihat hanya sisi Kaluna yang terus berpura-pura kuat dan pura-pura baik-baik saja.

"Iya. Nanti kamu boleh pilih yang mana yang kamu mau." ucapnya seraya meletakkan tangannya di atas kepala Kaluna saat wanita cantik itu masuk ke dalam mobil.

Rendra menghela napas setelah menutup pintu mobilnya. Matanya menatap iba ke arah wanita yang ditakdirkan menjadi anak bungsu, tetapi saat ini justru harus mengambil peran sebagai anak sulung dimana dia harus menjadi solusi dari semua masalah yang ada di keluarganya.

Rendra memacu mobilnya, jalanan pagi itu masih terlihat cukup lenggang karena memang masih jam 05.50 yang dia yakin penjual di car free day sekalipun mungkin belum semuanya siap.

"Tadi mandi atau cuci muka doang Yank?"

"Cuci muka sama gosok gigi doang lah mas. Mana sempat mandi?"

"Pantes bau." Cibir Rendra yang mendapat respon sebuah pukulan di lengan kirinya.

"Walaupun belum mandi aku wangi tau!" Kaluna mengelak tidak terima.

Rendra terkekeh. "Mana buktinya? Coba sini cium pipinya mas, mas mau cek kamu bau apa nggak."

Kaluna mengernyitkan dahi. "Itu sih akal-akalannya kamu aja mas buat minta cium." omelnya kesal dimana Rendra meresponnya dengan tawa lepas.

"Namanya juga usaha Yank." elaknya dengan tatapan mata genit yang membuat Kaluna bergidik karena tatapan dari Rendra.

Rendra melirik Kaluna yang menatap layar ponselnya yang sedang berdering.

"Halo mba Karin." ucapnya saat menerima panggilan telepon dari kakak perempuannya.

Rendra sadar ada yang tidak beres saat mata Kaluna membulat sempurna.

"Bawa ke IGD aja mba, aku susul ke IGD." perintahnya tegas yang tidak lama kemudian mematikan sambungan telepon.

"Kenapa? Siapa yang sakit?" Tanya Rendra dengan panik.

"Kita ke IGD ya mas. Tekanan darah mama naik sampai 200."

Rendra segera memutar kendali mobilnya menuju ke arah rumah sakit. Secepat mungkin dipacunya mobil hitam miliknya dengan kondisi Kaluna yang terlihat cukup tenang walaupun sorot matanya tidak bisa berbohong kalau ada kekhawatiran disana.

Rendra tahu benar, wanita di sampingnya itu tidak pernah baik-baik saja saat ibunya sakit. Ketakutan terbesarnya sejak kepergian mendiang ayahnya adalah ditinggalkan oleh ibunya.

Beberapa kali Kaluna tampak membuang napasnya. Manik matanya bergetar tanda dia resah dengan semua kemungkinan yang terjadi.

Rendra memarkir mobilnya di area parkir depan IGD. Tanpa menunggu Rendra turun, Kaluna sudah turun terlebih dahulu. Wanita cantik itu berlari menuju ke IGD seperti yang selalu dia lakukan saat mendapat panggilan darurat.

"Mba Karin, mama mana?" tanyanya saat berdiri tepat di samping Karin.

"Masih di periksa dokter dek." ucapnya dengan sorot mata yang tidak kalah khawatir dari Kaluna.

"Ada perdarahan gak? Dari gusi atau mungkin hidung?" tanyanya panik. Karin menggeleng karena memang tidak ada keluhan dari semua yang disebutkan oleh adiknya itu.

Kaluna menghela napas lega. Wanita itu menyandarkan punggungnya di depan meja dokter IGD.

Rendra melangkah mendekat ke arah Kaluna. "Gimana Lun?" tanyanya begitu sudah berdiri di sisi kiri Kaluna.

"Masih di periksa dokter mas." jawabnya dengan ekspresi yang terlihat sangat tenang, yang tentu saja sangat berbeda dari beberapa saat yang lalu saat Rendra melihatnya dari arah depan pintu IGD.

"Mba Karin apa kabar mba?"

Karin menoleh, wanita yang sudah cukup lama mengenal Rendra itu hanya tersenyum sembari mengangguk. "Baik kok. Kamu apa kabar?"

"Baik mba." jawabnya singkat. Berbeda dengan Kaluna yang sudah terlihat lebih tenang, Karin justru masih tampak gelisah menunggu dokter yang masih memeriksa mamanya.

Saat dokter Arlan keluar, Kaluna bergegas mendekat. Tentu saja pertanyaan pertama yang keluar dari bibirnya adalah kondisi ibunya.

