Bab 14

Setelah memastikan sang mama sudah tidur, Kaluna keluar dari ruangan ICCU dimana mamanya dirawat. Lelaki dengan eskpresi dingin yang terlihat menyilangkan kedua tangan di depan dadanya menunggu Kaluna dengan sabar di depan ruang ICCU.

"Sudah tidur?" tanya Rendra begitu Kaluna mendekat ke arahnya.

Kaluna mengangguk. "Sudah mas. Tadi juga sudah aku lihat laporannya, tensinya sudah di angka 175/100 terakhir." jelasnya singkat karena dia tahu benar kalau Rendra sering pusing mendengar bahasa-bahasa medis.

"mas tidur di ruangan kamu ya jadinya, boleh kan?" tanyanya meminta izin. Kaluna hanya mengangguk, wanita itu sudah cukup lelah dengan syok terapi yang dia terima hari ini.

Rendra berjalan mengekor di belakang Kaluna, laki-laki itu mengikuti Kaluna mulai dari masuk lift, keluar lift hingga masuk ke ruangannya.

"Mas Rendra tidur di sofa beneran gak papa? Kalau gak nyaman pulang aja mas, aku gak papa kok nunggu mama sendirian."

Melihat ekspresi tidak tega dari Kaluna justru membuat Rendra tersenyum tipis. Lelaki itu melangkah mendekat ke arah kekasihnya.

"Mas mau kamu bergantung dan berbagi semua beban kamu sama mas. Jadi kalau kamu tidur di rumah sakit, ya mas juga akan ikut. Mas mau jadi penolong yang sepadan buat kamu sayang, ngerti?"

Kaluna menatap lurus ke arah lelaki yang beberapa centimeter lebih tinggi darinya itu. Wanita itu mendekat lalu memeluk Rendra. Kepalanya dia sandarkan di dada bidang Rendra. Tidak ada keluhan ataupun rengekan dari wanita itu, hanya saja terdengar beberapa kali wanita itu membuang napasnya kasar.

Rendra membalas pelukan Kaluna, lelaki itu mendekap erat tubuh wanita yang sedang menyandarkan tubuh dan juga semua beban dalam dirinya kepada Rendra.

"Nanti kalau mama sudah pulih, kita nikah ya Lun."

Ucapan Rendra berhasil membuat Kaluna diam. Wanita itu melonggarkan pelukannya lalu mendongakkan kepalanya. “Mas, harus banget ngelamar pas kondisi begini?” tanyanya

Rendra mengedarkan pandangannya karena dia bingung dengan ekspresi Kaluna. Lelaki itu tidak tahu apakah Kaluna sedang kesal atau tidak.

“Memangnya tidak boleh?” tanyanya tidak mengerti. Kaluna menatap ekspresi bingung Rendra dengan ekspresi yang masih tidak bisa terbaca.

“Mas yakin?” ucapnya ragu.

Rendra mengernyitkan dahi. “Memangnya ada alasan mas tidak yakin menikahi kamu?” tanyanya tidak mengerti.

Kaluna melepaskan tangannya yang sedari tadi melingkar di pinggang Rendra. “Masalahku lagi banyak banget mas, aku gak mau dengan kamu menikahi ku akhirnya kamu ikut terseret masalahku.” Jelasnya.

Rendra meraih tangan Kaluna yang baru saja lepas dari pinggangnya, dikembalikannya tangan Kaluna di pinggangnya, membuat jarak mereka kembali dekat seperti sebelumnya.

“Aku menikahi kamu karena aku yakin sama kamu. Perkara masalah mas Hendra, aku janji gak akan ikut campur selama kamu gak minta tolong ke aku. Gimana?”

Kaluna menghela napas berat. “Apa kata orang mas kalau kamu nikahin aku?” ucapnya ragu.

“Mas tidak peduli dengan omongan orang. Yang menjalani itu kamu dan mas, jadi mas butuhnya cuma kamu setuju, sisanya mas yang atur. Gimana?”

Tatapan ragu tergambar jelas di wajah Kaluna. “Kasih aku waktu ya? Aku belum bisa mikir mas.” Ucapnya kemudian yang tentu saja diiyakan oleh Rendra.

Baginya, kesiapan Kaluna adalah segalanya. Tidak masalah seberapa lama pun dia harus menunggu selama Kaluna bisa meyakinkannya kalau penantian Rendra tidak akan sia-sia.

Rendra mengusap lembut kepala Kaluna. “Bobok gih, sudah malam.” Ucapnya kemudian dengan tatapan tulus.

Kaluna tersenyum lalu mencium pipi Rendra. “Selamat malam” pamitnya lembut sebelum menuju ke ranjang kecil yang ada di seberang sofa yang akan menjadi tempat tidur Rendra malam ini.

“Mas, sudah tidur?” Panggil Kaluna tiba-tiba setelah hampir 30 menit dua anak manusia yang berbaring di tempat yang berbeda itu saling diam.

Rendra membuka matanya. “Belum. Kenapa? Kamu butuh sesuatu?” tanyanya kemudian.

Kaluna yang sedang menatap kosong langit-langit ruangannya terdengar menghela napas. “Rumah mama bisa aku tebus gak ya mas?”

