Bab 8

Rendra menghentikan mobil tepat di depan rumah Kaluna.

"Terimakasih ya sudah mau temani mas nonton." ucap Rendra sembari melepas sabuk pengaman miliknya.

"Mas Rendra memangnya gak mau turun? Katanya mau makan malam? Gak jadi?"

Rendra mengerjap. Dia tidak menyangka kalau Kaluna akan menawarinya untuk mampir ke rumahnya.

"Mas boleh mampir?" tanyanya mengkonfirmasi.

Kaluna mengangguk. "Tapi aku mau masak dulu, gak ada yang bisa dimakan soalnya di rumah." jawabnya cuek.

"Jadi kalau mas sudah lapar, ya pesan makanan saja." lanjutnya.

Rendra menggeleng. "Mas tunggu sampai kamu selesai masak." jawabnya dengan mata berbinar.

"Oke." Kaluna cuek.

Wanita itu bergegas turun dari mobil. Dengan mudah dibukanya pagar rumahnya agar Rendra bisa memasukkan mobilnya.

Kaluna membuka pintu rumahnya yang diikuti oleh Rendra.

"masuk mas." ucapnya mempersilahkan. Wanita itu melangkahkan kaki ke area saklar listrik, memberikan sedikit tekanan pada tombol saklar listrik agar bisa membuat rumahnya sedikit lebih terang.

Kaluna berbalik badan. "Mas Rendra mau minum?" tanyanya yang dijawab dengan gelengan kepala oleh Rendra.

"Aku boleh duduk disana gak?" Rendra menunjuk ke arah kursi di depan meja bar yang ada di dapur Kaluna.

Kaluna menaikkan satu alisnya. "mau ngapain?" tanyanya curiga.

"Lihat kamu masak." jawabnya cepat tanpa berpikir.

Kaluna tertawa pelan sembari berjalan ke arah dapur. "Se nyamannya mas Rendra aja " jawabnya.

Rendra tersenyum saat wanita yang sedang mengenakan celemek itu memberinya izin untuk melihatnya dari dekat.

Kaluna menghela nafas saat membuka kulkasnya.

"Kenapa?" Rendra menatap ragu ke arah Kaluna. Kaluna berbalik, tangan kanannya memegang telur sedangkan tangan kirinya memegang dada ayam yang sudah di fillet.

"Nasi goreng aja ya? Kulkasku gak ada isinya." ucapnya pasrah.

Rendra tertawa kecil melihat ekspresi Kaluna yang terlihat menggemaskan di matanya.

"Kamu butuh apa? Biar mas belanja dulu di supermarket depan."

Kaluna menggeleng. "Mas masalah gak malam-malam makan nasi goreng? Kalau gak masalah makan nasi goreng aja." tawarnya.

Rendra mengangguk. "Gak masalah. Kamu masak apapun bakalan mas makan." ucapnya dengan senyuman manis yang berhasil membuat Kaluna salah tingkah.

Mata Rendra mengikuti kemanapun Kaluna melangkah. Wanita itu ke arah kulkas, mata Rendra mengikutinya. Kaluna kembali ke area kompor, tatapan Rendra juga mengikutinya. Rendra benar-benar tidak membiarkan Kaluna hilang dari jangkauan matanya.

Kaluna menghela nafas. "Mas Rendra bisa stop lihatin aku gak?" tanyanya sembari masih berkutat dengan nasi gorengnya.

Rendra menggeleng. "Belum tentu besok aku bisa lihat kamu hampir seharian kaya hari ini."

Kaluna melirik sekilas Rendra yang benar-benar masih menatapnya lekat dengan tangan kirinya yang dia jadikan sandaran kepalanya.

"Kamu kenapa sih mas gak mau cari perempuan lain?"

Rendra terdiam. Lelaki itu menarik napas dalam-dalam lalu melepasnya pelan.

"Karena gak ada yang sesempurna kamu untuk jadi pendampingku."

Blushhhhhh

Jawaban Rendra berhasil membuat telinga Kaluna memerah karena tersipu.

Kaluna membawa dua piring nasi goreng ke meja makan.

Kaluna berjalan kembali ke arah dapur.

"Tapi kan wanita lain tidak memiliki masalah serumit hidupku mas. Kamu juga bisa berkencan lebih mudah kan?"

Rendra menaikkan satu alisnya. Lelaki itu turun dari kursi bar dan mengikuti Kaluna yang duduk di kursi ruang makan setelah membawa dua gelas air putih dingin.

Rendra tersenyum. "Wanita lain belum tentu juga sekuat kamu." pujinya yang lagi-lagi membuat jantung Kaluna berdetak jauh lebih kencang.

"Tapi kan laki-laki di luar sana pasti akan memilih wanita yang keluarganya gak rumit mas. Belum lagi aku yang harus seumur hidup berkutat dengan obat hipertiroid." ucapnya ragu saat mengingat penyakit yang hampir 3 tahun diidapnya, membuat wanita itu harus minum obat setiap harinya hingga waktu yang belum bisa ditentukan.

Rendra tersenyum. "Sayangnya aku bukan laki-laki di luaran sana." jawabnya dengan ekspresi jumawa seraya menerima sendok dari Kaluna.

Kaluna tersenyum tipis mendengar semua jawaban Rendra yang sebenarnya selalu bisa menenangkannya dalam semua situasi.

Rendra melirik Kaluna yang sedang tersenyum, yang tentu saja juga membuat laki-laki yang sedang menikmati makan malam buatan pujaan hatinya itu ikut tersenyum bahagia.

"Mas Rendra beneran mau balik sama aku?" tanyanya ragu.

