Bab 7

Kaluna yang baru saja keluar dari lobby cukup terkejut saat melihat Rendra bersandar di mobilnya. Tangannya aktif mengotak atik layar ponselnya bersamaan dengan wajahnya yang menatap fokus layar ponselnya.

Kaluna melangkah mendekati Rendra yang masih tidak sadar dengan kehadirannya.

"Siapa yang ambil mobilku?" tanyanya.

Rendra mengangkat kepalanya, lelaki itu tersenyum lembut.

"Tadi sekertarisku yang ambil." ujarnya.

"Pak Soni?"

Rendra mengangguk. "Dia lebih muda 1 tahun dari kamu Lun, panggil Soni aja biar gak tua-tua banget." ucapnya.

"Ya nggak sopanlah." Kaluna mengelak.

Rendra tersenyum tipis saat menatap wajah kesal Kaluna yang terlihat ribuan kali jauh lebih cantik daripada saat wanita itu tidak berekspresi.

Kaluna melirik Rendra. "kenapa?" tanyanya sinis.

Rendra menggeleng. "kita pergi sekarang?" tanyanya. Lelaki itu membuka pintu mobil milik Kaluna yang tampak sudah baik-baik saja.

"Kalau naik mobilku, nanti Pak Rendra pulangnya bagaimana?"

Rendra mengernyitkan dahi. "Apa wajahku sudah seperti bapak-bapak?" protesnya tidak terima yang membuat Kaluna tersenyum tipis.

"Kamu itu sudah mau 35 tahun mas. Udah waktunya jadi bapak-bapak." goda Kaluna dengan tawa kecilnya.

Rendra menggeleng yang membuat Kaluna menatapnya bingung.

"Gak mau punya anak?" Kaluna menatap bingung ke arah Rendra.

"Gak mau kalau bukan kamu yang jadi ibunya."

Deg!

Jantung Kaluna terasa berhenti untuk sesaat ketika mendengar kalimat manis Rendra yang dia padupadankan dengan tatapan tulus yang menatap Kaluna dengan penuh cinta.

Kaluna akhirnya menghela nafas guna menormalkan detak jantungnya.

"mau berangkat sekarang atau nanti?" tanyanya mencoba mengalihkan pembicaraan.

Rendra tersenyum. Lelaki itu membuka pintu mobil, mempersilahkan wanita yang menjadi semestanya itu untuk segera masuk ke mobil.

Sepanjang perjalanan, tidak ada obrolan yang berarti antara mereka berdua. Mereka benar-benar seperti ABG yang baru pertama kali pergi berkencan. Sangat kaku dan kikuk.

"Ini bukan horor kan mas?" tanya Kaluna ragu karena jujur wanita itu tidak tahu film apa yang akan mereka tonton.

"Horor comedy Lun."

Kaluna menatap Rendra dengan tatapan sinis.

"Kan kamu tahu aku gak berani nonton horor?" decaknya kesal.

Rendra tersenyum, diraihnya tangan wanita yang berdiri di sampingnya itu.

"Lenganku cukup kuat untuk kamu jadikan sandaran Lun." ucapnya tersirat yang berhasil membuat ekspresi wajah Kaluna berubah.

Kaluna menghela napas berat. "masuk gak nih?" tanyanya dengan ekspresi dingin.

"masuk dong." jawabnya singkat. Rendra menarik tangan Kaluna untuk masuk ke dalam teater. Dan benar saja, sepanjang film Kaluna hanya bersembunyi di balik lengan kekar Rendra.

Rendra berbisik. "Udah dong sembunyinya sayang, lagi lucu tuh adegannya."

Kaluna hanya menggeleng, wanita itu tetap menyembunyikan wajahnya di lengan Rendra yang membuat Rendra hanya tersenyum tipis.

Ada rasa bahagia saat melihat Luna kembali bergantung padanya walaupun hanya karena film horor.

Keluar dari studio, Kaluna berjalan mendahului Rendra dengan wajah kesal. Sedangkan Rendra? Laki-laki itu hanya tersenyum melihat Kaluna yang terlihat kesal.

Sepanjang perjalanan, Kaluna hanya diam. Rendra menghela nafasnya,

"Kenapa sih Lun? Kok habis nonton ekspresinya malah kesal gitu?" tanyanya coba mencairkan suasana.

Kaluna melirik Rendra dengan sinis. "Katanya horor comedy? Mana comedynya?" ucapnya kesal.

"Tadi ada Lun komedinya, tapi kamu gak lihat tadi." elaknya yang lagi-lagi membuat Kaluna menatapnya sinis.

"Besok-besok kalau gak niat ngajak nonton gak usah ngajak."

Rendra melirik sekilas lalu tersenyum.

"Iya udah iya mas minta maaf. Sebagai permintaan maaf, nanti kalau kamu libur kita ke pantai ya?"

Kaluna menatap Rendra dingin. Sorot mata tajamnya berhasil membuat Rendra mengalihkan pandangan dan kembali berfokus ke arah jalanan di depan mereka.