Ya, akhirnya Kaluna mengeluarkan ketakutan yang selama ini di simpannya. Wanita itu hampir tidak pernah mengeluh, bahkan menangis di depan Rendra sekalipun adalah sesuatu yang sangat jarang dia lakukan.

Rendra memiringkan tubuhnya agar bisa melihat Kaluna yang berbaring di ranjang kecil yang berada di seberang sofa.

"Mas bisa bantu apa untuk meringankan masalah kamu?" Rendra akhirnya bersuara walaupun sebenarnya dia juga serba salah. Dia bukannya tidak mampu melunasi hutang Hendra, hanya saja dia tidak ingin membuat Kaluna merasa rendah diri. Jadi satu-satunya hal yang bisa dia lakukan adalah menanyakan apa yang bisa dia lakukan untuk membantu.

Kaluna menghela napas, tatapannya masih menatap kosong ke arah langit-langit ruangannya. "Padahal rumah itu awalnya dulu ayah kontrak. Ayah mulai usaha dengan sewa ruko untuk percetakan sampai akhirnya bisa mendirikan perusahaan penerbitan buku sebesar itu. Rumah itu awalnya yang cuma disewa akhirnya dibeli sama ayah, itupun bayarnya nyicil setiap bulan." Kaluna menjeda kalimatnya. Walaupun saat dia lahir rumah itu sudah lunas, tetapi mendengar cerita dari mendiang ayahnya tetap saja membuatnya kagum dengan sosok laki-laki pekerja keras tersebut.

"Sekarang D'Book Print harus satu per satu PHK karyawannya mas. Biaya operasionalnya sudah gak mampu untuk gaji karyawan. Belum lagi masih harus bayar kerugian ke investor, masih harus juga bayar hutang mas Hendra." Kaluna mengakhiri kalimatnya dengan helaan napas berat seperti seseorang yang tersesat dan tidak bisa menemukan jalan pulang.

"Kalau boleh tahu, hutang mas Hendra itu buat apa sih Yank?"

Kaluna menoleh. "Mas Hendra mau merintis usaha baru. Dia mau usaha sawah tebu katanya tapi aku juga gak paham mas. Tau sendiri kan mas Hendra itu merasa kalau apapun yang dia putuskan selalu yang terbaik tanpa pernah peduli dengan masukan adik-adiknya?"

Rendra hanya mengangguk karena ya memang sekilas yang dia tahu tentang Hendra memang seperti apa yang Kaluna katakan.

"Kamu gak mau ambil alih perusahaan?"

Kaluna mengernyitkan dahi. "Merintis ulang maksudnya?" tanyanya tidak mengerti.

Rendra bangun dari tidurnya, lelaki itu berjalan mendekat ke arah Kaluna yang masih berbaring.

"Jadi gini," Rendra memulai ucapannya dengan duduk di tepi ranjang Kaluna. "Aku mau investasi dengan syarat kamu yang jadi Presdirnya. Daripada kamu kerja di dua rumah sakit, lebih baik kamu kerja jadi dokter disini dan ngurusin perusahaan mendiang ayah. Gimana?" tanyanya dengan ekspresi penuh harap.

"Tapi aku gak punya latar belakang bisnis mas. Takutnya nanti malah perusahaan semakin terperosok."

Rendra meraih tangan Kaluna yang masih berbaring di sampingnya. "Mas ajarin, mas pantau sampai kamu beneran bisa ngurus perusahaan ayah kamu sendiri. Mas kasih satu orang kepercayaannya mas buat jadi sekertaris sekaligus ajudan kamu. Tapi mas mohon jangan kerja di dua rumah sakit, itu capek banget sayang." ucapnya dengan ekspresi tidak tega.

"Besok deh aku coba bilang ke mama dulu. Kalau mama setuju, nanti mas aku kasih tau."

Jawaban Kaluna berhasil membuat senyuman Rendra mengembang dengan sempurna.

"Ya udah, sekarang bobo gih, mas tungguin di sofa." ucapnya lembut.

Kaluna menahan tangan Rendra. "Tidur disini aja." ucapnya yang membuat Rendra terdiam.

"Emang boleh?" Rendra ragu.

Kaluna terkekeh pelan mendengar pertanyaan Rendra. "Cuma tidur mas, gak ngapa-ngapain juga kan kita?"

Dengan canggung Rendra akhirnya berbaring di samping Kaluna dengan posisi Kaluna memunggungi Rendra dan menggunakan tangan laki-laki itu sebagai bantalan kepalanya.

"Kalau tangan mas kram pindah aja nanti, aku mau tidur sebentar." ujar Kaluna yang berhasil membuat Rendra menahan tawanya karena momen romantis mereka terganggu dengan pernyataan rasional Kaluna tentang kemungkinan tangan Rendra yang akan kram karena menjadi bantalan kepala Kaluna.

Terpopuler

Comments

Ayangnya Junmyeon❤

Ayangnya Junmyeon❤

udh tdur brg ajh masrenddkuuu😭

2024-03-28

0

Alina

Alina

kal.. /Facepalm//Facepalm//Facepalm/

2024-03-25

0

lakesya aldebaran

lakesya aldebaran

duh luna....masRend kan mau romantis malah kamu bilang kram kesemutan lagi...kan jadi ambyyyaaarrr/Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm/

2024-03-23

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!