"Tekanan darahnya sangat tinggi, jadi harus dipantau. Saya sarankan untuk rawat inap dok." jelas dokter Arlan yang tentu saja langsung disetujui oleh Kaluna.

Rendra mengusap puncak Kaluna. "Kamu temani mama sama mba Karin, biar aku urus pendaftaran sama rawat inap." ucapnya.

Tidak ada bantahan ataupun penolakan, Kaluna langsung mengangguk setuju begitu Rendra mengambil alih hal yang harus dia lakukan.

Kaluna menahan tangan Rendra. "Kelas 1 saja mas. Asuransi mama aku turunkan ke kelas 1 beberapa bulan yang lalu." Ucapnya dengan sorot mata bersalah.

Rendra hanya tersenyum. Di usapnya lembut punggung tangan kekasihnya itu. "Biar aku yang urus, kamu temani mama sama mba Karin aja ya?" pintanya lembut.

Kaluna mengangguk. "Terimakasih ya mas."

Rendra mengusap lembut kepala Kaluna. "Sama-sama sayang."

Seperginya Rendra, Kaluna menyusul Karin yang sudah di dalam bilik kamar IGD.

"Mama gimana dek? Boleh pulang kan?"

Kaluna menggeleng. "Rawat inap ma." jawabnya singkat tanpa ekspresi. Di dalam dadanya ada rasa bergemuruh tiap kali mamanya sakit. Ada ketakutan luar biasa yang tidak bisa dia jelaskan setiap kali melihat mamanya terbaring di ranjang rumah sakit dengan infus di salah satu tangannya.

Kaluna menghela napas. Sebisa mungkin wanita itu coba menahan air matanya. "Maaf ya ma, Kaluna belum bisa jadi solusi untuk semua masalah yang ada." ucapnya dengan nada bergetar.

Tangannya yang sedari tadi dia silangkan di depan tubuhnya diraih oleh wanita berusia 60an tersebut. "Kok nangis dek? Mama gak papa sayang. Mama cuma kecapek'an aja."

Kaluna mengusap air mata dengan menggunakan punggung tangan kanannya. Selama ini sebisa mungkin Kaluna menyembunyikan semua emosi yang dia miliki di depan mamanya agar tidak membuat pikiran mamanya bertambah.

"Luna keluar dulu sebentar ya ma." pamitnya yang dijawab dengan anggukan kepala oleh mamanya.

Kaluna memberi tanda agar Karin mengikutinya keluar. Dibawanya kakak perempuannya itu ke salah satu ujung ruangan IGD yang tidak terlalu banyak orang.

"Yang habis dari rumah siapa mba?" Tanyanya langsung tanpa basa basi. Saat ibunya tiba-tiba drop, pasti ada salah satu dari dua kakak laki-lakinya yang berkunjung ke rumah.

"Mas Hendra dek."

Kaluna mengusap wajahnya frustasi saat mendengar nama yang menjadi penyebab semua kekacauan di hidupnya itu.

"Dia bilang apa ke mama?"

Karin menggeleng. "Mba gak tau. Mas Hendra ke rumah waktu mba di kantor. Mba cuma cek CCTV."

"Dia boleh gak sih mba aku polisikan aja? Aku udah muak banget sama mas Hendra sama mas Teo. Capek aku sama mereka mba." ucapnya dengan sorot mata emosi.

Karin meraih tangan Kaluna. "Kalau kamu laporin mas Hendra ke polisi, mama gimana dek? Mba cuma mikir mama. Pasti beliau semakin kepikiran kalau mas Hendra kamu jeblosin ke penjara dek." jelasnya lembut.

Kaluna membuang napasnya dengan kasar beberapa kali dengan air mata yang tidak bisa lagi dia tahan.

"Memang sudah paling benar dua orang itu jangan boleh ketemu mama, bukannya selesaiin masalah malah nambah beban." ucapnya kesal.

Tidak ada respon apapun dari Karin karena memang dia tahu benar semua kekesalan Kaluna selama ini kepada dua kakak laki-lakinya itu.

Terpopuler

Comments

Nia Amania

Nia Amania

kuat terus ya lun.... masren dampingi terus ya kalunanya 😊👍

2024-03-17

1

Irani Ira

Irani Ira

hendra sini palanya gue sleding...
sini.. sini...

2024-03-17

0

Lucya Handayani

Lucya Handayani

naaah waktu yg pas buat ambil hati dan simulasi jdi calon mantu kluarga ayang beb mas ren🤭🤭😆

2024-03-16

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!