"Aku jarang libur." jawabnya singkat.

Rendra menarik ke atas satu alisnya. "Bukannya kamu dapat jatah libur dari rumah sakit?" tanyanya dengan ekspresi tidak mengerti karena jujur saja dia bahkan tidak benar-benar paham bagaimana sistem libur bekerja di sebuah rumah sakit.

Kaluna menghela nafas. Ujung matanya melirik ragu ke arah Rendra.

"Aku kerja di dua rumah sakit." ucapnya lirih.

Rendra membuang nafasnya kasar. Ingin sekali lelaki itu memprotes keputusan Kaluna tetapi dia urungkan. Dengan cepat lelaki itu menepikan mobilnya, dibuangnya beberapa kali nafasnya dengan kasar agar kemarahannya bisa mereda.

Kaluna yang merasa Rendra akan marah cukup terkejut saat laki-laki itu hanya diam.

Rendra menatap Kaluna dengan tatapan dalam lalu tiba-tiba meraih tangannya.

"Nikah yuk Lun, nikah sama aku. Ayo kita bereskan ini sama-sama," ucapnya tulus.

Kaluna menatap Rendra yang sedang menatapnya dengan tatapan iba.

"Aku gak mau membuat laki-laki yang aku cintai harus hanyut dalam masalah hidupku mas. Kamu gak salah dan aku gak mau kamu ikut bertanggung jawab hanya karena kamu memilihku mas."

Rendra menangkup wajah gadis cantik yang berhasil membuatnya tidak bisa berpaling ke wanita lain itu.

"Aku janji aku cuma akan bantu, aku janji semua keputusan untuk masalah ini tetap di tangan kamu. Tapi tolong izinkan aku untuk menemani kamu. Kasih aku izin untuk jadi tempat kamu pulang Lun. Aku mohon."

Kaluna benar-benar tidak tahu harus dengan cara apalagi untuk menolak Rendra. Dia tahu dia membutuhkan Rendra, tetapi dia juga tidak ingin egois sampai harus membawa laki-laki yang dicintainya itu masuk ke pusaran masalah hidupnya yang dia sendiri tidak tahu kapan akan berakhir.

"Lun, jangan kerja di dua rumah sakit ya. Aku mohon."

Lagi Kaluna hanya bisa diam. Tatapan tulus dari Rendra benar-benar berhasil membuatnya tidak bisa berkelit lagi.

"Mas, aku harus kerja di dua rumah sakit biar uangku cukup untuk cover hutangnya mas Rendra." ucapnya dengan ekspresi pasrah bercampur lelah.

Rendra menghela nafasnya. Tatapan iba benar-benar tidak bisa lepas darinya saat membahas semua masalah hidup yang membelit kekasihnya.

"Ayo bagi beban itu denganku Lun. Kamu bisa bergantung padaku seperti saat kita menonton film tadi."

Kaluna menggeleng. Dilepaskannya genggaman tangan Dika yang membuat tangannya biasa dengan bebas menangkup wajah tampan Rendra.

"Gunakan bahu itu untuk menjaga keluarga kecilmu nanti mas." ucapnya dengan makna tersirat.

Dahi Rendra mengernyit. "Keluargaku?" tanyanya yang dijawab dengan anggukan kepala oleh Kaluna.

"Aku mau di kartu keluargaku nanti, namamulah yang ada di bawah namaku dengan status istri. Aku tidak mau wanita lain yang menempati posisi itu Lun."

Deg!

Rendra selalu berhasil membuat Kaluna tidak bisa berkelit dengan semua kalimat yang di ucapkan lelaki itu.

"Mas, aku gak tak kapan masalahku akan selesai."

"Aku temani sampai masalahmu selesai. Aku tidak perduli kalaupun itu harus 10 atau 20 tahun lagi. Mas cuma mau ada di sisi kamu Lun, dan mas gak mau ada laki-laki lain yang mengisi posisi mas." ucapnya dengan nada menggebu dan sorot mata tulus.

Kaluna hanya bisa menghela nafasnya. "Pulang yuk, sudah hampir jam makan malam."

Rendra hanya bisa menatap Kaluna dengan tatapan pasrah saat wanita itu lagi-lagi tidak memberinya jawaban yang diinginkannya.

Terpopuler

Comments

lakesya aldebaran

lakesya aldebaran

kenapa semua anggota GPD pada sweet semua begini siiiih🙈🙈🙈😆😆😆😆
belum bisa move on dari masdokter Dika sekarang sama masRendra lagi uluhhuluhhuuullluuhhh🤩🤩🤩🤭🤭🤭

2024-03-16

1

Ayangnya Junmyeon❤

Ayangnya Junmyeon❤

busettttt abis dbkin dtnggal ngdatee dbkin nysekk jga🥺 Lunnn, tlong jngn tolak masrendddkuuu. I know kmu lbh btuh masrend wlauu ak jg btuhh🥺😭😭😭

2024-03-07

1

Vita Romasari

Vita Romasari

semangat mas menaklukkan hati mbak kaluna😭

2024-03-07

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!