Rendra mengangkat kepalanya yang sedari tadi menunduk karena fokus ke arah nasi goreng miliknya.

"Emang di wajahku ada ekspresi bercanda?"

Kaluna menghela nafas lalu menggeleng. "Mas yakin dengan semua masalah hidupku? Aku benar-benar tidak punya waktu untuk patah hati mas." jelasnya dengan ekspresi ragu tetapi tersirat harapan di dalamnya.

Rendra meletakkan sendoknya. Lelaki itu menyandarkan punggungnya di sandaran kursi.

"Kalau begitu menikah denganku saja. Aku pastikan kamu tidak akan patah hati." ucapnya yakin yang membuat Kaluna tertawa pelan.

Rendra mengernyitkan dahi. "Kenapa?" tanyanya bingung.

Kaluna menggeleng. "Terimakasih karena selalu menepati janji. Aku harap yang kali ini mas juga menepatinya." ucapnya dengan senyuman manis di wajahnya.

Rendra menatap Kaluna bingung. "Tunggu, ini maksudnya kamu mau balik sama mas atau gimana?"

Kaluna menghela nafas. "Masa masih harus dijelasin mas?" jawabnya sinis.

"Ya iya dong. Mas gak mau ya salah sangka dan salah paham."

Kaluna menghela nafas lalu berdiri dari duduknya. Kaluna mencondongkan tubuhnya ke arah Rendra. Sebuah kecupan dia daratkan di bibir Rendra walaupun hanya sepersekian detik yang berhasil membuat laki-laki itu membeku.

Rendra mengerjap saat Kaluna sudah kembali berfokus dengan makan malamnya.

"Apa ini?" tanyanya tidak mengerti sembari menyentuh bibirnya.

"Nggak usah sok polos deh mas." ujar Kaluna kesal yang membuat Rendra tersenyum salah tingkah.

"Nggak mau nikah sekalian aja kita?" tanyanya dengan menggebu yang tentu saja mendapat tatapan tidak setuju dari Kaluna.

"Bertahap mas!" ujarnya yang hanya dijawab dengan helaan nafas oleh Rendra.

Selesai makan malam, Rendra yang sudah dijemput oleh pak Soni seperti enggan meninggalkan rumah Kaluna.

"Kenapa sih? Udah ditunggu pak Soni tuh." ucap Kaluna yang melihat Rendra masih tidak mau juga beranjak dari ambang pintu rumahnya.

"Aku gak boleh nginep aja gitu?" rengeknya.

"Nggak!" jawab Kaluna tegas yang membuat Rendra menghela nafas.

"Kamu gak mau tanya apa gitu sebelum aku pulang?"

Kaluna tertawa pelan mendengar pertanyaan acak dari laki-laki yang kembali menjadi kekasihnya itu. Dia tahu benar kalau itu adalah taktik aneh dari Rendra agar tidak cepat-cepat pulang.

Kaluna diam, wanita itu menatap Rendra lekat seolah-olah sedang memikirkan pertanyaan.

"Kenapa mas jatuh cinta sama aku?"

Rendra mengernyitkan dahi dengan ekspresi bingung karena pertanyaan Kaluna benar-benar diluar prediksinya.

Rendra mengangkat kedua pundaknya. "Aku jatuh cinta ke kamu karena itu kamu." jawabnya.

Kaluna menyipitkan mata tanda tidak puas dengan jawaban Rendra.

"Mas Rendra jawabannya gak seru ah.." protes Kaluna yang membuat Rendra tertawa pelan.

"Bentar, mas pikir dulu." ucapnya tiba-tiba sembari meletakkan telunjuk tangan kirinya di dahinya.

Tidak berselang lama, laki-laki itu hanya menggeleng dengan tatapan pasrah.

"Maaf, tapi aku tidak punya alasan apapun untuk jatuh cinta ke kamu." ucapnya dengan ekspresi pasrah.

Kaluna menghela nafas kesal. "Mas beneran jatuh cinta apa gak sih ke aku?"

Rendra menganggukkan kepala dengan cepat.

"Terus kenapa gak punya alasan?"

"Memangnya jatuh cinta perlu alasan?" tanyanya bingung yang anehnya membuat jantung Kaluna berdebar saat mendengar jawaban Rendra.

"Aku rasa alasanku jatuh cinta ke kamu itu sudah cukup. Aku jatuh cinta ke kamu ya karena itu adalah kamu. Itu artinya aku gak butuh orang lain kecuali kamu. Bisa dimengerti?"

Kali ini Kaluna benar-benar tidak bisa berkelit lagi. Penjelasan sederhana dari Rendra berhasil membuatnya mengangguk setuju tanpa bisa lagi mendebat Rendra.

"Ada yang mau ditanyakan lagi?"

Kaluna tersenyum. Wanita itu menggeleng seraya menyuruh Rendra agar segera pulang karena kasihan dengan pak Soni yang sudah menunggunya sedari tadi.

Rendra mendekat ke arah Kaluna, di kecupnya kening wanita yang lebih pendek beberapa centimeter darinya itu.

"Mas pulang ya." pamitnya manis yang berhasil membuat Kaluna tidak bisa menjawab selain anggukan kepala dan senyuman.

Terpopuler

Comments

lakesya aldebaran

lakesya aldebaran

akhirnya runtuh juga kerasnya Luna...selamat ya masRend dah bisa luluhkan hati dek Luna💖💖💖💖💖

2024-03-16

0

Anjas Marta

Anjas Marta

lnjut kuy

2024-03-10

0

Vhika Pendong Limbat

Vhika Pendong Limbat

waduhhhhh bahagia sih bacanya tapi ngak mungkin secepat ini bahagianya 🥺🥺

2024-03-09

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!